Rabu, 13 Januari 2021

Buku Kisah Ahlak Lil-Baniin Syekh Umar Bin Ahmad Baraja bagian 3



Tidak Menunda Harta


Dalam suatu hadis dikisahkan bahwa Nabi SAW pernah melaksanakan solat asar dengan cepat, kemudian setelah selsai solat beliau masuk kedalam rumah. Karena kejadian tersebut maka orang-orang pun merasa kaget dengan apa yang telah dilakukan oleh Nabi SAW. Setelah itu Nabi SAW berkata “Aku teringat dengan emas yang barada padaku, dan aku tidak suka untuk berlama-lama menyimpannya, maka aku perintahkan untuk membagikannya.”


Adab Berjalan

Dalam suatu hadis dikisahkan bahwa Nabi SAW pernah melihat Abu Dujanah berjalan dengan angkuh diantara dua barisan musuh pada perang uhud. Kemudian Nabi SAW menegurnya dan berkata kepadanya “Sesungguhnya cara berjalan seperti itu akan dibenci oleh Allah SWT, kecuali pada tempat sekarang ini.”

***

Dalam hadis lain dikisahkan pula bahwa pada suatu saat pernah ada seorang laki-laki memakai pakaian yang membuatnya kagum terhadap dirinya sendiri, dia juga sedikit mengkritingkan rambut kepalanya dan berlagak sombong dalam sikap berjalanya. Kemudian pada saat itu Allah SWT membenamkannya, dan dia pun meronta-ronta di dalam tanah hingga hari kiamat.

***

Rasulallah SAW pernah berkata “Ingatlah, aku akan memberitahukan kalian tentang sesuatu yang paling utama dari derajat solat, puasa, dan sedekah”

Para sahabat menjawab “Baiklak”

Rasulallah SAW berkata “Yaitu mendamaikan orang yang sedang bermusuhan. Karena sesungguhnya rusaknya orang yang sedang bermusuhan adalah yang memangkas agama (meruksak agama)”

Dari kisah tersebut dijelaskan bahwa diantara adab berjalan yaitu apabila diperjalanan bertemu dengan orang yang berselisih maka dianjurkan untuk mendamaikannya.

***

Dalam suatu hadis seorang laki-laki pernah bertanya kepada Rasulallah SAW “Bagaimanakah islam yang baik?”

Rasulallah SAW menjawab “Yaitu memberikan makanan, mengucapkan salam kepada orang yang dikenal dan tidak dikenal, kemudian berbudi pekerti yang baik saat bertemu.”

***

Dalam suatu hadis dikisahkan bahwa Rasulallah SAW pernah berkata “Sungguh aku pernah melihat seorang laki-laki mondar-mandir didalam surga karena sebuah pohon, yaitu karena dia pernah menebang pohon ditengah jalan sehingga menggangu orang-orang muslim”

Hadis tersebut menjelaskan bahwa kita dilarang untuk mengganggu jalannya orang lain.

 

Adab Ketika Duduk

 

Dalam kitab tafsir dikisahkan bahwa ketika sebagian para sahabat RA melakukan banyak bercanda, maka turunlah ayat yang berbunyi:

أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَن تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ ٱللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ ٱلْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا۟ كَٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْكِتَٰبَ مِن قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ ٱلْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ ۖ وَكَثِيرٌ مِّنْهُمْ فَٰسِقُونَ

Artinya: Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.

Dari kisah tersebut dijelaskan bahwa diantara adab ketika duduk bersama yaitu tidak banyak bercanda.

***

Dalam suatu hadis dikisahkan bahwa ketika para sahabat Anshor RA sedang duduk, Nabi SAW pernah berkata kepada mereka “Berdirilah kalian untuk menghorrmati pemimpin kalian, yaitu Sa’ad bin Mu’ad RA.”

