Dalam
hadis dikisahkan bahwa Rasulallah SAW pernah berkata "Malulah kalian
kepada Allah SWT dengan malu yang sebenarnya!"
Kemudian
ditanyakanlah kepadanya "Wahai Rasulallah, bagaimana cara kami malu kepada
Allah dengan malu yang sebenarnya?"
Rasulallah
SAW menjawab "Orang yang malu kepada Allah dengan malu yang
sebenarnya yaitu orang yang menjaga kepalanya beserta apa yang
diwadahinya (akal), menjaga perut beserta apa yang diwadahinya(makanan),
meninggalkan perhiasan kehidupan dunia dan mengingat mati
beserta kehancuran tubuh didalam kubur. Maka sungguh yang
demikian itulah orang yang malu kepada Allah dengan malu yang sebenarnya.”
Rasulalallah
SAW adalah orang yang sangat pemalu. Beliau tidak menatapkan pandangan pada
wajah seseorang dan tidak berbicara kepada seseorang dengan perkataan yang
tidak disukainya.
Dikisahkan
seorang laki-laki yang memakai warna kuning pada rambutnya datang kepada Rasulalallah SAW, dan beliau tidak
menyukainya. Namun beliau tidak mengatakan apa-apa sampai laki-laki itu keluar.
Setelah
itu beliau berkata “Sekiranya kamu katakan kepada orang tersebut agar
menanggalkan warna kuning ini.”
Hal
itu disebabkan terdapat semacam keserupaan dengan wanita. Apabila tidak
bertujuan menyerupai wanita, maka hukumnya makruh. Apabila bertujuan menyerupai
wanita, maka hukumnya haram.
***
Dikisahkan
pula bahwa pada suatu saat Rasulallah SAW pernah melewat kepada seorang
laki-laki yang sedang mandi. Kemudian Rasulallah SAW berkata "Wahai
manusia, sesungguhnya Allah itu maha pemalu, maha penyantun, maha penutup,
menyukai sifat malu, dan suka menutupi kejelekan. Untuk itu jika salah satu
dari kalian sedang mandi, maka hendaklah kamu bersenbunyi dari penglihatan
manusia.”
***
Sayyidah
Aisyah RA adalah orang yang sangat bersifat malu dan sederhana. Sehingga dia
pernah berkata "Aku pernah masuk kedalam rumah yang didalamnya dikuburkan
Rasulallah SAW dan ayahku Abu bakar RA. dan aku pada saat itu meletakan bajuku.
hal itu aku lakukan karena Rasulallah SAW adalah suamiku dan Abu bakar RA
adalah ayahku! Namun setelah Umar RA juga dikuburkan didalam rumah tersebut,
demi Allah aku tidak masuk kedalam rumah tersebut kecuali dengan memakai
pakaianku, karena aku merasa malu kepada Umar RA.”
***
Diriwayatkan
seseorang yang bernama Khuzaifah bin Yaman RA pernah pergi ke suatu jum'at.
kemudian dia menemukan orang-orang yang sudah bubar. Lalu dia menjauhi
jalan dan berkata "Tidak ada kebaikan pada orang yang tidak malu kepada
manusia"
***
Dikisahkan
bahwa suatu kaum pernah mengajak temannya untuk pergi ke salah satu tempat
hiburan miliknya sendiri. Namun temannya tersebut tidak menjawabnya. Dia
menulis tulisan kepada kaum tersebut "Pada hari kemarin sesungguhnya aku
telah memasuki umur empat puluh tahun, dan aku merasa malu dengan umurku
ini".
***
Dikisahkan
seorang yang bijaksana pernah datang
kepada seorang laki-laki. Kemudian disana dia melihat sebuah rumah yang tinggi
dan beberepa permadani yang dipajangkan. Namun pemilik rumah tersebut ternyata
adalah seorang yang tidak mempunyai kebaikan (tidak mempunyai pekerti).
Lalu
orang bijaksana tersebut meludah ke wajah pemiliknya tersebut. Maka orang yang
diludahi tersebut bertanya “Kebodohan apa ini wahai orang bijaksana?” orang
bijaksana menjawab “Ini adalah sebuah hikmah, sesungguhnya ludah itu tidak akan
dilemparkan kecuali ke tempat yang paling rendah dalam suatu ruangan, dan aku
tidak melihat tempat yang paling rendah dari rumahmu ini kecuali dirimu.”
‘Iffah (Menahan diri dari perkara haram) dan Qona’ah (berusaha merasa
cukup)
Dikisahkan
bahwa Rasulallah SAW pernah melewat setumpuk makananan milik seorang penjual,
kemudian Rasulallah SAW memasukan tangannya kedalam makanan tersebut, dan ternyata jari-jari
beliau menjadi basah. Lalu beliau
bertanya. “Apakah ini wahai pemilik
makanan?”
Dia
menjawab “Itu terkena hujan wahai Rasulallah!” Kemudian beliau berkata “Mengapa
yang terkena air ini tidak kamu simpan dibagian atas agar orang-orang bisa
melihatnya? Barang siapa yang menipu kami maka dia bukan termasuk golongan kami
(kaum muslim).”
***
Dalam
suatu hadis dikisahkan bahwa pada suatu hari ada seorang laki-laki mengintai
kedalam rumah Rasulallah SAW. Pada saat itu Rasulallah SAW sedang menyisir
rambutnya dengan sisir. Kemudian ketika Rasulallah SAW melihat laki-laki
tersebut beliau berkata "Jika aku tahu bahwa sesungguhnya kamu telah
mengintaiku, tentu aku akan menusukan sisir ini ke matamu. Sesungguhnya
dijadikannya izin itu karena penglihatan.”
Dari
kisah tersebut Rasulallah SAW menjelaskan bahwa mengintai tanpa izin adalah
sesuatu yang haram.
***
Dikisahkan
bahwa seorang laki-laki datang kepada Rasulallah SAW. Kemudian dia berkata
"Berilah aku wasiat".
Maka
Rasulallah SAW menjawab "Janganlah kamu mengharapkan milik orang lain, dan
takutlah kamu dari sifat tamak. karena sesungguhnya sifat tamak itu adalah
kefakiran yang nyata.
Bukti
Nyata Bagi Yang Memberi Nasihat
Dikisahkan
seorang laki-laki kafir bertamu kepada Rasulallah SAW. Kemudian beliau memerintahkan untuk memerah susu dari satu
kambing untuk laki-laki tersebut, dan dia pun meminumnya. Lalu diperahkan lagi
untuknya dari kambing yang lain, dan dia pun meminumnya lagi sehingga dia minum
dari tujuh ekor kambing.
Pada
waktu pagi harinya laki-laki tersebut masuk islam. Kemudian Rasulallah SAW
memerintahkan lagi untuk memerah susu dari satu kambing untuk laki-laki
tersebut, dan dia pun meminumnya. Lalu diperahkan lagi untuknya, dan dia tidak
sanggup untuk menghabiskannya. Setelah itu Rasulallah SAW berkata “Seorang
mukmin minum dalam satu usus sedangkan orang kafir minum dalam tujuh usus.”
***
Dihikayatkan
pada suatu hari, ketika bertepatan dengan hari raya, Sayidina Umar bin Abdul
Aziz melihat anaknya memakai baju yang sudah usang. Melihat keadaan tersebut
maka Sayidina Umar bin Abdul Aziz menjadi sedih dan menangis. Kemudian anaknya
berkata "Apa yang membuat ayah
menangis?"
Sayidina
Umar bin Abdul Aziz menjawab "Wahai anakku, aku khawatir pada hari raya
ini hatimu akan sedih apabila anak-anak yang lain melihatmu memakai pakaian
yang usang ini."
Anaknya
berkata "Sesungguhnya orang yang hatinya akan sedih adalah orang yang
kehilangan ridho Allah SWT, dan orang yang telah menyakiti Ibu beserta ayahnya.
Sesungguhnya yang aku harapkan adalah ridho Allah SWT dan ridhomu". Setelah
itu maka Sayidina Umar bin Abdul Aziz menangis lagi dan memeluknya sambil
mendo’akannya.
Jujur
Abdullah
bin Dinar bercerita, bahwa dirinya pernah pergi ke Mekah bersama Umar bin
Khotob RA. Kemudian disuatu jalan mereka berhenti dan bertemu dengan seorang
pengembala yang turun dari suatu gunung. Lalu Umar bin Khotob RA berkata kepada
pengembala tersebut “Wahai pengembala, juallah satu domba kepadaku!”
Pengembala
menjawab “Sesungguhnya aku adalah seorang abid! Umar bin Khottob RA berkata lagi
“katakan saja kepada tuanmu bahwa domba tersebut telah dimakan oleh serigala!”
Pengembala
menjawab “Maka dimanakah Allah?”
Mendengar
kalimat tersebut Umar bin Khottob RA langsung menangis, kemudian dia pergi
kepada pemilik abid tersebut, lalu dia membelinya dan memerdekakannya. Setelah
itu Umar bin Khottob RA berkata kepada abid tersebut “Karena perkataanmu, aku
merdekakanmu didunia ini. Aku harap itu juga memerdekakanmu nanti di akhirat.”
***
Dalam
suatu hadis diceritakan bahwa seorang laki-laki telah membeli sebidang kebun
kepada seseorang. Kemudian didalam kebun tersebut si pembeli menemukan guci
yang didalammya terdapat emas. Maka si pembeli berkata kepada si
penjual "Ambillah emasmu dariku, karena sesungguhnya aku hanya
membeli tanah beserta bangunannya, dan aku tidak membeli emas darimu”.
Si
penjual menjawab “Sesungguhnya aku menjual tanah beserta apa yang ada
didalamnya”
Karena
mereka saling tidak menerima emas tersebut, maka mereka pergi kepada seorang
hakim untuk menghukuminya. Kemudian hakim bertanya kepada mereka “Apakah kalian
mempunya anak?” Salah satu dari mereka menjawab “Saya memiliki anak laki-laki”
Yang
satunya lagi menjawab “Saya mempunyai budak perempuan” Setelah itu maka hakim berkata
“Nikahkanlah anak laki-lakimu dengan budak permpuanmu! Dan
infakanlah emas tersebut sebagai sedekah kepada mereka”
***
Dihikayatkan
bahwa seorang pemburu pernah mendapatkan seekor burung yang bisa berbicara. Lalu
burung tersebut berkata ”Apa yang kamu inginkan? dan apa yang akan kamu lakukan
kepadaku?”.
Pemburu
tersebut menjawab “Aku akan menyembelihmu dan akan memakanmu”
Lalu
burung berkata “Demi Allah, aku tidak akan bisa mengobatimu dari kecacatan, dan
aku tidak akan bisa mengenyangkanmu dari kelaparan. Akan tetapi aku akan
memberitahukanmu tiga hal yang lebih baik bagimu daripada kamu
memakanku! hal yang pertama akan aku beritahukan kepadamu apabila
aku telah berada ditanganmu! Hal yang kedua akan aku beritahukan
kepadamu apabila aku telah berada diatas pohon! Dan hal yang ketiga akan aku
beritahukan kepadamu apabila aku telah berada diatas gunung!”
Pemburu
berkata “Katakanlah hal yang pertama!”
Burung
berkata “Janganlah kamu menyesal dengan apa yang luput darimu!”
Maka
pemburu tersebut pun melepaskannya, dan burung tersebut hinggap daatas
pohon.
pemburu
berkata lagi “Katakanlah hal yang kedua!”
Burung
berkata “Janganlah kamu percaya dengan sesuatu yang tidak terjadi!”
Lalu
burung tersebut terbang keatas gunung dan berkata “Wahai orang yang menyesal,
jika kamu menyembelihku, pasti akan keluar dari dalam ususku dua mutiara yang
mana setiap mutiara tersebut berharga dua puluh miskol”
Maka
pemburu tersebut pun merasa menyesal sambil menggigit bibirnya. Kemudian
pemburu berkata lagi “Katakanlah hal yang ketiga!”
Burung
berkata “Sungguh kamu telah lupa dua perkara yang tadi, bagaimana aku
memberitahukanmu perkara yang ketiga? Bukankan aku telah berkata,
janganlah kamu menyesal dengan apa yang luput darimu, dan janganlah kamu
percaya dengan sesuatu yang tidak ada bukti! Sesungguhnya dagingku, darahku dan
buluku ini tidak seharga dua puluh miskol. Maka bagaimana bisa dalam ususku
terdapat dua mutiara yang setiap mutiaranya seharga dua puluh miskol?”
