Jumat, 02 Oktober 2020

Buku Kisah Ahlak Lil-Baniin Syekh Umar Bin Ahmad Baraja bagian 2


Mengingat Allah


Dikisahkan dalam suatu majlis ilmu terdapat satu orang murid yang sangat dicintai oleh beberapa gurunya. Oleh karena itu maka para murid yang lain menjadi penasaran dan saling bertanya tentang hal tersebut.

Untuk menjelaskan hal tersebut maka salah seorang gurunya memberikan pengertian  kepada mereka, guru tersebut memberi pengertiannya dengan cara yang unik, yaitu guru tersebut memberikan tugas kepada setiap muridnya untuk menyembelih seekor ayam ditempat yang tidak bisa dilihat oleh siapapun.

Kemudian para murid pun berpencar mencari tempat bersembunyi untuk melaksanakan tugas dari gurunya tersebut. setelah itu mereka kembali dengan membawa ayamnya masing-masing dalam keadaan sudah disembelih. Namun diantara mereka terdapat satu orang murid yang membawa ayamnya dalam keadaan belum disembelih. Murid tersebut adalah murid yang sangat dicintai oleh gurunya.

Oleh karena itu maka gurunya bertanya kepada murid tersebut "Wahai muridku, kenapa kamu tidak melaksanakan tugasmu?" Dia menjawab "Wahai guruku, aku tidak melaksanakan tugas darimu karena aku tidak bisa menemukan tempat sembunyi yang tidak bisa dilihat oleh siapapun, dimanapun aku bersembunyi, Allah SWT tetap melihat kepadaku". Setelah itu kemudian gurunya berkata kepada para murid "Lihatlah murid ini, betapa takutnya dia kepada Allah SWT, dan betapa tidak lupanya dia kepada Allah SWT disetiap tempat. Oleh karena itu cintaku kepada murid ini lebih besar daripada cintaku kepada kalian. Tidak diragukan lagi apabila dia telah besar dia akan menjadi salah satu orang yang soleh dan taat kepada tuhannya dalam setiap keadaan.

 

Akhlak Nabi Muhammad SAW

 

Dikisahkan pada suatu hari Rasulallah SAW membeli sesuatu. Dia membawa barang yang dibelinya tersebut kerumahnya dengan tangannya sendiri. Kemudian sahabatnya berkata “Berikanlah barang tersebut kepadaku, aku akan membawakannya untukmu.

Karena tidak ingin merepotkan sahabatnya, Rasulallah SAW menjawab “Pemilik barang lebih berhak untuk membawanya.”

Dikisahkan pada suatu hari ketika Rasullah SAW sedang solat, datanglah cucunya yang masih kecil yaitu Sayyidina Hasan RA. Ketika beliau sedang sujud, cucunya tersebut malah menaiki punggungnya. Karena  Rasullah SAW menyayangi cucunya, maka beliau melamakan sujudnya sampai cucunya tersebut turun dari punggungnya.

***

Dikisahkan bahwa Annas bin Malik mempunyai saudari laki-laki masih kecil yang biasa dipanggil dengan sebutan Abu Umair. Dia mempunyai teman bermain seekor burung nughair, yaitu seekor burung yang paruhnya berwarna merah.

Pada suatu hari burung tersebut mati dan membuatnya bersedih, dan pada saat itu datanglah nabi SAW. kerena beliau  meliha Abu Umair sedang bersedih maka beliau bertanya “Apa yang terjadi pada Abu Umair?” kemudian dikatakanlah kepada beliau bahwa burung nugha       irnya telah mati. Setelah mengetahui alasannya maka beliau pun menghibur Abu Umar dengan menanyakan keadaan burung nughairnya tersebut, beliau bertanya “Wahai Abu Umair, ada apa dengan si nughair?”

 

Adab Kepada Orang Tua


Dikisahkan bahwa ketika Rasulallah SAW sedang duduk, datanglah Sayyidah Halimatussa’diyyah RA. Yaitu ibu susunya (perempuan yang pernah menyusuinya ketika kecil). Kemudian Rasulallah SAW mengagungkannya dengan menggelarkan sorbannya dan meladeni kebutuhannya. Selain itu, beliau juga mengagungkan pamannya yang bernama Abbas. Beliau mengagungkan mereka berdua sebagai mana beliau mengagungkan ayah dan ibunya.

Pada suatu hari datanglah seorang laki-laki bertanya kepada Rasulallah SAW “ Wahai Rasulallah SAW, siapakah orang yang paling berhak untuk aku berbakti kepadanya?” Rasulallah SAW  menjawab “Ibumu” Dia bertanya lagi “Kemudian siapa?”