Dalam kisah lain disebutkan bahwa pada suatu saat ada seorang kakek-kakek sepuh datang dan bermaksud kepada Nabi SAW. Namun pada saat itu kaum yang sedang berada disana bersikap lambat untuk memberikan tempat duduk kepada kakek-kakek sepuh tersebut. Maka Nabi SAW berkata “Bukanlah bagian dari umatku orang yang tidak menyayangi anak kecil dan tidak menghormati orang yang lebih tua.”

Dari kisah tersebut dijelaskan bahwa diantara adab ketika duduk bersama yaitu menghormati orang yang dianggap sepuh.

 

Adab Ketika Makan

 

Diriwayatkan bahwa seorang laki-laki pernah meminum air langsung dari lubang wadah air. Kemudian karena dia tidak beradab ketika minum, maka seekor ular kecil ikut mengalir dengan air yang diminumnya tersebut, dan ular tersebut masuk kedalam perutnya.

­            Dari riwayat tersebut kita diajarkan untuk tidak mimun langsung dari wadah air seperti teko akan tetapi lebih baik memakai gelas.

***

Dikisahkan dalam suatu hadis bahwa Nabi SAW pernah mengelilingkan beberapa makanan kecil atau buah-buahan kepada para sahabatnya. Kemudian para sahabat bertanya tentang hal tersebut. maka nabi SAW menjawab “Ini bukan hanya satu macam, maka makanlah olehmu satu persatu biji, dan janganlah kamu makan dua biji sekaligus.” Dijelaskan bahwa hal ini dilarang kecuali jika ada izin dari teman.

***

Diriwayatkan pada suatu saat ketika Nabi SAW akan makan, beliau meminta teman makan kepada istrinya. Kemudian istrinya menjawab “Tidak ada sesuatu apapun dari kita Kecuali hanya cuka.”

Kemudian  Nabi SAW meminta cuka tersebut dan menjadikannya teman makan. Lalu beliau berkata “Bagus sekali cuka ini, Bagus sekali cuka ini”

Dalam hadis lain dikisahkan bahwa para sehabat pernah menyodorkan daging biawak yang telah di goreng kepada Rasulallah SAW. Kemudian ketika Rasulallah SAW akan mengambil daging tersebut, salah satu sahabat ada yang berkata “Itu adalah daging biawak wahai Rasulallah.” Lalu  Rasulallah SAW mengangkat tangannya dan tidak jadi mengambilnya.

Setelah itu Khalid bin Walid bertanya kepadanya “Apakah biawak itu haram wahai Rasulallah?” Rasulallah SAW menjawab “Tidak, akan tetapi itu tidak ada di tempat kaumku. Karena itu aku tidak memakannya.” Dari kisah tersebut dijelaskan bahwa diantara adab ketika makan yaitu tidak mencela makanan.

­***

Dalam suatu hadis dikisahkan bahwa Nabi SAW pernah berbuka puasa bersama dengan Sa’ad bin ‘Ubadah RA. Pada saat itu beliau berkata “Telah berbuka puasa bersama kalian orang-orang yang berpuasa, juga telah memakan kepada makanan kalian orang-orang yang mulia, dan telah memohonkan ampunan untuk kalian para malaikat.”

Dalam riwayat lain disebutkan bahwa ketika Rasulallah SAW makan bersama Abdullah bin Busri RA beliau berdo’a

اللّهُمَّ بَارِكْ لَهُمْ فِيْمَا رَزَقْتَهُمْ وَاغْفِرْ لَهُمْ وَارْحَمْهُمْ.

Artinya: Ya Allah semoga Engkau memberkahi mereka atas makanan yang telah Engkau rijkikan kepada mereka,  ampunilah mereka dan sayangilah mereka.

 

Dari kisah tersebut kita belajar bahwa diantara adab ketika makan bersama yaitu mendo’akan orang yang memberi makan.

 

Adab Bertamu

 

Dalam suatu hadis disebutkan bahwa apabila Rasulallah SAW menghadap pintu rumah seseorang yang tidak ada pengahalangnya, beliau tidak berdiri dihadapan pintu tersebut, akan tetapi beliau berdiri disebelah kanannya  atau kirinya. Kemudian beliau berkata “Assalamu‘alaikum, Assalamu‘alaikum

­***

Dalam hadis tentang isra mi’raj disebutkan bahwa ketika malaikat jibril meminta untuk dibukakan pintu langit, ditanyakanlah kepadanya “Siapa ini?”