Setelah
itu burung tersebut terbang dan pergi meninggalkannya. Kisah tersebut mengajarkan
kita supaya tidak tamak dan rakus
***
Rasulallah
SAW pernah bercerita, bahwa dari golongan Bani Israil pernah ada seorang
laki-laki yang meminjam uang sebanyak seribu dinar kepada temannya yang sama
dari golongan Bani Israil. Kemudian si pemberi pinjaman berkata kepada si peminjam
“Datangkanlah kepadaku beberapa saksi untuk aku persaksikan kepada mereka”
Si
peminjam menjawab “Cukuplah Allah menjadi saksi” Si pemberi pinjaman berkata
lagi “Datangkanlah kepadaku penjaminnya” Si peminjam menjawab “Cukuplah Allah
menjadi penjamin” Si pemberi pinjaman berkata lagi “Aku percaya kepadamu”
Lalu si
pemberi pinjaman tersebut memberikan pimjamannya, dan menentukan waktu
permbayarannya. Kemudian si peminjam tersebut pergi berlayar kelaut untuk
menyelsaikan urusannya. Setelah itu ketika waktu yang ditentukan telah tiba, si
peminjam pun mencari kendaraan untuk pergi kepada si pemberi pinjaman.
Akan tetapi si peminjam tidak menemukan kendaraan untuk mengantarkannya.
Lalu
si peminjam tersebut mengambil sepotong kayu. Dia melubanginya dan memasukan
uang sebanyak seribu dinar beserta selembar kertas untuk diberikan kepada si pemberi
pinjaman. Kemudian dia perbaiki lagi lubangnya dan dia bawa ke pinggir laut.
Disana dia berkata ”Ya Allah. Sesungguhnya Engkau tahu bahwa aku telah meminjam
uang sebanyak seribu dinar kepada temanku fulan. Lalu dia meminta penjamin, dan
aku berkata kepadanya cukuplah Allah sebagai penjamin. Kemudian dia rido Engkau
sebagai penjamin.
Selanjutnya
dia meminta saksi, dan aku berkata kepadanya cukuplah Allah sebagai saksi,
diapun rido Engkau sebagai saksi. Aku telah berusaha dengan sungguh-sungguh
untuk menemukan kendaraan yang bisa mengantarkanku kepadanya, akan
tetapi aku tidak kuasa. Untuk itu, aku titipkan uang ini kepada
Engkau.”
Lalu si
peminjam itu melemparkan sepotong kayu tersebut hingga kelaut. Kemudian dia
kembali sambil terus mencari kendaraan untuk pergi ke negaranya.
Ditempat
si pemberi pinjaman, pada waktu itu sipemberi pinjaman keluar rumah untuk pergi
ke tepi laut sambil mengharapkan kendaraan yang datang. Namun Ketika itu dia
hanya menemukan sepotong kayu.
Kemudian
dia mengambilnya untuk dijadikan kayu bakar oleh keluarganya. Ketika
dia membelah sepotong kayu tersebut, ternyata dia menemukan uang dengan
selembar kertas yang telah dikirimkan oleh sipeminjam.
Setelah
itu, datanglah sipeminjam kepada sipemberi pinjaman untuk membayar hutangnya. Lalu
sipeminjam berkata “Demi Allah, saya tidak henti-hentinya mencari kendaraan
dengan sungguh-sunguh untuk memberikan uangmu kepadamu, akan tetapi saya tidak
menemukan satu kendaraanpun sebelum saya datang saat ini”
Si
pemberi pinjaman berkata “Apakah kamu pernah mengirim saya sesuatu?”
Si
peminjam berkata “Saya terangkan kepadamu bahwa saya tidak menemukan
tumpangan sebelum saya datang saat ini”
Si
pemberi pinjaman berkata “Sesungguhnya Allah telah menunaikan bayaranmu yang
engkau kirimkan dalam sepotong kayu. Maka silahkan bawa kembali uang seribu
dinar yang akan kamu bayarkan ini dengan selamat”
***
Dalam
suatu hadis Rasulallah SAW pernah berkata “Maukah aku beritahukan kepada kalian
sesuatu yang termasuk dari dosa besar?” Pada saat itu Beliau mengulanginya
sampai tiga kali.
Kemudian para sahabat menjawab “Tentu wahai
Rasulullah.” Rasulallah SAW berkata “Yaitu menyekutukan Allah,
mendurhakai kedua orang tua, dan membunuh jiwa.” Ketika itu beliau tengah
bersandar.
Kemudian
beliau duduk dan berkata ”Ketahuilah, perkataan dusta dan kesaksian palsu.” Hal
tersebut beliau ulagi secara terus menerus. Sehingga para sahabat berkata
“Semoga beliau berhenti” beliau berkata lagi “Sesungguhnya termasuk dusta
terbesar adalah apabila seseorang mengaku anak dari selain bapaknya, mengatakan
melihat sesuatu yang tidak dilihatnya, atau mengatakan sesuatu sebagai
perkataanku, padahal aku tidak mengatakannya.”
***
Dalam
suatu hadis Rasulallah SAW pernah berkata “Janganlah kamu berburuk sangka,
karena berprasangka adalah pembicaraan paling dusta. Barang siapa yang
mengambil harta saudaranya dengan sumpahnya, maka Allah mewajibkannya untuk masuk
neraka dan mengharamkan masuk surga”
Lalu
seseorang bertanya "Wahai Rasulullah, walaupun hanya sedikit?" Beliau
menjawab "Walaupun hanya sebatang kayu araak (kayu untuk siwak)."
***
Dikisahkan
bahwa Ka’ab bin Malik Al-Anshorî RA telah bermaksud untuk pergi mengikuti
perang tabuk. Akan tetapi dia malah tertinggal karena dia menunda-nunda dan
menangguhkan tekadnya, sehingga dia kehilangan kesempatan untuk mengikuti
perang.
Ketika
datang berita bahwa Rasulallah SAW telah kembali, dia sangat merasa sedih
sekali. Kemudian ketika dia bermaksud untuk mengemukakan alasan dusta atas
keterlambatannya, dia berhasil untuk memerangi nafsunya.
Lalu
dia membulatkan tekad untuk berkata
benar dan bercerita secara terus terang, bahwa dia tidak mempunyai alasan
sedikitpun atas tertinggalnya dalam mengikuti perang. Lalu Rasulallah SAW pun memaafkannya. Karena
kejujurannya tersebut, maka dari situ turunlah ayat Al-Quran yang menerangkan
tentang taubatnya.
***
Dikisahkan
bahwa Tsa’labah pernah berkata kepada Rasulallah SAW “Wahai Rasulallah SAW,
doakanlah aku agar Allah SWT merizkikan aku harta”
Rasulallah
SAW menjawab “Wahai Tsa’labah, sedikitnya harta yang kamu syukuri, akan lebih
baik daripada banyaknya harta tapi kamu tidak mapu untuk mensyukurinya.”
Kemudian
setelah beberapa saat, Tsa’labah kembali lagi kepada Rasulallah SAW, dia
berkata “Demi Dzat yang telah mengutus-Mu dengan hak. Apabila Allah SWT
merizkikan aku harta, aku pasti akan memberikan hak kepada setiap orang yang
berhak untuk menerimanya.” Lalu Rasulallah SAW mendo’akannya, dan dia
mendapatkan satu ekor domba.
Kemudian
domba tersebut bertambah banyak seperti bertambah banyaknya ulat, sehingga kota
Madinah pun menjadi terasa sempit. Oleh karena itu maka dia turun kesuatu
lembah untuk memindahkannya. Namun dia menjadi tidak bisa menyempatkan
diri untuk melaksanakan solat berjamaah dan solat jum’at.
Lalu
ketika Rasulallah SAW menanyakan keadaannya, seseorang menjawab “Hartanya telah
menjadi banyak, sehingga lembah pun sudah tidak bisa menampungnya!”
Rasulallah
SAW berkata “Aduh celaka Tsa’labah.” Setelah itu Rasulallah SAW mengutus dua
orang untuk mengambil sedekah dari orang-orang. Maka menghadaplah orang-orang
dengan sedekahnya. Namun ketika dua orang utusan Rasulallah SAW
tersebut melewat kepada Tsa’labah untuk meminta sedekahnya, dan membacakan
tulisan Rasulallah SAW yang didalamnya terdapat beberapa kewajiban, Tsa’labah
malah berkata “Ini adalah pajak, ini adalah semacam pajak. Kembalilah kalian
sehingga aku menunjukan pendapatku.”
Kemudian
dua utusan Rasulallah SAW kembali kepada Rasulallah SAW. Sebelum mereka
berbicara, Rasulallah SAW berkata kepada “Aduh celaka Tsa’labah, Aduh celaka
Tsa’labah.”
Setelah
kejadian tersebut maka turunlah ayat sebagai berikut:
وَمِنْهُمْ مَّنْ عٰهَدَ
اللّٰهَ لَىِٕنْ اٰتٰىنَا مِنْ فَضْلِهٖ لَنَصَّدَّقَنَّ وَلَنَكُوْنَنَّ مِنَ
الصّٰلِحِيْنَ. فَلَمَّآ اٰتٰىهُمْ مِّنْ فَضْلِهٖ بَخِلُوْا بِهٖ وَتَوَلَّوْا
وَّهُمْ مُّعْرِضُوْنَ. فَاَعْقَبَهُمْ نِفَاقًا فِيْ قُلُوْبِهِمْ اِلٰى يَوْمِ
يَلْقَوْنَهٗ بِمَآ اَخْلَفُوا اللّٰهَ مَا وَعَدُوْهُ وَبِمَا كَانُوْا
يَكْذِبُوْنَ.
Artinya:
Dan diantara mereka ada orang yang berikrar kepada Allah, sesungguhnya jika
Allah memberikan sebagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan
bersedekah dan pastilah kami termasuk orang yang saleh. Maka setelah Allah
memberikan kepada mereka sebagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia
itu, dan berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi
(kebenaran). Maka Allah menimbulkan kemunafikan pada hati mereka sampai kepada
mereka menemui Allah, karena mereka telah memungkiri terhadap Allah apa yang
telah mereka ikrarkan kepada-Nya dan (juga) karena mereka selalu berdusta.
Setelah
itu Tsa’labah datang kepada Rasulallah SAW dengan membawa
zakatnya. Namun Rasulallah SAW berkata “Sesungguhnya Allah SWT telah melarangku
untuk menerimanya darimu.”
Tsa’labah menyesal
dengan menaburkan debu ke atas kepalanya. Rasulallah SAW berkata “Ini adalah
amalmu, aku telah memerintahkanmu, akan tetapi kamu tidak menurutiku.”
Setelah
Rasulallah SAW wafat, Tsa’labah datang kepada Abu bakar RA dengan membawa
zakatnya, namun Abu bakar RA juga tidak menerimanya. Pada zaman khalifahan Umar
RA dia juga datang kepada Umar RA dengan membawa zakatnya, namun Umar RA juga
tidak menerimanya. Lalu dia meninggal pada zaman Usman RA.
***
Diriwayatkan
dari Annas bin Malik RA, dia berkata bahwa pamanya yaitu Annas bin Nadhar RA tidak
hadir dalam perang badar bersama Rasulallah SAW. Oleh karena itu Annas bin
Nadhar RA merasa sedih, dia berkata “Aku tidak hadir pada perang pertama
yang dihadiri oleh Rasulallah SAW. Demi Allah. Jika Allah mempertemukan aku
dengan perang lain bersama Rasulallah SAW, sungguh pasti, Allah Akan melihat
apa yang aku lakukan”
Maka
ditahun berikutnya bertemulah Annas bin Nadhar RA dengan perang uhud. Kemudian
ketika Sa’ad bin Muad menyambutnya, dia bertanya “Wahai Abu Amr, hendak kemana
kamu?”
Annas
bin Nadhar RA menjawab “Ini adalah wangi surga, sesungguhnya aku merasakan
wangi surga didekat gunung uhud”.
Lalu
Annas bin Nadhar RA berperang sampai dia meninggal. ketika selsai perang, maka
ditemukanlah pada jasad Annas bin Nadhar RA sebanyak delapan puluh luka karena
lemparan panah, sabetan pedang dan tusukan tombak.
Saudara
perempuannya berkata “Aku tidak mengenali saudaraku, kecuali karena aku
mengetahui ujung jarinya.” Setelah itu maka turunlah ayat yang berbunyi:
رِجَالٌ صَدَقُوا۟ مَا
عَٰهَدُوا۟ ٱللَّهَ عَلَيْهِ
Artinya:
orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah.
***
Tsauban
RA adalah bekas sahaya Rasulallah SAW
yang dicintai oleh Rasulallah SAW. Sebaliknya juga dia sangat cinta kepada
Rasulallah SAW. Saking cintanya, dia suka tidak tahan apabila jauh dari
Rasulallah SAW.
Dikisahkan
pada suatu hari Tsauban RA pernah terlihat sangat sedih sehingga wajahnya
menjadi berubah. Maka Rasulallah SAW bertanya “Apa yang membuatmu berubah?”
Tsauban
RA menjawab “Wahai Rasulallah SAW. Aku tidak sakit, dan aku tidak menderita.
Aku berubah karena aku tidak melihatmu. Aku merasa sangat sedih sampai aku bisa
bertemu denganmu. Disamping itu aku teringat kepada akhirat, aku takut kelak
tidak bisa melihatmu. Karena derajatmu akan bersama para nabi, Bila aku masuk
surga aku akan berada ditempat yang derajatnya lebih rendah. kemudian jika aku
tidak masuk surga, aku tidak akan bisa melihatmu selamanya.”