Rasulallah SAW menjawab “Ibumu”

Dia bertanya lagi “Kemudian siapa?”

Rasulallah SAW menjawab “Ibumu”

Dia bertanya lagi “Kemudian siapa?”

Rasulallah SAW menjawab “Ayahmu”

***

Pada suatu hari seorang laki-laki bertanya kepada Rasulallah SAW “Wahai Rasulallah SAW, apakah aku bisa berbuat baik kepada orang tuaku yang sudah meninggal?”

Rasulallah SAW menjawab “Bisa, yaitu dengan mensolatkannya, meminta ampunan untuknya, membayarkan janjinya, memuliakan teman-temannya, dan melaksanakan silaturrahmi kepada orang-orang yang tidak bisa bersilaturrahmi kepadanya.”

***

Pada suatu hari datanglah seorang laki-laki kepada Rasulallah SAW untuk meminta bai’at kepadanya supaya dia bisa pergi ikut berhijrah. Kemudian dia berkata “Aku telah mendatangimu, akan tetapi aku telah mebuat orang tuaku menangis.”

Rasulallah SAW menjawab “Kembalilah kamu kepadanya dan buatlah mereka bahagia sebagai mana kamu telah membutnya menangis”

***

Nabi Ismail AS adalah putra dari nabi Ibrahim AS. ketika nabi Ismail AS berumur tiga belas tahun, nabi Ibrahim  AS mendapat perintah dari Allah SWT untuk menyembelih Nabi Ismail AS. Oleh karena itu maka nabi Ibrahim AS berkata kepada nabi Ismail AS "Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi akan menyembelihmu, untuk itu bagaimana pendapatmu?"  

Mengetahui bahwa itu adalah perintah dari Allah SWT maka nabi Ismail AS menjawab "Wahai ayahku, laksanakanlah perintah tersebut, insya Allah aku akan menjadi orang yang sabar.”

Setelah itu nabi Ibrahim AS pun bermaksud untuk  melaksanakan perintah tuhannya. Pada saat- saat  yang menakutkan sebelum proses penyembelihan terjadi, nabi Ismail AS teringat kepada ibunya, dia berkata kepada ayahnya ”Wahai ayah, Kencangkanlah ikatanku supaya aku tidak  bisa berontak, dan bukalah bajuku supaya tidak ada darah yang mengenai bajuku, karena jika ibuku melihatnya maka dia akan sangat bersedih. Kemudian tolong sampaikanlah salamku ketika ayah kembali dan memberikan bajuku kepadanya, karena itu akan menghibur hatinya. 

Lalu ketika nabi Ibrahim AS membaringkan nabi ismail AS dan menyimpan pisau kebagian lehernya putranya, dengan izin Allah SWT pisau tersebut tidak memberikan bekas pada   lehernya putranya.  Pada saat tersebut Allah SWT menebusnya dengan domba dari surge. kemudian nabi Ibrohim AS menyembelih domba tersebut dan tidak jadi menyembelih putranya.

***

Sayyidina Ali zainal abidin RA adalah orang yang banyak berbuat baik kepada ibunya. Sampai-sampai pada suatu saat  sebagian para sahabatnya pernah berkata kepadanya “Kamu adalah manusia yang paling berbuat baik kepada ibumu. Namun kenapa kami tidak pernah melihatmu makan bersamanya?”

Dia menjawab ”Betul, saya tidak pernah makan bersamanya karena saya merasa takut apabila ketika makan, tanganku akan mengambil makanan yang telah dilihat dan diinginkan oleh ibuku, sehingga  itu bisa menjadi perbuatan burukku kepadanya.”

***

Pada suatu hari  datanglah seorang laki-laki kepada Rasulallah SAW.  Dia berkata ”Wahai Rasulallah, disuatu tempat ada seorang pemuda yang sedang menghadapi sakaratul maut. Namun ketika dikatakan kepadanya untuk mengucapkan Lâilâha illallah dia tidak mampu untuk mengucapkannya.”

Kemudian Rasulallah SAW bertanya “Apakah dia tidak pernah mengucapkannya selama dia hidup?”

Orang-orang menjawab “Pernah wahai Rasulallah.”

Rasulallah SAW bertanya lagi ”Lantas,  apa yang mencegahnya untuk mati?”  