Malaikat jibril menjawab “Jibril”

Dikisahkan pula dari Jabir RA bahwa dia pernah berkata: Aku pernah mendatangi Nabi SAW, dan ketika aku mengetuk pintunya, dia bertanya kepadaku “Siapa ini?”

Aku menjawab “Saya”

Kemudian beliau berkata “Saya, saya.” Beliau berkata dengan nada seperti tidak menyukainya.

Dari kisah tersebut kita belajar bahwa ketika kita akan bertamu dan orang yang ada didalam rumah bertanya “Siapa?”, maka jawablah dengan menyebutkan nama, bukan  dengan kata “Saya”

***

Seorang laki-laki pernah bertanya kepada Nabi SAW “Apakah aku harus meminta izin meskipun kepada ibuku?”

Nabi SAW menjawab “Ya, tentu”

Laki-laki tersebut bertanya lagi “Meskipun aku tinggal di dalam rumah?”

Nabi SAW menjawab “Ya, meminta izinlah kepadanya!”

Laki-laki tersebut bertanya lagi “Meskipun aku adalah orang yang melayaninya?”

Nabi SAW berkata “Ya, meminta izinlah kepadanya! Apakah kamu mau melihatnya dalam keadaan telanjang?”

Laki-laki tersebut menjawab “Tidak”

Nabi SAW berkata lagi “Maka meminta izinlah kepadanya!”

Dari kisah tersebut Rasulallah SAW mengajarkan bahwa ketika kita akan memasuki ruangan orang lain kita harus meminta izin terlebih dahulu, meskipun orang lain tersebut adalah orang yang dekat dengan kita.

 

Adab kepada Tamu

 

Dalam suatu hadis dikisahkan bahwa beberapa orang utusan dari kaum Najasi pernah datang kepada Rasulallah SAW. Kemudian  Rasulallah SAW berdiri dan melayaninya seorang diri. Lalu para sahabat berkata “Kami akan membantumu wahai Rasulallah”

Rasulallah SAW menjawab “Tidak perlu, karena sesungguhnya mereka merupakan sahabatku yang mulia, dan aku suka untuk memberikan kecukupan kepadanya.”

***

Dikisahkan pula bahwa pada satu waktu  Imam Syafi’i rahimhullah pernah bertamu kepada gurunya yaitu Imam Maliki rahimhullah. Kemudian Imam Maliki rahimhullah menyodorkan makanan dan menuangkan air oleh dirinya sendiri dihadapan Imam Syafi’i rahimhullah. Lalu Imam Maliki rahimhullah berkata “Janganlah kamu merasa kaget dengan apa yang kamu lihat, karena melayani tamu itu hukumnya wajib”

***

Dalam suatu hadis dikisahkan bahwa Rasulallah SAW pernah melewat kepada seorang laki-laki yang mempunyai banyak unta dan sapi, namun laki-laki tersebut tidak memberikan jamuan kepada Rasulallah SAW. Kemudian Rasulallah SAW juga melewat kepada seorang perempuan yang mempunyai beberapa ekor domba hasil berburu, lalu dia menyembelih domba untuk Rasulallah SAW.

Setelah itu Rasulallah SAW berkata “Lihat kedua orang ini! sesungguhnya ahlak itu berada dalam kekuasaan Allah SWT, maka barang siapa yang diberi anugrah untuk berahlak baik maka lakukanlah!”

***

Dalam suatu hadis yang cukup panjang dikisahkan bahwa Nabi SAW pernah menyuruh Abu Hurairah RA untuk memanggil para Ahli Shuffah, yaitu salah satu golongan dari para sahabat.