Setelah
kejadian tersebut maka turunlah ayat yang berbunyi
وَمَن يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَٰئِكَ
مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِم مِّنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ
وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ ۚ وَحَسُنَ أُولَٰئِكَ رَفِيقًا
Artinya:
Dan barang siapa yang mentaati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan
bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu
nabi-nabi, para shiddiqîn, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh.
Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.
***
Dihikayatkan
ketika Hajaj berhutbah dengan memanjangkan hutbahnya seorang laki-laki berdiri
dan berkata kepadanya “Ingatlah solat, sesungguhnya waktu tidak menunggumu, dan
tuhan tidak memberimu alasan.”
Kemudian
Hajaj menyuruh orang untuk menahannya. Setelah itu kaum dari laki-laki tersebut
mendatangi Hajaj dan menganggap bahwa laki-laki tersebut adalah orang gila. Kaum
tersebut meminta Hajaj untuk membebaskannya.
Hajaj
berkata “Jika dia mengaku gila maka kamu boleh membebaskannya.” Laki-laki yang
dianggap gila tersebut berkata “Aku berlindung kepada Allah, aku tidak yakin
bahwa Allah telah menimpakan cobaan kepadaku, sedangkan Dia telah mengaruniai
aku kesehatan.” Kemudian sampailah perkataan tersebut kepada Hajaj. Lalu Hajaj
mengampuninya karena dia telah berkata benar.
***
Dihikayatkan
seorang laki-laki mempunyai sapi betina. Dia biasa memeras susunya dan
mencampurkan air kedalam susu tersebut untuk dijual. Pada suatu hari
ketika dia berada pada suatu padang rumput, dia tertimpa banjir yang
menenggelamkan sapinya. Oleh Karena itu, maka dia menjadi sangat sedih.
Kemudian
anak-anaknya berkata ”Wahai ayah, janganlah bersedih! Sesungguhnya air yang
kita campurkan dengan susu sapi itu telah bercampur, dan tenggelam!” Setelah
kejadian tersebut maka laki-laki tersebut sadar, kecurangannya tersebut telah
mengakibatkannya menjadi hancur dan rugi.
Sabar
Rasulallah
SAW pernah berkata “Maukah kalian aku tunjukan sesuatu yang dengannya Allah SWT
akan menghapus kesalahan-kesalahan, dan akan mengankat derajat?”
Para
sahabat menjawab “Tentu wahai Rasulallah” Rasulallah SAW berkata “yaitu menyempurnakan
wudlu pada saat tidak menyenangkan (musim dingin), banyak berjalan
ke mesjid, dan menunggu solat demi solat. Itulah perjuangan, itulah
perjuangan.” Hadis tersebut menjelaskan sabar dalam taat.
***
Dikisahkan
bahwa Rasulallah SAW pernah ditanya oleh seorang laki-laki “Siapakah orang yang
paling berat cobaannya?”
Rasulallah
SAW menjawab “Yaitu para nabi, kemudian oran-orang yang terbaik
(sahabat-sahabat nabi), lalu orang-orang pilihan (para ulama). Manusia diuji
sesuai dengan kadar agamanya, barang siapa yang kadar agamanya kuat maka
semakin berat pula cobaannya. barang siapa yang kadar agamanya lemah maka
ringan pula cobaannya. Sesungguhnya cobaan akan selalu menimpa seseorang sehingga
dia berjalan diatas bumi tanpa memiliki dosa.”
***
Diceritakan
dalam suatu hadis bahwa lampu nabi Muhammad SAW telah padam. Kemudian beliau
mengucapkan istirja yaitu ucapan "Inna lillahi wa Inna ilaihi roojiûn"
Lalu
Sayidah Aisyah RA berkata "sesungguhnya ini adalah lampu" Nabi
Muhammad SAW menjawab "setiap keburukan yang menimpah orang mu'min adalah
musibah".
Dalam
hadis lain disebutkan "barang siapa membaca istirja ketika ditimpa musibah
maka Allah akan memberikan ganjaran atas musibahnya dan Allah akan menggantinya
dengan kebaikan.
***
Dihikayatkan
ketika ayahnya Ibnu Abbas wafat,
seorang Arab badawi (orang Arab
yang hidupnya di padang pasir) menghiburnya dengan suatu syi’ir yang berbunyi:
صَبْرُ الرَّعِيَّةُ
بَعْدَ صَبْرُ الرَّأْسِ # اِصْبِرْ
نَكُنْ بِكَ صَابِرِيْنَ فَاِنَّمَا
وَاللهُ خَيْرٌ مِنْكَ لِلْعَبَّاِس # خَيْرٌ
مِنَ الْعَبَّاسِ أَجْرُكَ بَعْدَهُ
Artinya:
Bersabarlah kamu, kami akan bersabar denganmu. sesungguhnya sabarnya rakyat
itu setelah sabarnya pemimpin.
Lebih
baik dari Abbas adalah pahalamu sesudahnya. Dan Allah lebih baik darimu, bagi
Abbas. Setelah mendengar itu, kemudian Ibnu
Abbas menjawab "Tidak ada seorang pun yang menghiburku lebih baik daripada
hiburan ini."
***
Dalam
golongan nabi Ulul Azmi, Nabi Muhammad adalah SAW adalah nabi yang paling
sabar. dari awal diutusnya sampai dengan wafatnya beliau telah menerima banyak
penderitaan. Walaupun begitu, beliau sangat sabar menghadapinya. Ini sebagai
ketaatan beliau terhadap firman Allah SWT yang berbunyi:
فَاصْبِرْ كَمَا صَبَرَ
أُو۟لُوا۟ ٱلْعَزْمِ مِنَ ٱلرُّسُلِ
Artinya:
Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari
rasul-rasul telah bersabar.
Pada
saat kaum musyrikin sangat menyakiti Rasulallah SAW beliau pernah berkata
kepada pamannya yaitu Abu Tolib "Demi Allah wahai paman, jika saja
orang-orang musyrik meletakan matahari ditangan kananku dan bulan ditangan
kiriku supaya aku meninggalkan sedikit saja dari agama yang aku bawa dari
tuhanku, tentu aku tidak akan menyetujuinya sampai Allah menampakan
kebenaran-Nya atau aku binasa dalam membelanya.”
Diantara
perbuatan orang-orang musyrik kepada Rasulallah SAW yaitu, ketika
Rasulallah SAW bersujud didepan Ka'bah, orang-orang musyrik melemparinya dengan
kotoran dari dalam perut unta, mereka juga mencekiknya, berniat membunuhnya,
mengusir dari tanah airnya, memecahkan giginya, membuat berdarah wajahnya,
menjatuhkannya kedapalam lubang di guha Uhud, mencaci makinya, menyihirnya,
meracuninya, dan memberikan keburukan-keburukan lain yang sangat menyakitinya.
Selain
itu orang-orang musyrik juga menyakiti para keluarganya dan para sahabatnya.
Semua itu Rasulallah SAW terima dengan sabar.
Sampai Allah memenangkan agama dan menyenangkannya dengan keberhasilan
tugasnya hingga beliau wafat.
***
Sayyidina
Nuh AS bersabar dalam menghadapi gangguan kaumnya dan tinggal diantara mereka
selama 950. Mereka memuluknya sampai pingsan. Sayyidina ibrahim AS bersabar
dalam menghadapi raja Namrud dan ketika disuruh menyembelih putranya yaitu
Sayyidina Ismail AS. Sayyidina Yaqub AS bersabar atas kehilangan anaknya yaitu Yusuf AS, sehingga kedua matanya
memutih karena sedih.
Sayyidina
Yusuf AS bersabar ketika dimasukan kesumur dan penjara serta mengalami berbagi
ujian lainnya. Sayyidina Musa AS bersabar dalam menghadapi Bani israel, Fir’aun
dan Qarin. Sayyidina Isa AS bersabar dalam memghadapi gangguan Yahudi.
***
Nabi
Ayub AS adalah seorang nabi yang diberi keburuntungan dunia yang melimpah oleh
Allah SWT. diantara keberuntungannya yaitu kemewahan, satwa-satwa dan
kebun-kebun. beliau juga diberi beberapa anak laki-laki dan perempuan. Meskipun
begitu, semua keberuntungan itu tidak menyibukkan beliau untuk meninggalkan
ibadah kepada Tuhannya dan mendirikan kewajibannya. Beliau suka menyayangi
orang-orang miskin, memuliakan tamu-tamu, menanggung anak-anak yatim dan
janda-janda.
Selain
memberikan keberuntungan, Allah SWT juga
memberinya ujian yang sangat pedih pada dirinya, keluarganya dan juga hartanya.
Ujian ini Allah SWT berikan supaya menjadi pelajaran bagi dirinya, dan bagi
yang lainnya. Bahwa kehidupan dunia merupakan ladang amal untuk kehidupan
akhirat. Untuk itu, wajib bagi setiap manusia untuk bersabar atas segala
sesuatu yang buruk maupun yang baik.
Diantara
ujian yang Allah berikan kepada nabi Ayub AS yaitu memberinya penyakit selama
delapan belas tahun, merobohkan rumahnya sehingga semua anak-anaknya meninggal,
dan menghancurkan harta-hartanya. Pada saat itu setan memberikan bisikan
kepadanya, namun Allah SWT melindunginya sehingga belia selamat dari keburukan
dan fitnah setan tersebut. Semua ujian tersebut beliau terima dengan sabar dan pasrah
sebagai mana beliau menerima nikmat Allah dengan memuji-Nya dan mensyukurinya.
Oleh karena itu didalam Al-Quran Allah SWT memujinya dengan firman-Nya yang
berbunyi:
إِنَّا وَجَدْنَٰهُ صَابِرًا ۚ نِّعْمَ
ٱلْعَبْدُ ۖ إِنَّهُۥٓ أَوَّابٌ
Artinya:
Sesungguhnya Kami dapati dia seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba.
Sesungguhnya dia amat taat kepada Allah.
Selain
itu nabi Ayub AS juga adalah orang yang suka memohon dengan rendah hati dan
berlindung kepada Allah SWT dalam menghadapi cobaannya. Sebagai mana firman
Allah yang berbunyi:
وَأَيُّوبَ إِذْ نَادَى رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ
وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ . فَاسْتَجَبْنَا
لَهُ فَكَشَفْنَا مَا بِهِ مِنْ ضُرٍّ وَآتَيْنَاهُ أَهْلَهُ وَمِثْلَهُمْ
مَعَهُمْ رَحْمَةً مِنْ عِنْدِنَا وَذِكْرَى لِلْعَابِدِينَ .
Artinya: (Ingatlah
kisah) Ayyub, ketika dia berdoa kepada Rabbnya, “(Wahai Rabbku), sungguh aku
telah ditimpa penyakit parah, padahal Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang dari
semua yang penyayang. Maka Kami kabulkan (doa)nya, lalu Kami lenyapkan penyakit
yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya padanya, dan (Kami lipat
gandakan jumlah mereka), sebagai suatu rahmat dari Kami dan untuk menjadi
pelajaran bagi orang-orang yang taat.
Setelah
itu, Allah SWT memberikan karunia kepadanya dengan mengembalikam masa mudanya
dan kesehatannya. Selain itu Allah SWT juga melipat gandakan anak-anaknya dan
harta-hartanya, sehingga beliau menjadi lebih
baik daripada sebelumnya.
***
Dalam
suatu hadis yang di riwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim, disebutkan
bahwa pada jaman dahulu ada tiga orang laki-laki diuji oleh Allah SWT. Yang
pertama diuji dengan rasa cinta kepada anak-anaknya, dia bersabar untuk tetap
mengutamakan orang tuanya sehingga dia bisa selamat dari berbuat buruk atau
menyakiti orang tuanya.
Kedua
diuji dengan rasa cinta kepada putri pamannya, dia bersabar sehingga dia
selamat dari menjinahinya. Ketiga diuji dengan rasa cinta kepada harta, dia
bersabar sehingga dia tetap memberikan hartanya kepada orang yang berhak, dan
dia bisa menjalankan amanah sehingga dia selamat dari berbuat hianat.
Bunyi
kisah dari hadis tersebut adalah sebagai berikut: Dulu sebelum ada kalian,
terdapat tiga orang yang berjalan hingga akhirnya
mereka mendapatkan sebuah gua yang dapat mereka manfaatkan untuk
menginap. Kemudian mereka mamasuki gua tersebut. Namun tiba-tiba ada sebuah
batu besar yang menggelinding dari atas bukit dan menutupi pintu gua
sehingga mereka terjebak. Lalu mereka berkata “Sesungguhnya tidak ada yang
dapat menyelamatkan dari batu besar ini kecuali
kalian berdoa kepada Allah SWT dengan berbagai amal shaleh kalian.”
Lalu
salah seorang di antara mereka berdoa “Ya Allah, sesungguhnya aku mempunyai
orang tua yang sudah lanjut usia. Aku terbiasa untuk tidak memberi minum susu
kepada keluarga dan sahayaku sebelum aku menyuguhkanyan kepada beliau berdua.