Setelah itu Rasulallah SAW dan para sahabat pergi untuk menemui pemuda itu. Sesampainya disana Rasulallah SAW berkata ”Wahai pemuda ucapkanlah olehmu Lâilâha illallah !”

Pemuda itu menjawab “Aku tidak mampu  wahai Rasulalloh”

Rasulallah SAW bertanya “kenapa?”  

Dia menjawab “Karena aku telah menyakiti ibuku”

Rasulallah SAW bertanya lagi “Apakah ibumu masih hidup?”  

Dia menjawab “Ya. Dia masih hidup”

Kemudian Rasulallah SAW berkata kepada yang hadir “Panggillah dia!”

Setelah ibunya hadir, Rasulallah SAW bertanya kepada ibunya “Bagaimana pendapatmu jika aku menyalakan sebuah api?  jika kamu tidak menolongnya, aku akan melemparnya kedalam api itu.  

Ibunya menjawab “Aku akan menolongnya”

Rasulallah SAW berkata “kalau begitu bersaksilah kepada Allah dan kepadaku bahwa kamu telah meridhainya”  

Kemudian ibunya berkata “Ya Allah, sesungguhnya aku bersaksi kepada-Mu dan kepada Rasul-Mu bahwa aku telah meridhai anakku”

Setelah itu Rasulallah SAW berkata kepada pemuda itu “Wahai pemuda. Ucapkanlah Lâilâha illallah !”

Pemuda itu berkata “Lâilâha illallah ”

Selanjutnya Rasulallah SAW berkata“ Segala puji hanya milik Allah yang telah menyelamatkan pemuda ini dari neraka dengan sebab dariku”.

***

Dikisahkan ada seorang  pemuda yang beragama yahudi suka membantu kepada Nabi SAW. Pada suatu saat dia terserang suatu penyakit  yamg cukup parah. Oleh karena itu Nabi SAW pun menjenguknya.  Ketika menemuinya, Nabi SAW duduk disebelah kepalanya dan berkata kepadanya “Masuklah agama Islam!” 

Kemudian dia langsung memandang kepada ayahnya yang sedang berada didekatnya. Menanggapi pandangan anaknya tersebut, maka ayahnya yang juga beragama yahudi berkata ”Menurutlah kamu kepada Abu qasim (nabi SAW)” 

Setelah itu diapun masuk islam dan langsung meninggal dunia. Kemudian Nabi SAW keluar dan berkata “Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkannya dari api neraka”

Dari kisah tersebut  bisa diambil pelajaran bahwa dengan berbuat baik kepada orang tua maka Allah akan memberikan Taupik-Nya sehingga bisa mati dalam keadaan khusnul khotimah dan menjadi ahli surga.

***

Haiwah bin Syuaraih merupakan anak baik dan tidak pernah membantah terhadap perkataan ibunnya. Setelah dia besar dia menjadi seorang ulama besar yang mempunyai banyak murid. Dikisahkan pada suatu saat ketika dia sedang mengajar para muridnya, ibunya datang dan berkata kepadanya ”Wahai Haiwah, berdirilah! Ambilkanlah aku pakan untuk ayam!”

Medengar perkataan ibunya, dia tidak keberatan dan tidak menunda-nunda. Dia langsung meninggalkan pelajarannya dan memenuhi perintah ibunya. 

***

Dar bin Umar Al-Hamdani adalah orang yang memiliki ahlak baik terhadap ayahnya. Terbukti apabila dia berjalan dengan ayahnya pada waktu malam, dia selalu berada didepannya. Hal ini dia lakukan supaya dia bisa menemukan bahaya lebih awal, sehingga ayahnya bisa selamat dari bahaya tersebut. Akan tetapi apabila mereka menaiki suatu tangga, dia tidak pernah memposisikan ayahnya untuk berada dibawahnya.

***

Dikisahkan seorang ayah memiliki beberapa orang anak. Ketika ayahnya tersebut akan meninggal dia memanggil seluruh anaknya untuk berkumpul. Setelah anak-anaknya berkumpul dia memberikan seikat kumpulan tongkat kepada anak-anaknya dan menyuruh mereka untuk mematahkannya. Kemudian anak-anaknyapun mencoba untuk mematahkannya dengan sekuat tenaga. Namun mereka tidak mampu mematahkannya. Karena susah untuk mematahkannya maka mereka membuka ikatannya dan membagikan tongkatnya kepada setiap anak, dengan begitu mereka bisa mudah untuk mematahkannya.