Kemudian mereka pun datang menghandiri Nabi SAW. Lalu Nabi SAW memberikan mereka minum dengan satu wadah air susu  sehingga merasa cukup kenyang. Setelah itu Nabi SAW berkata kepada Abu hurairah RA “Tinggal aku dan kamu yang belum minum”

Abu hurairah RA menjawab “Benar, wahai Rasulallah”

Nabi SAW berkata “Duduklah dan minumlah”

Kemudian Abu Hurairah pun duduk dan meminumnya.

Lalu Nabi SAW berkata lagi “Minumlah”

Kemudian Abu Hurairah pun meminumnya lagi. Lalu Nabi SAW terus-terusan berkata “Minumlah” kepada Abu Hurairah RA, sehingga Abu Hurairah menjawab “Tidak, demi Dzat yang telah mengutusmu, tidak ada tempat lagi untuk perut saya”

Kemudian Nabi SAW berkata “Berikan kepadaku”

Lalu Abu Hurairah pun memberikannya, setelah itu Nabi SAW memuji Allah SWT dan membaca basmallah, kemudian beliau meminumnya.

 

Adab Menjenguk

 

Dikisahkan dari Sarî As-Syaqothî rahimahullah bahwa dia pernah berkata: Pernah datang kepadaku sekelompok orang untuk menjengukku. Akan tetapi mereka telah memberatkanku, mereka berlama-lama duduk sehingga aku merasa bosan. Kemudian mereka meminta do’a kepadaku, maka aku mengangkat tangan dan berdo’a dengan berkata “Ya Allah semoga Engkau memberikan ilmu kepada kami tentang bagaimana cara menjenguk orang sakit.”

Dari kisah tersebut kita belajar supaya tidak berlama-lama saat menjenguk orang sakit, karena hal tersebut akan memberatkannya dan membuatnya bosan.

Dalam suatu hadis dikisahkan bahwa Rasulallah SAW pernah menjenguk kepada seorang laki-laki dari kaum Anshor. Pada saat itu Rasulallah SAW bertanya kepada laki-laki tersebut “Apa yang kamu inginkan?”

laki-laki tersebut menjawab “Aku menginginkan roti gandum”, kemudian seorang laki-laki lain berdiri dan berangkat untuk mencarinkannya, setelah laki-laki  tersebut datang dengan membawa setengah potong roti gandum, Rasulallah SAW menyuapkan roti tersebut kepada laki-laki yang sedang sakit tersebut. Lalu beliau berkata “Jika diantara kalian ada orang sakit yang menginginkan sesuatu, maka suapilah dia.”

 

Adab Ketika Sakit

 

Dalam suatu hadis dikisahkan bahwa seorang laki-laki pernah mengeluh kepada Rasulallah SAW tentang rasa sakit yang terdapat pada tubuhnya. Kemudian Rasulallah SAW menjawab “Letakkanlah tanganmu pada bagian tubuh yang kamu rasa sakit, kemudian bacalah basamallah sebanyak tiga kali. Dan bacalah do’a berikut sebanyak tujuh kali.

أعُوْذُ بِعِزَّةِاللهِ وَقُدْرَتِهِ مِنْ شَرِّمَا أَجِدُ وَأُحَاذِرُ.

Artinya: Dengan keagungan Allah dan kekuasaannya, aku berkindung dari keburukan yang aku temukan dan aku hindari.

***

Dikisahkan ketika Sayyidina Imron bin Husen RA menderita sakit ambeien (wasir) Nabi SAW pernah berkata kepadanya “Solatlah kamu dengan berdiri, jika tidak mapu maka sambil duduk, jika tidak mampu maka sambil berbaring kesamping, jika tidak mampu maka sambil terlentang. Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya.”

***

Diriwayatkan ketika nabi SAW menjenguk Khawwat bin Jubair yang sedang sakit, beliau berkata “Apakah tubuhmu sehat wahai Khawwat?”

Khawwat bin Jubair menjawab “Dan tubuhmu wahai Rasulallah”

Kemudian nabi SAW berkata lagi “Maka tepatilah apa yang kamu janjikan kepada Allah”

Khawwat bin Jubair berkata “Aku tidak menjanjikan sesuatu kepada Allah azza wajalla

Lalu nabi SAW berkata “Benar, sesungguhnya tidaklah seorang hamba menderita sakit, kecuali Allah azza wajalla  menimbulkan kebaikan, maka tepatilah apa yang kamu janjikan kepada Allah”

Janji yang dimaksud dalam kisah tersebut adalah bertaubat dan mengerjakan amal salih.