Pada suatu hari, aku terlambat pulang dari mencari kayu, dan ketika aku kembali
menemuinya, beliau berdua telah tidur. Lalu aku memerah susu untuk beliau
berdua, dan aku mendapatkan beliau berdua masih terlelap tidur. Aku enggan
membangunkan beliau berdua, dan aku enggan memberikannya kepada keluarga atau
sahayaku sebelum aku memberikannya kepada beliau berdua. Dengan mangkuk yang
masih berada di tanganku, aku masih terus menunggu beliau berdua terbangun
hingga terbit fajar. Adapun anak-anak dan hamba sahayaku, mereka merengek di
kedua kakiku. Setelah beliau berdua bangun, aku meminumkan susu kepada beliau
berdua. Ya Allah, jika aku melakukan hal tersebut karena mengharap ridha-Mu,
maka berikanlah jalan keluar kepada kami dari batu besar yang menutupi ini.”
Maka
batu itu pun bergeser sedikit. Namun mereka belum bisa keluar dari gua.
Kemudian yang lain berdoa “Ya Allah, sesungguhnya pamanku mempunyai seorang
anak perempuan yang sangat hamba cintai (Dalam sebuah riwayat disebutkan, ‘aku
mencintainya seperti lazimnya laki-laki mencintai wanita.’). Aku bermaksud
mencampurinya, tapi dia selalu menolaknya. Setelah beberapa tahun berlalu, dia
mendapat kesulitan sehingga memaksanya datang kepadaku. Aku memberinya seratus
dua puluh dinar, dan setelah itu dia akan membiarkan diriku untuk berbuat apa
saja terhadapnya. Maka aku pun melakukan apa yang menjadi kehendakku, ketika
aku hendak mencampurinya (dalam riwayat lain disebutkan, ‘Ketika aku duduk di
antara kedua kakinya’), dia berkata, ‘Bertakwalah kepada Allah, janganlah
engkau memecah cincin kecuali dengan haq.’ Maka aku pun berpaling darinya,
padahal dia adalah orang yang paling aku cintai. Aku pun meninggalkan emas yang
telah aku berikan kepadanya. Ya Allah, jika aku melakukan hal itu karena
mengharap ridha-Mu, maka berikanlah jalan keluar bagi kami dari keadaan yang
kami alami ini.” Maka batu besar itu pun bergeser namun mereka tetap belum dapat keluar
dari tempat itu.
Kemudian
orang ketiga berdoa “Ya Allah, aku pernah mempekerjakan beberapa orang, dan aku
telah memberikan upah masing-masing kecuali satu orang saja yang tersisa. Dia
meninggalkan bagiannya, kemudian pergi. Lalu aku mengembangkan upahnya hingga
dari upah itu berkembang menjadi harta benda yang banyak. Setelah beberapa
waktu, dia mendatangiku seraya berkata, ‘Hai hamba Allah, berikanlah upahku.’
Aku berkata ‘Semua yang engkau saksikan ini adalah upahmu, baik berupa unta,
sapi, kambing maupun budak-budak.’ Lalu dia berkata, ‘Hai hamba Allah, janganlah
engkau memperolok-olokku.’ Aku berkata ‘Aku sama sekali tidak
memperolok-olokmu,’ Kemudian dia mengambil dan membawa semuanya tanpa
menyisakan sedikit pun. Ya Allah, jika aku melakukan hal tersebut karena
mengharap ridha-Mu, maka berikanlah jalan keluar kepada kami dari tempat ini.” Maka batu besar itu
pun akhirnya bergeser. Sehingga mereka semua dapat keluar dengan berjalan kaki.
Syukur
dan baik kepada orang tua
Dari
Sayidah Aisyah RA dia pernah berkata "Rasulallah SAW melaksanakan solat
malam sehingga telapak kakinya pecah-pecah. kemudian aku berkata
kepadanya "mengapa engkau melaksanakan ini wahai Rasulallah, sedangkan
Allah sungguh telah mengampunimu atas dosa yang telah lalu dan yang akan
datang?"
Rasulallah
SAW menjawab "adakah aku tidak senang untuk menjadi hamba yang
bersyukur".
***
Al-Fakih
Abu Ishak Muhammad bin Qosim bin Sya'ban Rahimahullah adalah orang yang
berkebangsaan Qurtubi. Dia tidak keluar dari rumahnya kecuali dia memegang kaki
ibunya, dan meletakan kaki ibunya tersebut diatas pipinya. Kemudian dia berkata
"Wahai Allah sesungguhnya dalam kitab-Mu engkau telah berkata:
وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ
الرَّحْمَةِ
Artinya:
Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua (orang tua) dengan penuh
kesayangan.
Dan sesungguhnya aku telah merendahkan diriku terhadap mereka berdua (orang
tua). maka ampunilah aku wahai tuhan yang maha pengasih lebih dari segala yang
mengasihi.
Dihikayatkan
seorang laki-laki telah berumur tua sehingga dia menjadi seperti anak kecil
kembali. Oleh karena itu maka anaknyalah yang menanggungnya, mengurusinya dan
memberinya makan. Namun pada suatu hari, anaknya berkata kepada ayahnya
"Wahai ayahku, sungguh aku telah membalasmu. Aku telah mengurusmu sebagaimana
engkau telah mengurusku. Maka sungguh aku telah setara membalasmu."
Ayahnya
menjawab "Tidak !" Anaknya berkata "Mengapa demikian?" Ayahnya
berkata "Sesungguhnya aku telah mengurusmu sambil mengharapkan kehidupanmu
dan menunggu masa mudamu. Sedangkan hari ini kamu mengharapkan kematianku.”
***
Dalam
kitab sejarah Ibnu Khalkan, diriwayatkan bahwa pada jaman dahulu ada seorang
laki-laki mewah sedang memakan hidangan
yang didepannya terdapat seekor ayam bakar. Kemudian datanglah seorang pengemis
yang meminta-minta kepadanya, dan dia menolak pengemis tersebut sehingga
membuatnya merasa kecewa. Lau pada suatu saat, laki-laki tersebut bercerai
dengan istrinya, dan dia juga kehilangan hartanya.
Setelah
itu istrinya tersebut menikah lagi dengan seorang pengemis yang dulu
meminta-minta kepada suami pertamanya. Kemudian pada saat suami keduanya sedang
memakan hidangan yang didepannya terdapat ayam bakar, datanglah seorang
pengemis yang meminta-minta kepadanya. Lalu suami keduanya tersebut berkata
kepada istrinya “Ambillah ayam bakar ini untuknya”
Maka
istrinya membawa ayam bakar tersebut untuk diberikan kepada pengemis. Ketika
istrinya melihat kepada si pengemis, ternyata pengemis tersebut adalah suami
pertamanya. Kemudian istrinya melapor kepada suami keduanya.
Setelah
itu suami keduanya berkata “Demi Allah. Aku dahulu adalah orang miskin yang
telah dikecewakan oleh seorang laki-laki yang mewah. Sekarang Allah memindahkan
kenikmtannya dan keluarganya karena dia kurang bersyukur.”
***
Dikisahkan
seorang laki-laki menampakan kesedihan yang sangat dan mengeluh mengenai
kemiskinannya kepada seorang yang arif bijaksana. Kemudian orang bijaksana
tersebut bertanya “Apakah kamu senang apabila dirimu buta dengan imbalan 10.000
dirham?”
Laki-laki
tersebut menjawab “Tidak”
orang
bijaksana bertanya lagi “Apakah kamu
senang apabila dirimu bisu dengan imbalan 10.000 dirham?”
Laki-laki
tersebut menjawab “Tidak”
orang
bijaksana bertanya lagi “Apakah kamu
senang apabila kedua tanganmu dan kedua kakimu buntung dengan imbalan 10.000
dirham?”
Laki-laki
tersebut menjawab “Tidak”
orang
bijaksana bertanya lagi “Apakah kamu
senang apabila dirimu gila dengan imbalan 10.000 dirham?”
Laki-laki
tersebut menjawab “Tidak”
Kemudian
orang bijaksana berkata “Tidakkah kamu merasa malu apabila kamu mengeluh pada
tuhanmu, sedangkan Dia mempunyai harta padamu sebanyak 50.000 dirham?”
***
Pada
suatu saat, Ibnu Samâk menemui seorang khalifah, saat itu dia memegang sebuah
cangkir besar yang berisi air untuk diminumnya. Kemudian khalifah berkata
kepada Ibnu samâk “Berilah aku nasihat!”
Ibnu
Samâk berkata “Apabila kamu dalam keadaan sangat haus, kemudian tidak ada yang
memberikanmu minuman ini, kecuali kamu harus menggantinya dengan memberikan
semua hartamu, apakah kamu akan memberikan semua hartamu?”
Khalifah
menjawab “Tentu”
Ibnu
Samâk berkata lagi “Apabila yang harus diberikakannya adalah semua kerajaanmu,
apakah kamu akan memberikannya?”.
Khalifah
menjawab “Tentu”
Kemudian
Ibnu Samâk memberikan nasihat kepada Khalifah dengan berkata “Janganlah kamu
merasa senang dengan kerajaanmu yang tidak sebanding dengan air minum!” Dari
kisah tersebut kita belajar bahwa nikmat yang dianggap sedikit harus tetap disyukuri.
Hilim
(Menahan Diri Ketika Marah)
Rasulallah
SAW pernah berkata “Raihlah oleh kalian kemuliaan disisi Allah” Para shabat
bertanya “Apa itu wahai Rasulallah?”
Rasulallah
SAW menjawab “Bersilaturrahmilah kamu kepada orang yang memutuskan silaturrahmi
kepadamu, memberilah kamu kepada orang yang tidak meu memberimu, dan menahan
dirilah kamu kepada orang yang
mengganggumu.”
***
Dalam
suatu hadis dikisahkan bahwa seorang suku Badui Arab pernah kencing di dalam
masjid. Kemudian orang-orang menghamprinya untuk memukulnya. Lalu Rasulullah
SAW berkata kepada mereka “Biarkanlah dia, dan siramkanlah di atas
air kencingnya satu ember air atau satu timba air. Sesungguhnya
kalian diutus untuk menjadi orang yang mempermudah, dan tidak diutus untuk
menjadi orang yang mempersulit.”
***
Rasul
SAW adalah oarng yang suka menahan marah. Diantara kejadian yang menunjukan
bahwa Beliau suka menahan marah yaitu Beliau telah memaafkan Du’tsur yang ingin
membunuhnya, dan memaafkan orang badui yang menarik serbannya sehingga membuat
pundaknya membekas dan sakit.
Kemudian
Ketika para sahabat bermaksud untuk memukul seseorang yang datang menagih
hutang dengan suara keras, beliau malah memaafkannya dan berkata ”Biarkanlah
dia, karena sesungguhnya pemilik hak boleh berbicara.”
Lalu
Beliau juga telah memafkan penduduk mekah yang sangat mengganggunya selama 13
tahun, sehingga mereka mengeluarkan dari negrinya Makkah
***
Dihikayatkan
bahwa seorang laki-laki pernah berkata kepada Dirâr bin Qo’qâ’ “Demi Allah,
jika kamu berkata kepadaku satu kali saja maka kamu akan mendengar sepuluh
kali”
Dirâr
bin Qo’qâ’ menjawab “Demi Allah, jika kamu berkata kepadaku sepuluh kali maka
kamu tidak akan mendengar satu kali pun”
***
Diriwayatkan
dari Sayyidina Husen bin Ali RA bahwa seorang laki-laki memakinya. Maka dia melemparkan
baju yang dipakainya dan memberi dia uang sebanyak 1000 dirham.
***
Dikisahkan
seorang laki-laki pernah bertanya kepada Rasulallah SAW “Hal apa yang paling
berat?”
Rasulallah
SAW menjawab “Kemarahan Allah SWT.”
Laki-laki
tersebut bertanya lagi “Apa yang dapat menjauhkanku dari kemarahan
Allah SWT.”
Rasulallah
SAW menjawab “Janganlah kamu marah.”
***
Diriwayatkan
dari Nabi SAW bahwa beliau pernah berkata: Pada hari kiamat seorang malaikat
akan menyeru “Barang siapa yang mempunyai pahala yang menjadi tanggungan Allah Azza
Wajalla, maka berdirilah!”
Kemudian
pada saat itu berdirilah orang-orang
yang telah memaafkan orang lain. Lalu dia membacakan ayat yang berbunyi:
فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ
فَأَجْرُهُ عَلَى اللهِ
Artinya:
Barang siapa memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat jahat)
maka pahalanya dari Allah.
***
Diriwayatkan
bahwa Nabi SAW pernah mengutus seorang pelayan dalam suatu keperluan. Ternyata
pelayan tersebut lambat. Kemudian ketika dia
datang, beliau berkata “Kalau bukan karena takut Qishash (yaitu
pembalasan hukuman diakhirat), tentu aku telah menyakitimu.”