Setelah kejadian tersebut ayahnya berkata “kalian bagaikan tongkat tersebut. Apabila kalian bersatu maka musuh kalian tidak akan mampu untuk mengalahkan kalian. Namun apabila kalian berpecah belah  maka musuh kalian akan mudah untuk mengalahkan kalian”

 

Adab Kepada Keluarga

 

Pada suatu hari seorang laki-laki datang dan bertanya kepada Nabi SAW “Aku telah berbuat dosa yang besar! Apakah aku bisa bertaubat?”

Nabi SAW bertanya “Apakah dosamu kepada ibu?”

laki-laki tesebut menjawab “Bukan”

Nabi SAW bertanya lagi “Apakah dosamu kepada bibi?”

laki-laki tesebut menjawab “Benar”

Nabi SAW berkata “Maka berbuat baiklah kepadanya”

***

Dalam suatu hadis dikisahkan bahwa seorang laki-laki pernah berkata kepada Rasulallah SAW “Wahai Rasulallah, sesungguhnya aku mempunyai beberapa kerabat, aku bersilaturrahmi kepadanya akan tetapi mereka memutuskan silaturrahmi kepadaku, aku berbuat baik kepadanya akan tetapi mereka berbuat buruk kepadaku, aku berlaku bijak kepadanya akan tetapi mereka berbuat bodoh kepadaku.”

Rasulallah SAW menjawab “Jika keadaannya seperti yang kamu katakan, maka mereka bagaikan meminum abu yang panas, dan selama kamu dalam keadaan demikian maka Allah SWT akan memberika pertolongan kepadamu.”

***

Abu Tolhah Al-Anshari RA adalah seorang sahabat anshar yang palimg banyak mempunyai harta dalam bentuk kurma di Madinah. Harta yang paling dicintainya yaitu kebun kurma yang menghadap ke masjid. Rasulallah SAW pun pernah memasuki kebun tersebut dan meminum minuman yang baik dari dalam  kebun tersebut. Ketika turun ayat yang berbunyi

 لَنْ تَنَالُوا الۡبِرَّ حَتّٰى تُنۡفِقُوۡا مِمَّا تُحِبُّوۡنَ ؕ وَمَا تُنۡفِقُوۡا مِنۡ شَىۡءٍ فَاِنَّ اللّٰهَ بِهٖ عَلِيۡمٌ

Artinya: Kamu tidak akan memperoleh kebajikan sebelum kamu menginfakan sebagian harta yang kamu cintai.

Abu Tolhah Al-Anshari RA datang kepada kepada Rasulallahu SAW, dia berkata ”Wahai Rasulallah, sesungguhnya Allah SWT telah menurunkan ayat kepadamu

 لَنْ تَنَالُوا الۡبِرَّ حَتّٰى تُنۡفِقُوۡا مِمَّا تُحِبُّوۡنَ ؕ وَمَا تُنۡفِقُوۡا مِنۡ شَىۡءٍ فَاِنَّ اللّٰهَ بِهٖ عَلِيۡم

Artinya: Kamu tidak akan memperoleh kebajikan sebelum kamu menginfakan sebagian harta yang kamu cintai.

Sesungguhnya harta yang paling aku cintai adalah kebun kurma yang menghadap ke masjid. Oleh karena itu aku sedekahkan kebun tersebut karena Allah SWT. Aku berharap ini menjadi kebaikan dan menjadi  simpanan disisi Allah SWT.  Wahai Rasulallah, tolong salurkanlah sedekah ini sehingga Allah SWT memberi tahumu!”

Rasulallah SAW berkata ”Hebat sekali! Itu adalah harta yang akan menguntungkan. Aku telah mendengar apa yang kamu katakan. Aku beritahukan kepadamu, sedekahkankanlah harta tersebut kepada kerabat-kerabatmu!” 

Kemudian Abu Tolhah Al-Anshari RA menjawab ”Akan aku laksanakan wahai Rasulallah” Setelah  itu  Abu Tolhah al-Anshari RA pun membagikan harta tersebut kepada kerabat-kerabatnya dan kepada anak-anak pamannya.

***

Pada suatu hari, ketika Nabi SAW sedang duduk bersama dengan para sababatnya, tiba-tiba beliau berkata “Janganlah ada orang yang memutuskan silaturrahim duduk bersamaku”

Kemudian seorang pemuda dari kaum Halqoh langsung berdiri dan pergi untuk mendatangi bibinya, dia pergi untuk menyelsaikan suatu permasalahan. Ternyata dia dengan bibinya tersebut  sedang mempunyai masalah tentang suatu perebutan. Setelah bertemu, maka  bibinya pun memaafkannya. Lalu dia kembali lagi ketetempat  Nabi SAW dan para sahabantnya duduk.