Diriwayatkan
pada suatu hari Rasulallah SAW sedang bersama dengan seorang laki-laki yang
memakai selendang. Kemudian ketika ada angin, selendangnya terlepas dari
laki-laki tersebut. Lalu laki-laki tersebut melaknat angin yang telah
melepaskan selendangnya. Kemudian Rasulallah SAW berkata “Janganlah kamu
melaknat angin! Karena dia diperintahkan dan tunduk. Sesungguhnya orang yang
melaknat sesuatu yang tidak patut dilaknat, maka kembalilah laknat itu menimpa
dirinya.”
***
Dalam
suatu hadis dikisahkan bahwa Rasulallah SAW pernah ditanya “Jihad apakah yang
paling utama?”
Beliau
menjawab “Perkataan yang hak dihadapan raja yang zalim.”
Kisah
tersebut merupakan bagian dari penjelasan marah yang dibolehkan dengan alasan karena
Allah SWT, seperti marah kepada pemimpin yang zalim
***
Dikisahkan
bahwa Hathith Az-Zayyat dibawa menghadap kepada Al-Hajjaj bin Yusuf
Ats-Tsaqafi. Ketika dia menghadap kepada Hajjaj, Hajjaj berkata “Kamu yang
bernama Hathith?”
Hathith
menjawab “Ya, tanyakanlah apa yang kamu suka. Karena ketika aku berdiri di
hadapan Maqam Ibrahim aku berjanji tiga perkara kepada Allah SWT. Pertama, jika
aku ditanya, aku akan menjawab dengan benar. Kedua, jika aku mengalami cobaan,
aku akan bersabar. Ketiga jika diberi keselamatan, aku akan bersyukur.”
Hajjaj
berkata “Apa pendapatmu mengenai diriku?” Hathith menjawab “Aku katakan,
sesungguhnya kamu termasuk musuh Allah dimuka bumi. Kamu melanggar larangan
Allah dan membunuh dengan sangkaan.”
Hajjaj
berkata “Apa pendapatmu tentang Amirul mukminin Abdul Malik bin Marwan?”
Hathith
menjawab “Dia lebih besar dosanya daripada kamu. Sesungguhnya kamu adalah salah
satu dosa-dosanya.”
Hajjaj
berkata “Siksalah dia”
Maka
dia disiksa dengan dibelahkan kayu, kemudian ditusukanlah ketubuhnya, lalu dia diikat
dengan tali dan dibentangkan diaatas kayu-kayu hingga dagingnya bercerai berai.
Pada saat disiksa mereka tidak mendengar dia mengucapkan sesuatu.
Ketika
hajjaj diberitatakan bahwa Hathith dalam keadaan menjelang ajal (sekarat). Maka
hajjaj berkata ”Keluarkanlah dia dan lemparkanlah ke pasar.”
Ja’far
berkata “Ketika aku bersama temanku mendatangi Hathith. Kami berkata kepada
“Hathith, apakah kamu punya keperluan?”
Hathith
menjawab “Seteguk air”
Kemudian
mereka membawa segelas air, lalu Hathith pun meninggal dunia. Waktu itu Hathith
berusia 18 tahun, semoga Allah merahmatinya.
***
Dikisahkan
bahwa seorang ulama yang bijaksana telah didatangi oleh seorang temannya.
Kemudian ulama tersebut mengasongkan makanan kepada temannya. Namun pada saat
itu istri ulama tersebut keluar dan mengangkatkan hidangan sambil memaki-maki
suaminya. Ternyata istrinya tersebut mempunyai ahlak yang buruk.
Setelah
itu, temannya keluar dengan keadaan marah. Kemudian ulama tersebut mengikutinya
temannya dan berkata “Apakah kamu ingat, pada suatu hari ketika kita makan
dirumahmu, ternyata terdapat seekor ayam yang jatuh keatas hidangan dan
menghancurkan hidangan tersebut. Maka salah satu dari kita tidak ada yang
marah?”
Temannya
menjawab “Tentu”
Orang
yang bijaksana berkata lagi “Anggaplah ini seperti kejadian yang terjadi oleh
ayam itu”
Setelah
itu maka kemarahan dari temannya tersebut menjadi hilang.
Kemudian
temannya berkata “Telah benar orang yang bijaksana. Sifat hilim (menahan marah)
adalah obat dari segala rasa sakit”
***
Dikisahkan
seorang yang bijaksana telah dipukul oleh seorang laki-laki sehingga kakinya
menjadi sakit. Akan tetapi orang yang bijaksana tersebut tidak marah. Kemudian
orang-orang bertanya tentang kejadian tersebut. Maka orang bijaksana tersebut
berkata “Aku menganggapnya seperti batu yang membuat aku tersandung, maka aku
sembelih kemarahanku.”
***
Dikisahkan
seorang laki-laki memaki kepada Ibnu Abbas RA. Kemudian setelah laki-laki
tersebut selsai, Ibnu Abbas RA berkata “Wahai Ikrimah, apakah laki-laki
tersebut mempunyai keperluan, agar kita penuhi?”
Lalu
laki-laki yang tersebut menundukan kepalanya dan merasa malu.
***
Dihikiyatkan
seorang ahli ibadah mempunyai seekor domba. Ketika dia melihat kaki domba
tersebut ternyata kakinya tinggal tiga (salah satu kakinya telah patah).
Kemudian dia berkata “Siapa yang membuatnya begini?”
Lalu
seorang abid milik ahli ibadah tersebut berkata “Saya”
Ahli
ibadah berkata lagi “Kenapa kamu melakukannya?”
Abidnya
berkata “Supaya aku bisa membuatmu sedih!”
Ahli
ibadah berkata “Tidak. Akan tetapi sungguh aku telah membuat sangat sedih orang
yang memerintahkanmu. Oleh karena itu pergilah kamu! Karena kamu telah
merdeka.”
Dermawan
Dalam
suatu hadis Rasulallah SAW berkata “Pada malam isra mi’raj, Aku melihat pintu
surga yang diatasnya tertulis bahwa pahala sedekah adalah sepuluh kali lipat,
dan pahala meminjamkan adalah delapan puluh kali lipat. Kemudian aku bertanya
kepada malaikat Jibril “Wahai Jibril, apa alasannya meminjamkan lebih utama
daripada sedekah?”
Malaikat
Jibril menjawab “Karena, sesungguhnya orang yang meminta terkadang meminta pada
saat dia masih berkecukupan, sedangkan orang yang meminta pinjaman tidak
meminta pinjaman kecuali karena dia butuh.”
***
Rasulallah
SAW adalah orang yang sangat mulia dan sangat dermawan. Beliau suka mengadakan
segala sesuatu yang diminta untuk diadakan, dan beliau suka memberikan sesuatu,
yang mana golongan raja seperti raja persia dan kaisar pun tidak mampu untuk melakunnya.
Ketika diminta sesuatu, beliau tidak suka berkata “Tidak.”
Dikisahkan
pada suatu hari seorang perempuan datang kepada Rasulallah SAW.
Dia memberikan sebuah selimut hasil tenunannya untuk dipakai oleh
Rasulallah SAW. Kemudian beliau menerimanya dan memakainya, karena beliau pun
sedang membutuhkannya.
Lalu
seorang laki-laki dari golongan sahabat berkata kepada Rasulallah SAW “Betapa
bagusnya selimut tersebut, bolehkah Kamu memakaikannya untukku?”
Rasulallah
SAW menjawab “Baiklah”
Setelah
beliau duduk dalam suatu majlis, beliau pulang dan melipat kembali selimut
tersebut. kemudian beliau mengirimkan selimut tersebut kepada laki-laki yang
telah memintanya.
Kemudian
suatu kaum berkata kepada laki-laki tersebut “Bagus sekali kamu, selimut yang
kamu minta telah dipakai oleh Rasulallah SAW, dan beliau juga membutuhknnya.
Namun kamu malah memintanya, dan kamu tahu bahwa Rasulallah SAW tidak akan
menolak orang yang meminta kepadanya.”
Laki-laki
tersebut menjawab “Demi Allah. Aku tidak memintanya untuk aku pakai, sungguh aku
memintanya untuk aku jadikan sebagai kain kafan untukku.” Maka selimut itu pun menjadi
kain kafannya.
***
Dikisahkan
bahwa Nabi SAW pernah dibawakan uang sebanyak 90.000 dirham. Kemudian beliau
meletakannya diatas sehelai tikar. Lalu beliau berdiri dan membagikannya.
sehingga, tidaklah beliau menolak seorang yang memintanya sampai beliau selsai
membagikannya.
***
Dikisahkan
seorang laki-laki datang meminta sesuatu kepada Nabi SAW. Kemudian beliau
berkata “Aku tidak punya apa-apa, tetapi belilah atas namaku. Jika aku punya
uang, aku yang akan membayarnya.”
***
Dikisahkan
pula beberapa kedermawanan Nabi SAW dan para pengikutnya yaitu: Beliau pernah
mengembalikan tawanannya dari bani Hawazin yang berjumlah 6.000 orang.
Beliau
juga lebih mengutamakan orang lain daripada diri dan anak-anaknya. Terkadang
selama sebulan atau dua bulan didalam rumahnya tidak dinyalakan api. Beliau dan
keluarganya cukup makan kurma dan air. Sering kali juga beliau tidur dalam
keadaan lapar dan bangun pagi dalam keadaan puasa. Beliau juga pernah mengikatkan
batu di perutnya karena beliau merasa lapar.
Ketika
beliau diberikan harta, beliau tidak menyimpan sedikitpun untuk dirinya, bahkan
ketika beliau wafat, baju besinya pun masih tergadai kepada orang Yahudi dengan
imbalan 30 sha’ biji gandum. Padahal beliau adalah orang yang telah menguasai
jazirah Arab.
Sayyidina
Abu Bakar RA menafkahkan seluruh hartanya dalam perang tabuk. Sayyidina Umar RA
membelanjakan setengah hartanya, Sayyidina Utsman dan Sayyidina Abdurrahman bin
Auf juga menafkahkan harta yang banyak.
***
Diriwayatkan
dari Ibnu Abbas RA bahwa ketika Hasan dan Husen RA (cucu Rasulallah SAW) sakit,
Rasulallah SAW menjenguknya bersama beberapa orang. Lalu beliau berkata “Wahai
Aba al-Hasan (Sayyidina Ali bin Abi Thalib), bagaimana kalau kamu bernazar untuk
anakmu?”
Setelah
itu maka Sayyidina Ali, Sayyidatuna Fatimah, dan seorang sahaya perempuan
bernama Fidhdhah bernazar, jika Hasan
dan Huses RA sembuh, maka mereka akan berpuasa tiga hari.
Lalu
ketika Hasan dan Huses RA sembuh. mereka tidak memiliki apa-apa, maka Sayyidina
Ali berhutang sebanyak tiga sha’gandum kepada seorang yahudi yang bernama
Syam’un Al-Khaibari. Kemudian Sayyidatuna Fatimah RA menggiling satu sha’ untuk
dibuat roti sebanyak lima potong sesuai jumlah mereka. Ketika mereka meletakannya untuk berbuka puasa,
datanglah seorang pengemis sambil berkata “Assalamu’alaikum wahai
keluarga Muhammad, aku seorang muslim yang miskin, berilah aku makanan, semoga
Allah memberi kalian makanan dari hidangan surga.”
Maka
mereka pun memberikan makanannya. Lalu mereka hanya minum air dan tidur tanpa
makan sesuatu. Pada pagi harinya mereka berpuasa lagi, dan pada waktu sore
harinya, ketika mereka menyiapkan makanan, datanglah anak yatim. Maka mereka
pun memberikan lagi makanannya. Pada hari ketiga datanglah seorang tawanan,
maka mereka memberikan lagi makanannya.
Kemudian
pada pagi harinya Sayyidina Ali RA datang kepada Rasulallah SAW sambil memegang
tangan Hasan dan Husen RA. Ketika Rasulallah SAW melihat mereka yang gemetar
seperti anak burung, beliau berkata “Sebagaimana yang aku lihat, betapa
menyedihkan keadaanmu.”
Lalu
beliau berdiri dan pergi bersama mereka. Rasulallah SAW juga melihat Sayyidina
Fatimah sedang berada di mihrabnya, tubuhnya tampak kurus dan kedua matanya tampak cekung. Oleh karena
itu maka beliau merasa sedih melihat hal tersebut.
Setelah
itu turunlah Jibril kepada Rasulallah SAW, dia berkata “Ambillah dia wahai
Muhammad, Allah telah memberimu selamat atas keluargamu.”
Lalu
Jibril membacakan surat Al-Insan sampai ayat yang terakhir. Diantara bunyi
ayatnya yaitu:
إنَّ
الْأَبْرَارَ يَشْرَبُونَ مِنْ كَأْسٍ كَانَ مِزَاجُهَا كَافُورًا. عَيْنًا
يَشْرَبُ بِهَا عِبَادُ الَّهِ يُفَجِّرُونَهَا تَفْجِيرً. يُوفُونَ بِالنَّذْرِ
وَيَخَافُونَ يَوْمًا كَانَ شَرُّهُ مُسْتَطِيرًا. وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ
عَلَىٰ حُبِّهِ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا. إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ
الَّهِ لَا نُرِيدُ مِنْكُمْ جَزَاءً وَلَا شُكُورًا. إِنَّا نَخَافُ مِنْ
رَبِّنَا يَوْمًا عَبُوسًا قَمْطَرِيرًا
Artinya:
Sesungguhnya orang-orang yang berbuat kebajikan minum dari gelas (berisi
minuman) yang campurannya adalah air kafur. (yaitu) mata air (dalam surga) yang
daripadanya hamba-hamba Allah minum, yang mereka dapat mengalirkannya dengan
sebaik-baiknya. Mereka menunaikan nazar dan takut akan suatu hari yang azabnya
merata di mana-mana. Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang
miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya Kami memberi makanan
kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki
balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih. Sesungguhnya Kami takut
akan (azab) Tuhan kami pada suatu hari yang (di hari itu) orang-orang bermuka
masam penuh kesulitan.
***
Diriwayatkan
bahwa Sayyidah Fatimah RA pernah memberi hadiah kepada Rasulallah SAW berupa
dua potong roti manis dan beberapa potong daging. Kemudian Rasulallah SAW
mengambilnya dan mengirimkan kembali makananan tersebut kepada Sayyidah Fatimah
RA dengan memakai penutup.
Lalu
Rasulallah berkata "Kemarilah wahai putriku"
Kemudian
Sayyidah Fatimah RA membukanya dan ternyata isinya penuh dengan roti dan
daging. Rasulallah SAW berkata lagi "Dari mana kamu mendapat ini?"
Sayyidah
Fatimah RA menjawab "Ini dari sisi Allah SWT, sesungguhnya Allah SWT
memberikan rizki kepada orang yang Dia kehendaki tanpa perhitungan.”
Rasulallah
SAW berkata "Segala puji milik Allah yang telah menjadikanmu seperti
pemimpin para perempuan bani Israel (Siti Maryam binti Imran).”
Setelah
itu Rasulallah SAW mengajak Ali, Hasan, Husen dan keluargannya untuk berkumpul
dan memakan makanan tersebut sampai mereka kenyang. Kerena makanannya masih
tersisa kemudian Sayyidah Fatimah RA membagikannya kepada para tetangganya.
Rendah
Hati
Rasulallah
SAW pernah berkata “Sesungguhnya orang yang paling aku cintai dan paling dekat
diantara kalian terhadapku diakhirat adalah orang-orang yang terbaik ahlaknya.
Dan sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh diantara kalian
terhadapku adalah orang-orang yang banyak bicara tanpa guna dan suka membual
serta Al-Mutafaiqihûn.”
Kemudian
para sahabat berkata “Wahai Rasulallah, kami telah tahu orang-orang yang banyak
bicara tanpa guna dan suka membual, lalu apa itu Al-Mutafaiqihûn?”
Rasulallah
SAW menjawab “Orang-orang yang sombong.” Kemudian beliau berkata lagi
“Orang-orang yang sombong akan dibangkitkan pada hari kiamat dalam bentuk
seperti semut-semut kecil yang diinjak oleh orang-orang. Kemudian di neraka
jahanam mereka digiring ke penjara bernama ‘Bûlas’ yang dipenuhi api, dan
mereka diberi minum ‘Thinatul khabâl’, yaitu keringat penghuni neraka,”
***
Dikisahkan
ada seorang laki-laki makan dengan menggunakan tangan kiri disamping Rasulallah
SAW. kemudian Rasulallah SAW berkata "Makanlah dengan tangan
kananmu!"
Laki-laki
tersebut menjawab "Aku tidak bisa"
Rasulallah
SAW berkata lagi "Semoga kamu tidak bisa, tidak ada yang mencegahnya makan
dengan tangan kanan kecuali karena dia sombong.”
Setelah
itu tangan kanannya menjadi tidak bisa diangkat kemulutnya, lalu dia pun makan
dengan tangan kirinya.
***
Dikisahkan
pada suatu hari Sayyidina Ali RA pernah memberikan beberapa uang dirham kepada
abidnya untuk membeli dua buah baju yang tidak sama harganya. Kemudian ketika
abidnya tersebut memberikan dua buah baju yang telah dibelinya, Sayyidina Ali
RA langsung memberikan baju yang lebih lembut dan lebih mahal harganya kepada
abidnya tersebut, sedangkan Sayyidina Ali RA sendiri malah mengambil baju yang
lebih jelek dan lebih murah.
Setelah
itu Sayyidina Ali RA berkata kepada abidnya "Kamu lebih berhak
untuk mendapatkan baju yang lebih baik, karena kamu adalah seorang pemuda
yang cenderung masih suka untuk bergaya. Sedangkan aku itu sudah tua, dan cukup
bagiku baju ini."
***
Dikisahkan
Sayyidina Umar bin Khatab RA pernah dimintai pergi ke negara Syam
untuk melaksanakan penanda tanganan perdamaian disalah satu wilayah, sebagai
mana yang diisyaratkan oleh penduduknya. Lalu ketika diperjalanan dia dan
abidnya bergantian untuk menaiki kendaraan.
Pada
saat mereka telah dekat dari kota, abidnya tersebut kebagian menaiki kendaraan,
sedangkan Sayidina Umar bin Khatab RA kebagian berjalan kaki. Ketika mereka
tiba dipangkalan pasukannya, maka Sayidina Umar bin Khatab RA pun berjalan
kaki, dan abidnya menaiki kendaraan.
***
Dikisahkan
bahwa Sayyidina Husen bin Ali RA pernah melewat kepada orang-orang miskin yang
sedang memakan potongan roti diaatas selembar kain. Kemudian mereka berkata
“Wahai Abu Abdillah, marilah makan siang.”
Lalu
Sayyidina Husen bin Ali RA mendatanginya, dan dia mengucapkan ayat yang
berbunyi:
إِنَّهُۥ لَا يُحِبُّ
ٱلْمُسْتَكْبِرِينَ
Artinya:
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong.
Kemudian
dia pun ikut makan bersama mereka. Setelah itu Sayyidina Husen bin Ali RA
berkata kepada mereka “Sungguh akau telah memenuhi undangan kalian, maka
penuhilah undangan dariku!”
Kemudian
mereka pun pergi mengikuti Sayyidina Husen bin Ali RA. ketika mereka sampai
dirumah, Sayyidina Husen bin Ali RA berkata kepada pembantu perempuannya
“Keluarkanlah olehmu makanan yang kamu simpan,”
***
Diriwayatkan
bahwa seorang tamu pernah datang kepada Sayyidina Umar bin Abdul Aziz. Pada
saat itu lampu rumahnya seperti akan padam dan dia sedang keadaan menulis. Kemudian
tamu tersebut berkata “Aku akan memperbaiki lampunya”
Lalu
Sayyidina Umar bin Abdul Aziz bekata ”Tidaklah termasuk orang yang mulia,
apabila dia memperkerjaan tamunya.”
Tamu
tersebut berkata lagi “Apakah aku perlu untuk mengingatkan pembantu?”
Sayyidina
Umar bin Abdul Aziz menjawab “Dia telah tidur lebih awal”
Setelah
itu Sayyidina Umar bin Abdul Aziz bangun dan mengambil minyak zaitun untuk
memenuhi lampunya. Kemudian tamunya berkata ”Kamu telah melakukannya sendri
wahai Amirul mukminin (pemimpin orang-orang mukmin)!”
Sayyidina
Umar bin Abdul Aziz berkata “Saya pergi sebagi Umar, dan saya kembali sebagai
Umar. Tidak ada yang berkurang dariku, sebaik-baiknya manusia dihadapan Allah
SWT adalah orang bertawadhu.”
***
Dihikayatkan
bahwa Muthorrif Bin Abdillah Bin Syikhîr rahimahullah pernah melihat
kepada Al-Muhallab Bin Abu Shufroh menggunakan pakaiaan yang menyeret dan
berjalan dengan sombong. Oleh karena itu
maka Muthorrif Bin Abdillah Bin Syikhîr rahimahullah berkata kepadanya
“Wahai Abu Abdillah. Mengapa kamu berjalan dengan cara yang dibenci oleh Allah
SWT dan rasul-Nya?”
Al-Muhallab
Bin Abu Shufroh berkata “Apakah kamu tidak mengetahuiku?”
Muthorrif
Bin Abdillah Bin Syikhîr rahimahullah berkata “Tentu, aku mengetahuimu.
Permulaanmu adalah air mani yang menjijikan, dan keberakhiranmu adalalah
bangkai yang kotor. Kemudian diantara permulaanmu dan keberakhiranmu tersebut,
yaitu isi dari tubuhmu adalah air kencing dan kotoran.”
Setelah
itu maka Al-Muhallab Bin Abu Shufroh meninggalkan cara berjalan tersebut.
Diriwayatkan
dari Umar bin Syabbah bahwa dia pernah berkata: Ketika aku berada di Mekkah,
yaitu diantara Shofa dan Marwah, aku melihat seorang laki-laki yang mengendarai
seekor bagal betina (peranakan dari kuda dan keledai), dan diantanya terdapat
dua orang budak. Pada saat itu mereka bersikap keras kepada orang-orang.
Setelah
itu ketika aku kembali, dan pada saat aku memasuki suatu jembatan, aku bertemu
dengan seorang laki-laki yang bertelanjang kaki dan kepalanya terbuka dengan rambut
panjang sedang bersedih. Pada saat itu pula aku ingin memperhatikannya dan
memikirkannya. Lalu dia berkata “Apa yang kamu perhatikan dariku?”
Aku
berkata “Aku melihatmu seperti seorang laki-laki yang aku lihat di Mekah”
Kemudaian
aku jelaskan kepadanya tentang sifat laki-laki yang aku lihat di Mekah
tersebut.
Setelah
itu dia berkata “Aku adalah laki-laki tersebut”
Aku
berkata “Apa yang telah Allah SWT lakukan kepadamu?”
Dia
berkata “Sesungguhnya aku telah meninggikan diriku ditempat orang-orang yang
bertawadhu. Oleh karena itu Allah SWT
merendahkanku sehingga orang-orang menjadi lebih tinggi dariku”.
***
Hajaj
Bin Yusuf adalah orang yang dzolim dan termasuk kedalam golongan orang yang
paling takabur. Dia merupakan orang yang suka menumpahkan darah dan sering
disebutkan dalam kitab-kitab sejarah sebagai orang yang jahat.
Dikisahkan
pada suatu hari dia melihat seekor
kumbang merayap keatas tempat solatnya. Ketika dia mengusirnya, kumbang
tersebut malah kembali lagi sehingga dia mengusirnya lagi, dan kumbang tersebut
pun kembali lagi. Oleh karena itu dia mengambilnya untuk dibuang. Namun kumbang
tersebut malah mencapitnya dengan capitan yang keras, sehingga tangannya
menjadi bengkak dan membuatnya meninggal. Karena kesombongannya maka Allah SWT
mematikan Hajaj Bin Yusuf dengan mahluk-Nya yang dianggap paling lemah.
***
Namrud
Bin Kan’an adalah orang yang sangat sombong dan takabur. Sehingga dia berani
mengaku sebagai tuhan kepada kaumnya. Dia juga berani menyakiti Nabi Ibrahim AS
dengan membakarnya dengan api, namun Allah menyelamatkan Nabi Ibrahim AS.
Sebagai mana firman Allah SWT yang berbunyi:
قُلْنَا يَٰنَارُ كُونِى
بَرْدًا وَسَلَٰمًا عَلَىٰٓ إِبْرَٰهِيمَ
Artinya
berbunyi: Kami (Allah) berfirman, “Wahai api! Jadilah kamu dingin dan
penyelamat bagi Ibrahim.”
Karena
kesombongannya, maka Allah membinasakan Namrud Bin Kan’an dengan sesuatu yang
dianggap rendah, yaitu dengan seekor nyamuk yang masuk kedalam hidungnya.
***
Fir’aun
adalah orang yang sangat sombong dan durhaka, sehingga dia pernah berkata
kepada kaumnya “Aku adalah tuhan kalian yang maha tinggi”. Dia juga biasa
membunuh dan memenjarakan orang banyak. Dan dia pernah menyakiti nabi Musa As.
Oleh karena itu maka Allah SWT membinasakannya dengan menengelamkannya kedalam
sungai Nil sehingga dia menjadi hina dan rendah. Selain itu Allah SWT juga menyiksanya dengan siksaan yang dahsyat.
***
Qorun
adalah orang yang memiliki sifat takabur. Oleh karena itu maka Allah SWT
menenggelamkannya kedalam bumi sampai hari kiamat. Selain Qorun ada juga kaum
Nuh, kaum ‘Ad, kaum Tsamud, kaum Luth dan kaum Syu’aib yang di disiksa dengan bumi oleh Allah SWT
karena sifat takaburnya. Sebagian kaum yang lainnya, disiksa dengan
ditenggelamkan, diberi angin kencang, dihujani batu serta api dan diberikan
gempa yang dahsyat. Ini semua sesuai dengan firman Allah SWT yang berbunyi:
فَكُلًّا أَخَذْنَا
بِذَنۢبِهِۦ ۖ فَمِنْهُم مَّنْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِ حَاصِبًا وَمِنْهُم مَّنْ
أَخَذَتْهُ ٱلصَّيْحَةُ وَمِنْهُم مَّنْ خَسَفْنَا بِهِ ٱلْأَرْضَ وَمِنْهُم مَّنْ
أَغْرَقْنَا ۚ وَمَا كَانَ ٱللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَٰكِن كَانُوٓا۟ أَنفُسَهُمْ
يَظْلِمُونَ
Artinya:
Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka di
antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara
mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada
yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami
tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi
merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.