Kemudian  Nabi SAW berkata ”Sesungguhnya rahmat Allah SWT tidak akan datang kepada pada suatu kaum yang didalamnya terdapat orang yang memutuskan silaturrahmi.”

 

Adab Kepada Pembantu

 

Seorang laki-laki pernah bertanya kepada Rasulallah SAW “Berapa kali saya harus memberi maaf kepada seorang pembantu wahai Rasulallah?”

Rasulallah SAW menjawab “Kamu harus memberi maaf kepada seorang pembantu sebanyak tujuh puluh kali dalam setiap hari”

***

Dikisahkan dari Annas RA bahwa dia pernah melayani Nabi SAW selama sepuluh tahun. Dia berkata: Aku telah melayani Nabi SAW selama sepuluh tahun, beliau tidak pernah berkata “huss!” kepadaku, beliau juga tidak pernah bertanya “kenapa kamu melakukan sesuatu?” terhadap sesuatu yang telah aku lakukan, beliau juga tidak pernah bertanya “kenapa kamu tidak meninggalkan sesuatu” terhadap sesuatu yang aku tinggalkan, dan istri-istrinya pun tidak pernah memarahiku. Beliau hanya berkata “tinggalkan olehmu sesuatu, karena sesungguhnya kejadian itu tetap dengan ketentuan dan qodar”

Diriwayatkan pada suatu waktu, ketita Imam Ali karomallohu wajhah memanggil abidnya, abidnya tersebut tidak menjawabnya. Diapun memangginya lagi hingga tiga kali panggilan, namun abidnya tersebut tetap tidak menjawabnya.

Kemudian Imam Ali karomallohu wajhah berdiri untuk menghampirinya, ternyata abidnya tersebut sedang tiduran. Lalu Imam Ali karomallohu wajhah bertanya ”Apakah kamu tidak mendengar?”

Abidnya menjawab “Tentu”.

Imam Ali karomallohu wajhah bertanya lagi ”Kenapa kamu tidak menjawabku saat aku memanggilmu?”

Abidnya menjawab ”Karena sesungguhnya aku merasa aman dari siksaan anda. oleh karena itu aku bermalas-malasan” Setelah itu Imam Ali karomallohu wajhah berkata ”Pergilah kamu! kamu telah merdeka karena dzat Allah SWT”

***

Diriwayatkan pada suatu hari Qais bin ‘Ashim duduk dirumahnya. Tiba-tiba abid perempuannya datang membawa sebuah panggangan  yang berisi sate. Namun panggangan tersebut jatuh dan menimpa kepada putranya. Lalu abid perempuan tersebut  pun merasa kaget. Kemudian Qais bin ‘Ashim berkata ”Janganlah kamu merasa kaget” Lalu dia memaafkannya dan memerdekakannya karena Allah SWT.

 

Adab Kepada Tetangga

 

Imam Mujahid bercerita, bahwa pada suatu waktu dia sedang bersama dengan Ibnu Umar. Kemudian pada saat abidnya Ibnu Umar sedang menyisit domba, Ibnu Umar berkata kepada abidnya ”Jika  kamu sudah menyisitnya maka dahulukanlah untuk memberi kepada tetangga kita yang beragama yahudi.” Ibnu Umar mengatakakannya secara berkali-kali. Karena itu Imam Mujahid bertanya ”Berapa kali kamu mengatakan itu?”

Ibnu Umar menjawab ”Sesungguhnya  Rasulallah SAW tidak henti-hentinya mewasiatkan kepadaku untuk bertetangga. Sehingga aku merasa takut bahwa Rasulallah SAW akan menjadikannya ahli waris.”

***

Pada suatu waktu dikisahkan ada beberapa orang berkata bahwa dirumahnya terdapat banyak tikus. Kemudian dikatakanlah kepada mereka ”Kenapa kalian tidak memelihara kucing?”  

Mereka menjawab ”Aku takut tikus-tikus itu akan ketakutan mendengar suara kucing sehingga tikus-tikus itu kabur kerumah para tetangga. Sedangkan aku lebih mencintai para tetangga dari pada diriku sendiri.”