Ikhlas
Dikisahkan
bahwa Rasulallah SAW pernah ditanya tentang orang yang berperang dengan berani,
karena harga diri atau riya. “Apakah mereka berada dijalan Allah SWT?” Rasulallah
SAW menjawab “Barang siapa yang berperang untuk kalimat Allah yang tinngi, maka
dia berada dijalan Allah SWT.”
***
Dalam
suatu hadis disebutkan bahwa ada tiga orang yang akan pertama kali ditanya oleh
Allah SWT pada hari kiamat. Pertama yaitu orang yang diberi ilmu. Allah SWT akan bertanya kepadanya “Apa yang
telah kamu lakukan dengan ilmumu?”
Dia
menjawab “Wahai tuhanku. Aku telah mengamalakannya sepanjang malam dan siang”
Allah
SWT berkata “Bohong kamu”
Kemudian
Malaikat berkata “Bohong kamu, kamu melakukannya karena kamu bermaksud supaya
orang menyebutmu sebagai orang yang berilmu” Ingatlah ini.
Kedua
yaitu orang yang diberi harta. Allah SWT akan bertanya kepadanya “Apa yang
telah kamu lakukan?”
Dia
menjawab “Wahai tuhanku. Aku telah bersedekah dengannya sepanjang malam dan
siang”
Allah
SWT berkata “Bohong kamu”
Kemudian
Malaikat berkata “Bohong kamu, kamu melakukannya karena kamu bermaksud supaya
orang menyebutmu sebagai orang yang baik.” Ingatlah ini.
Ketiga
yaitu orang yang berperang dijalan Allah SWT. Allah SWT akan bertanya kepadanya
“Apa yang telah kamu lakukan?”
Dia
menjawab “Wahai tuhanku. Aku telah diperintahkan untuk berjihad, dan aku telah
berperang sehingga aku mati”
Allah
SWT berkata “Bohong kamu”
Kemudian
Malaikat berkata “Bohong kamu, kamu melakukannya karena kamu bermaksud supaya
orang menyebutmu sebagai orang yang pemberani” Ingatlah ini.
Mereka
semua adalah orang yang akan pertama kali merasakan api neraka jahanam pada hari
kiamat.
***
Rasulallah
SAW pernah ditanya “Bagaimana pendapatmu tentang orang yang beramal baik,
kemudian orang-orang memberikan pujian kepadanya?”
Rasulallah
SAW menjawab “Itu adalah kabar gembira yang disegerakan bagi orang beriman”
Sesuai
dengan firman Allah SWT yang berbunyi:
لَهُمُ الْبُشْرَى فِي
الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآَخِرَةِ
Artinya:
Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan}
di akhirat.
***
Dalam
suatu hadis dikisahkan bahwa ketika Allah SWT mengumpulkan orang-orang yang
terdahulu dan yang terakhir pada hari kiamat sebagai hari tiada karaguan
didalamnya, pada saat itu malaikat akan menyeru “Barang siapa yang
mempersekutukan Allah dengan seseorang dalam beramal, maka biarlah dia meminta
pahalanya dari orang itu. Sesungguhnya Allah tidak membutuhkan sekutu.”
***
Diriwayatkan
dari Rasulallah SAW bahwa seseorang pernah berkata kepadanya “Wahai rasulallah,
aku telah berpuasa sepanjang tahun.”
Rasulallah
SAW berkata “Kamu tidak berpuasa, dan kamu tidak berbuka”
Para
ulama menjelaskan bahwa Rasulallah SAW berkata begitu, karena orang tersebut
telah menampakan puasanya.
***
Diriwayatkan
bahwa Sayyidina Umar bin Khatab pernah melihat seseorang membungkukan lehernya.
Kemudian Sayyidina Umar bin Khotob berkata “Wahai orang yang memiliki leher,
angkatlah lehermu. Karena rendah hati itu bukanlah berada pada leher.
Sesungguhnya rendah hati itu berada didalam hati.”
***
Diriwayatkan
dari Ibnu Mas’ud RA bahwa dia mendengar seorang laki-laki pernah berkata, “Tadi
malam aku telah membaca surat Al-baqoroh”
Kemudian
Ibnu Mas’ud RA berkata “Itulah bagian yang didapatkannya dari surat
tersebut.” (dia tidak mendapat pahala
karena bersikap riya)
***
Pada
suatu saat Abu Umamah Al-Bahillî pernah melihat kepada seorang laki-laki yang
menangis sambil bersujud didalam masjid. Kemudian dia berkata kepadanya “Kamu
berbuat benar, jika saja kamu melakukannya dirumahmu.”
***
Dihikiyatkan
bahwa seorang laki-laki pernah menjamu kepada Sufyan Atsaury dan
sahabat-sahabatnya. Pada saat itu laki-laki tersebut berkata kepada keluarganya
“Ambilkanlah sebuah baki yang bukan aku bawa dari ibadah hajiku yang pertama,
akan tetapi yang aku bawa dari ibadah hajiku yang kedua.”
Sufyan
Atsaury berkatata “Kasihan dia, dengan ucapannya tersebut, dia telah merusak
kedua ibadah hajinya.”
***
Dihikayatkan
seorang laki-laki yang riya pernah melakukan solat dengat baik. Oleh karena itu
orang orang berkata “Betapa baik solatmu!”
Laki-laki
tersebut berkata “Beserta solat tersebut, sesungguhnya aku berpuasa”
***
Dihikayatkan
bahwa sebagian orang yang berbuat riya pernah ditanya “Berapa lama kamu tinggal
di Irak?”
Orang
tersebut menjawab “Aku tinggal selama dua puluh tahun, dan aku berpuasa selama
tiga puluh tahun.”
Tidak
Dengki dan Menutupi Aib
Dihakayatkan
ketika Al-Asma’i bertemu dengan orang
Arab pedalaman yang telah 120 tahun dia berkata “betapa panjang umurmu!”
orang Arab tersebut berkata “Aku tinggalkan rasa
dengki, maka aku pun berumur panjang.”
***
Nabi
SAW pernah ditanya “Siapakah orang yang paling utama?”
Nabi
SAW menjawab “Yaitu setiap orang yang memiliki sifat makhmûmulqalbî dan
memiliki lisan yang jujur.”
Orang-orang
berkata “Kami telah tahu tengtang orang yang memiliki lisan yang jujur, akan
tetapi apa yang dimaksud dengan makhmûmulqalbî ?”
Nabi
SAW menjawab “Yaitu orang yang bertakwa dan bersih hatinya, tidak ada dosa
serta tidak ada sifat dzalim didalam dirinya, dia tidak memiliki sifat dendam dan
dengki”.
***
Diriwayatkan
dari Ibnu Umar RA dia pernah berkata “Rasulallah SAW pernah menaiki mimbar dan
berkata dengan suara yang lantang ‘Wahai orang-orang yang telah islam dengan
lisannya, namun belum menjadikan keimanan sebagai pemimpin bagi hatinya,
janganlah kalian menyakiti orang orang-orang muslim, dan janganlah kalian
menghinanya serta menguntit aibnya. Sungguh barang siapa yang menguntit aib
saudaranya yang muslim, maka Allah SWT akan menguntit aibnya. Barang siapa yang
Allah SWT kuntit aibnya, maka Allah SWT akan membukakan aibnya walaupun dia
berada dirumahnya.”
***
Dikisahkan
pada suatu hari, ketika Ibnu Umar
melihat Ka’bah dia pernah berkata “Betapa agungnya engkau ka’bah, dan
betapa agungnya kehormatanmu ka’bah. Akan tetapi dihadapan Allah SWT orang yang
beriman lebih agung kehormatannya daripadamu ka’bah. Diantara anugrah Allah SWT
kepada hambanya yaitu Allah SWT suka menutup aib hambanya. Allah SWT menyebut
dirinya dengan sebutan Assâttâr (yang maha menutupi
kejelekan)
Menghindari
Hasud (Benci akan nikmat orang lain)
Dikisahkan
ketika Abdullah Ubay bin Salûl dimaksudkan untuk diangkat menjadi raja oleh
kaumnya, yaitu kaum banûlkhajraj. Nabi SAW tengah berhijrah ke Madinah.
Oleh karena itu maka pengangkatannya menjadi gagal, dan dia menjadi hasud
kepada nabi SAW. Pada dohirnya dia mengaku islam, namun secara
sembunyi-sembunyi dia memusuhi nabi SAW, dia menjadi bagian dari pemimpin dan
pembesar orang-orang yang munafik. Dia sangat menyakiti nabi SAW, sehingga dia
mati dalam keadaan kufur.
Karena
perbuatannya tersebut Allah SWT melarang nabi SAW untuk mensolatkannya dengan
firman-Nya yang berbunyi:
وَلَا تُصَلِّ عَلٰٓى
اَحَدٍ مِّنۡهُمۡ مَّاتَ اَبَدًا وَّلَا تَقُمۡ عَلٰى قَبۡرِهٖ ؕ اِنَّهُمۡ
كَفَرُوۡا بِاللّٰهِ وَرَسُوۡلِهٖ وَمَاتُوۡا وَهُمۡ فٰسِقُوۡنَ
Artinya:
Dan janganlah engkau (Muhammad) melaksanakan shalat untuk seseorang yang
mati di antara mereka (orang-orang munafik), selama-lamanya dan janganlah
engkau berdiri (mendoakan) di atas kuburnya. Sesungguhnya mereka ingkar kepada
Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam keadaan fasik.
Jika
saja dia tidak hasud kepada Nabi SAW tentu dia akan menjadi orang islam yang
baik sebagaimana kaum Anshar yang telah menjadi penolong bagi agama.
***
Dikisahkan
ketika iblis bersikap hasud dan tidak menyukai nabi Adam AS sebagai mahluk
pilihan Allah SWT. Dia tidak mau bersujud kepada nabi Adam AS. Maka saat itu
Allah melaknatnya dan mengusirnya dari golongan malaikat yang bertaqarrub
kepada Allah SWT. Dia pun turun ke bumi untuk menjadi teladan bagi orang-orang yang
kafir dan fasik.
***
Dikisahkan
bahwa orang yang pertama kali membunuh di alam dunia adalah Qabîl putra nabi
Adam AS. Dia membunuh saudaranya sendiri yaitu Habîl, dia berbuat dzolim karena
dia memiliki sifat hasad. Dengan sebab itu pula dia menjadi orang yang
menanggung dosa orang-orang yang membunuh setelahnya.
Menghindari
ghibah (Membicarakan orang lain)
Dalam
suatu hadis nabi SAW pernah berkata “Apakah kalian tahu apa itu gibah?”
Orang
orang berkata “Allah SWT dan rasulnya lebih tahu” Nabi SAW berkata “Yaitu
engkau menyebutkan sesuatu yang ada pada saudaramu, dan itu tidak disukai
olehnya.”
Orang
orang berkata “Bagaimana jika sesuatu yang ada pada saudaraku itu sesuai dengan
perkataanku” Nabi SAW berkata “Jika yang kamu katakan itu benar, maka kamu
telah berbuat ghibah. Jika tidak
benar, maka kamu telah membuat-buat
kedustaan pada dirinya.”
***
Dikisahkan
pada saat Rasulallah SAW dimi’rajkan oleh Allah SWT, beliau pernah melewat
kepada suatu kaum yang memiliki kuku dari tembaga, lalu mereka mencakar
wajahnya dan dadanya sendiri. Kemudian beliau bertanya kepada malaikat Jibril
“Siapakah mereka wahai Jibril?”
Malaikat
Jibril menjawab “Mereka adalah orang-orang yang suka memakan daging manusia (bergibah)
dan mencaci maki kehormatan mereka.”
***
Diriwayatkan
dari Aisyah RA, dia pernah berkata kepada nabi SAW “Cukuplah Shafiyah (salah
seorang istri nabi) mempunyai sifat begini dan begitu.” Sebagian perawi
mengatakan bahwa yang dimaksud Aisyah RA adalah soal tinggi badan Shafiyah yang
rendah.
Rasul
menjawab “Sungguh kamu telah melontarkan sebuah kalimat yang bila dicampurkan dengan air laut, maka
kalimat tersebut akan menodainya, air laut tersebut akan berubah menjadi bau
busuk.”
***
Diriwayatkan
dari Jabir bin Abdullah RA dia pernah berkata “Ketika kami bersama dengan nabi
SAW, terciumlah bau yang busuk”
Kemudian
nabi SAW berkata “Apakah kalian tahu bau apa ini? Ini adalah bau dari orang
sedang menggibah orang yang beriman.”
***
Diriwayatkan
bahwa Hindun bin ‘Utbah pernah berkata kepada Nabi SAW “Sesungguhnya Abu Sufyan
(suami dari Hindun bin ‘Utbah) adalah orang yang pelit. Dia tidak memberikan
kecukupan kepadaku dan kepada anakku, kecuali aku mengambilnya sendiri, dan dia
tidak mengetahuinya.” Nabi SAW menjawab “Ambillah sesuai kecukupanmu dan
kecukupan anakmu dengan cara yang baik.” Kisah tersebut merupakan contoh salah
satu ghibah yang dibolehkan, karena tujuannya adalah untuk meminta fatwa.
***
Dikisahkan
seorang laki-laki meminta izin masuk kepada nabi SAW. Kemudian beliau berkata
“Izinkanlah dia masuk. Dia adalah seburuk-buruk orang diantara keluarganya.”
Ketika
laki-laki itu masuk, maka nabi SAW berkata lembut kepadanya, lalu beliau
berkata “Wahai Aisyah, sesungguhnya sejahat-jahat manusia ialah yang dimuliakan
karena menghindari kejahatannya.”
Kisah
tersebut merupakan salah satu contoh gibah yang dibolehkan, karena orang yang
dibicarakan tersebut adalah orang yang telah menunjukan kefasikannya secara
terang-terangan.
***
Dikisahkan
dari Anas RA bahwa dia pernah berkata: pada suatu hari Rasulallah SAW
memerintahkan orang-orang untuk berpuasa, beliau berkata “Janganlah seseorang
berbuka hingga aku mengizinkannya.”
Maka
orang-orang pun berpuasa.
Lalu
Pada sore hari datanglah seseorang, dia berkata “Wahai Rasulallah, aku tetap
berpuasa, maka izinkanlah aku berbuka.” Maka beliau mengizinkannya.
Kemudian
datanglah seorang laki-laki, dia berkata “Wahai Rasulallah, dua anak perempuan
dari keluargaku tetap berrpuasa, dan mereka merasa malu untuk datang kepadamu,
maka izinkanlah mereka berbuka.” Lalu beliau berpaling darinya.
Kemudian
orang itu datang lagi dan berkata “Wahai Rasulallah, demi Allah, mereka telah
hampir meninggal.”
Beliau
berkata “Bawalah mereka kepadaku.”
Ketika
mereka datang beliau meminta sebuah gelas dan berkata kepada salah perempuan
tersebut “Muntahkanlah.” Maka dia pun
memuntahkan nanah, darah, dan campuaran dari nanah dan darah sehingga gelasnya menjadi penuh.
Lalu
beliau berkata juga kepada perempuan yang satunya lagi “Muntahkanlah.” Maka dia
pun muntah sebagi mana perempuan yang sebelumnya.
Setelah
itu beliau berkata “Sesungguhnya kedua perempuan ini berpuasa dari apa yang
dihalalkan oleh Allah SWT kepada mereka, dan mereka berbuka dengan apa yang
diharamkan oleh Allah SWT kepadanya. Salah satu dari mereka duduk menghadap
yang lainnya. Dan mereka memakan daging orang-orang (menggibah)
***
Diriwayatkan
dari Hasan Al-Bashri Rahimahullah, bahwa seorang laki-laki pernah
berkata kepadanya “Sesungguhnya seseorang telah menggibahmu!”
Setelah
itu Hasan Al-Bashri mengirimkan kurma satu piring basah kepada orang yang telah
menggibahnya. Kemudian dia berkata kepadanya “Telah sampai kepadaku, bahwa kamu
telah memnghadiahkan kebaikanmu kepadaku. Untuk itu, aku ingin membalasmu,
namun maafkanlah aku karena aku tidak bisa membalasmu dengan sempurna.”
Dengan
bergibah seseorang akan kehilangan ganjaran amal baiknya, dan ganjaran amal
baik tersebut akan diberikan kepada orang yang gibahinya.
Menghindari
Namimah (Mengadu domba)
Dikisahkan
pada suatu saat nabi SAW melewati dua buah kuburan, lalu dia berkata “Sesungguhnya kedua orang yang
berada dalam kuburan tersebut sedang disiksa, mereka mengira siksaan tersebut
bukan karena dosa besar. Yang satu disiksa karena suka mengadu domba, sementara
yang satunya disiksa karena tidak bersuci setelah kencing.”
***
Dikisahkan
pada suatu hari, seorang laki-laki datang kepada Sayyidina Ali bin Husen
menyampaikan omongan orang lain. Kemudian Sayyidina Ali bin Husen berkata
kepadanya “Mari kita pergi kepada orang tersebut” Lalu mereka pun pergi untuk
mendatanginya.
Laki-laki
tersebut mengira bahwa Sayyidina Ali bin Husen akan membela dirinya. Namun
ketika mereka sampai, Sayyidina Ali bin Husen berkata “Wahai saudaraku, jika
apa yang kamu katakan itu benar maka semoga Allah SWT mengampuniku, dan jika
apa yang kamu katakan itu bohong, maka semoga Allah SWT mengampunimu.”
***
Dihikayatkan
pada sauatu hari ada seorang laki-laki ditinggal meningal oleh saudara
perempuannya. Ketika saudara perempuannya tersebut dikubur ternyata dompet yang
berisi emas milik laki-laki tersebut terjatuh kedalam kuburannya. Oleh karena
maka pada malam harinya laki-laki tersebut menggali kembali kuburan tersebut
untuk mengambil dompetnya. Namun pada saat itu dia malah menemukan kuburan tersebut
telah dipenuhi dengan api. Setalah itu dia menemui ibunya dan bertanya kepadanya
“perbuatan munkar apakah yang telah dilakukan oleh saudara perempuanku?”
Ibunya
menjawab “aku tidak tahu, kecuali satu yaitu dia pernah keluar pada malam hari
untuk mendengar pembicaran para tetangga dari pintu rumahnya, kemudian dia
mengadu domba mereka sehingga terjadilah fitnah diantara mereka
Kemudian
laki-laki tersebut berkata “Itulah sebabnya.”
Lalu
dia memberitahukan keadaan saudaranya kepada ibunya.
***
Dikisahkan
dari Hammad bin Salamah RA, dia berkata: seorang laki-laki tengah menjual
seorang abid kepada seorang pembeli. Sipenjul berkata “Dia tidak mempunyai aib,
kecuali satu yaitu suka mengadu domba.”
Si
pembeli berkata “Aku rido” Kemudian dia mebelinya.
Setelah
abid tersebut tinggal beberapa hari bersama pemilik barunya, dia berkata kepada
istri pemiliknya “Sesungguhnya pemilikku tidak mencintaimu. Dia bermaksud akan
menikahi seorang hamba sahaya. Untuk itu ketika dia tidur ambillah rambut
belakangnya dengan pisau cukur. Dengan begitu kamu bisa menyihirnya sehingga
dia jadi mencintaimu.”
Di
lain waktu, abid tersebut juga berkata kepada pemiliknya “Sesungguhnya istrimu
mempunyai kekasih lain. Dia bermaksud akan membunuhmu. Untuk itu tidurlah kamu bersamanya,
maka kamu akan mengetahuinya.”
Lalu
pemilik abid tersebut tidur bersama istrinya. Ketika istrinya datang dengan
membawa pisau cukur, suaminya menyangka bahwa istrinya tersebut akan
membunuhnya. Kemudian suaminya bangun dan langsung membunuh istrinya. Setelah
itu keluarga dari istrinya datang untuk membunuh suaminya, kemudian terjadilah
peperangan antara dua kaum tersebut.
***
Dikisahkan
pada suatu hari seorang laki-laki menuduh seseorang dan membicarakannya
dihadapan Umar bin Abdul Aziz rahimahullah. Kemudian Umar bin Abdul Aziz
rahimahullah berkata kepadanya “Wahai laki-laki, jika kamu bermaksud
agar kami memperhatikan urusanmu, maka
ketahuilah, jika kamu berbohong maka
kamu termasuk orang yang dihukumi oleh ayat yang berbunyi:
يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا إِنْ جَاءَكُمْ
فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوْا
Artinya:
Wahai orang-orang yang beriman, apabila datang kepada kalian orang fasiq
dengan membawa berita, maka periksalah dahulu dengan teliti.
Dan
jika kamu benar maka kamu termasuk orang yang dihukumi oleh ayat yang berbunyi:
هَمَّازٍ مَشَّاءٍ بِنَمِيمٍ
Artinya:
Yang banyak mencela, yang kian kemari menabur fitnah”
Setelah
itu laki-laki tersebut diam dan tidak menunjukan jawaban.
***
Dikisahkan
dari Bakr bin Abdullah bahwa dia berkata: Seorang laki-laki datang kepada
seorang raja. Kemudian dia berdiri dihadapan raja dan berkata “Berbuat baiklah
kepada orang yang berbuat baik karena kebaikannya, sebab orang yang berbuat
buruk akan dicukupi keburukannya”
Lalu
ada seorang laki-laki lain mendengkinya karena kedudukan dan perkataannya. Maka
sipendengki mengadu kepada raja “Orang yang telah berdiri di depanmu sambil mengucapkan perkataan tersebut,
beranggapan bahwa mulutmu bau busuk.”
Raja
berkata “Bagaimana hal itu bisa terbukti olehku?”
Sipendengki
menjawab “Panggillah dia untuk menghadapmu, jika dia mendekat, dia pasti akan
meletakan tangannya diatas hidungnya agar dia tidak mencium bau busuk.”
Raja
berkata “Pergilah, hingga aku selidiki.”
Kemudian
sipendengki keluar dari tempat raja, dan dia memanggil laki-laki tersebut
kerumahnya. Dia memberikannya makanan yang mengandung bawang putih. Setelah itu
dia keluar dari rumah sipendengki tersebut, lalu dia berdiri dihadapan raja
sambil berkata seperti biasanya “Berbuat baiklah kepada orang yang berbuat baik
karena kebaikannya, sebab orang yang berbuat buruk akan dicukupi keburukannya”
Kemudian
raja berkata “Mendekatlah kepadaku.”
Maka
dia mendekatinya sambil meletakan tangannya diatas mulutnya karena takut raja
akan mencium bawang putih.
Dalam
hati, raja berkata “Aku percaya bahwa si Fulan berkata benar.”
Kemudian
telah menjadi kebiasaan, apabila raja menulis surat, maka dia selalu memberikan
hadiah atau santunan, lalu pada saat itu raja menulis surat kepada seorang
petugasnya, isi surat tersebut yaitu “Apabila datang kepadamu pembawa suratku
ini, maka sembelihlah dia dan isilah kulitnya dengan tanah, lalu kirimkan dia
kepadaku.”
Kemudian laki-laki tersebut mengambil suratnya dan
keluar. Ketika dia bertemu dengan sipendengki, maka sipendengki bekata “Surat
apakah ini?”
Dia
menjawab “tulisan raja bagiku untuk memberi santunan.”
Sipendengki
bekata “Berikanlah kepadaku.”
Dia
menjawab “Ini untukmu.”
Lalu
sipendengki membawanya kepada petugas. Maka petugas berkata “Dalam surat itu,
aku diperintahkan untuk menyembelih dan
mengulitimu. Surat raja tidak dapat diganggu gugat.”
Petugas
pun menyembelihnya dan mengulitinya serta mengisi kulitnya dengan pasir, lalu
mengirimkannya kepada raja.
Setelah
itu laki-laki tersebut kembali kepada raja dan mengucapkan perkataannya seperti
biasa. Maka raja merasa heran dan bertanya “Apa yang terjadi dengan surat itu?”
Dia
menjawab “Si Fulan bertemu denganku, lalu meminta surat itu dariku. Maka aku
pun memberikannya.”
Raja
berkata “Dia menceritakan kepadaku, bahwa kamu menganggap mulutku bau busuk.”
Dia
berkata “Aku tidak mengatakan begitu.”
Raja
berkata “Mengapa kamu meletakan tangan pada mulutmu?”
Dia
menjawab “Karena dia memberiku makanan yang mengandung bawang putih. Maka aku
tidak suka kamu menciumnya.”
Raja
berkata “pulanglah ketempatmu. Cukuplah pelaku kejahatan mendapat balasan atas
kejahatannya.”
Kemudian
raja memberinya santunan berupa harta yang banyak.
Mencintai
(golongan) Arab
Dikisahkan
bahwa Rasulallah SAW pernah berkata kepada Salman “Wahai Salman, janganlah kamu
membenciku, sehingga kamu meninggalkan agamamu.”
Salman
menjawab “Bagaimana aku akan membencimu,
sedangkan engkau adalah orang yang menunjukanku kepada Allah SWT.”
Rasulallah
SAW berkata “Janganlah kamu membenci
orang Arab, karena hal itu sama dengan kamu membenci aku. Barang siapa menipu
bangsa Arab, maka dia tidak mendapat syafa’atku dan tidak mendapat
kecintaanku.”