***

Dikisahkan Imam Abu Hanifah pernah mempunyai tetangga yang hasud. Tetangganya  tersebut suka menyakiti dan pelit kepada Imam Abu Hanifah. Apabila Imam Abu Hanifah melewat dan memberi salam kepadanya, dia selalu tidak menjawabnya. Walaupun begitu Imam Abu Hanifah selalu bersabar.  Sehingga sebagian orang malah menyalahkan  Imam Abu Hanifah kerena dia selalu menahan diri dan selalu bersabar. Oleh karena itu maka Imam Abu Hanifah berkata ”Sesungguhnya bagi tetangga itu ada hak”

***

 

Adab Kepada Guru

 

Imam Syafi'i adalah orang yang sangat beradab ketika berada didepan gurunya yaitu Imam Maliki. Sehingga Imam Syafi'i pernah berkata "Aku pernah menyodorkan lembaran kertas didepan Imam Maliki.  Karena aku menghormatinya, aku sodorkan kertas tersebut dengan lembut supaya beliau tidak mendengar tibanya kertas tersebut."

***

Rubai' bin Sulaiman adalah orang yang sangat mengagungkan sekali kepada gurunya yaitu Imam Syafi'i. Dia pernah berkata "Demi Allah. Aku tidak pernah minum saat Imam Syafi'i sedang melihatku. Hal ini aku lakukan karena aku merasa malu dan hormat kepadanya"

Karena keta’dimannya tersebut Imam Syafi'i pun sangat mencintai sekali kepada Rubai' bin Sulaiman. Sehingga Imam Syafi'i pernah berkata "Wahai Rubai', jika aku mampuh untuk memberikan kamu ilmu, tentu aku akan memberikannya kepadamu"

***

Dikisahkan bahwa Khalifah Harun Ar-Rasyid mempunyai anak yang bernama Amin dan Ma'mun. Dia menitipkan kedua anaknya tersebut kepada seorang guru yang sangat alim, yaitu Imam Al-Kisâ`î. pada suatu hari ketika Imam Al-Kisâ`î sedang bersama dengan Amin dan Ma'mun, Imam Al-Kisâ`î berdiri dan hendak keluar dari suatu tempat. Oleh karena itu Amin dan Ma'mun pun bergegas dan saling berlomba untuk menyodorkan sandal Imam Al-Kisâ`î untuk dipakainya. karena sandal tersebut terdiri dari bagian kanan dan bagian kiri maka merekapun bersepakat supaya setiap orang dari mereka menyodorkan satu bagian sandal untuk dipakai oleh gurunya.  

Ketika Khalifah Harun Ar-Rasyid mendengar kejadian tersebut, dia mengundang Imam Al-Kisâ`î, dia berkata kepadanya "Siapakah orang yang paling mulia?"

Imam Al-Kisâ`î menjawab "Amirul mu'minin (pemimpinnya orang mu'min)"

Khalifah Harun Ar-Rasyid berkata "Bukan, orang yang paling mulia adalah orang yang mana kedua anak Amirul mu'minin berlomba-lomba untuk menyodorkan sandal kepadanya." Mendengar perkataan tersebut, Imam Al-Kisâ`î menyangka bahwa dirinya telah berbuat salah, maka  dia bermaksud untuk mencegah Amin dan Ma'mun supaya tidak melakukan perbuatannya lagi.

Setelah itu Khalifah Harun Ar-Rasyid berkata "Jika kamu melarang mereka, maka aku akan menegurmu dengan teguran yang keras. Karena sesungguhnya mereka tidak melakukan sesuatu yang menurunkan derajat atau gengsinya.  Akan tetapi itu membuat mereka bertambah mulia. Oleh karena itu aku beri penghargaan kepada mereka sebanyak dua puluh ribu dirham, dan untukmu sebanyak sepuluh ribu dirham karena kamu telah memberikan didikan yang baik kepada mereka.”

***

Dihikayatkan bahwa Khalifah Harun Ar-Rasyid mempunyai salah satu anak yang diutus untuk mempelajari ilmu dan adab kepada Imam Asma'î. kemudian pada suatu hari Khalifah Harun Ar-Rasyid melihat Imam Asma'î sedang berwudhu dan mencuci bagian kakinya. ketika itu anaknya Khalifah Harun Ar-Rasyid sedang mengucurkan air ke kakinya Imam Asma'î.

Melihat kejadian tersebut Khalifah Harun Ar-Rasyid menegur Imam Asma'î dengan berkata "Sesungguhnya aku mengutus anakku kepadamu supaya kamu bisa mendidiknya, lantas kenapa kamu tidak menyuruh anakku untuk mengucurkan air dengan salah satu bagian tangannya, dan mencuci kakimu dengan bagian tangan yang satunya lagi?”


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Daftar Postingan

-