 

Adab ketika Ditimpa Musibah dan Kabar Gembira

 

Dalam suatu hadis disebutkan bahwa jika seorang anak dari seorang hamba mati, maka Allah SWT berkata kepada malaikat “Ambillah olehmu seorang anak dari hamba-Ku!”

Malaikat menjawab “Baiklah”

Kemudian Allah SWT berkata lagi “Ambillah olehmu buah hatinya”

Malaikat menjawab “Baiklah”

Kemudian Allah SWT bertanya “Apa yang diucapkan oleh hambaku?”

Malaikat menjawab “Dia telah memujimu dan telah membaca istirja (ucapan inna lillahi wainna ilaihi roji’un).

Lalu Allah SWT berkata “Buatkanlah olehmu sebuah rumah di surga untuk hamba-Ku tersebut, dan berilah nama rumah tersebut dengan rumah pujian!”

***

Dalam suatu hadis dikisahkan bahwa ketika Rasulallah SAW ditinggal meninggal oleh putranya dari Zainab RA, maka beliau mengeluarkan air mata. Kemudian Sa’ad bin Ubadah RA bertanya “Apakah ini wahai Rasulallah?”

Rasulallah SAW menjawab “Ini adalah kasih sayang Allah SWT yang dijadikan didalam hati hamba-hamba-Nya, dan sesungguhnya Allah SWT menyayangi hamba-hambanya yang memiliki kasih sayang.”

***

Dikisahkan ketika Rasulallah SAW pulang dari Hudaifah turunlah ayat yang berbunyi sebagai berikut:

لِيَغْفِرَ لَكَ اللهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ

Artinya: Supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan dating

 

Kemudian Rasulallah SAW berkata “Sungguh telah turun kepadaku ayat yang lebih aku sukai daripada sesuatu yang ada diatas bumi.” Setelah itu Rasulallah SAW membacakannya kepada para sahabat.

Kisah ini mengajarkan kepada kita bahwa ampunan Allah SWT lebih berharga dari pada dunia ini. Kemudian ayat tersebut merupakan kabar gembira bagi orang-orang beriman yang telah bertaubat kepada Allah SWT.

***

Dikisahkan bahwa Nabi SAW pernah bertanya kepada Ubai bin Ka’ab RA “Ayat apakah yang paling agung dari dalam kitab Allah SWT?

Dia menjawab “Ayat kursi”. Kemudian Nabi SAW berkata “Semoga Allah memenuhi dadamu dengan ilmu wahai Abu Mundzir”. Dari kisah tersebut Nabi SAW mengajarkan kepada kita untuk memberikan kabar gembira kepada orang lain dengan mendo’akannya.

***

Dikisahkan pula ketika hari terakhir dari bulan Sya’ban telah tiba, Rasulallah SAW pernah berkhutbah dan berkata “Wahai manusia, sungguh telah memberikan naungan kepada kalian bulan yang agung, yaitu bulan barokah yang pada malam harinya lebih baik dari pada seribu bulan”

 

Adab Berkunjung  

 

Dikisahkan dari Aisyah RA bahwa Rasulallah SAW pada suatu hari pernah keluar untuk mendatangi seorang sahabat. Sebelum berangkat beliau membereskan selendangnya dan rambutnya terlebih dahulu. Kemudian Aisyah RA bertanya “Apakah engkau perlu melakukan itu wahai Rasulallah?”

Rasulallah SAW menjawab “Tentu, sesungguhnya Allah SWT menyukai seorang hamba yang berdandan untuk saudara-saudaranya ketika akan pergi kepadanya.”

***

Mengatur Tidur


Dikisahakan bahwa ketika Rasulallah SAW sedang berada bersama seorang laki-laki yang terus tidur sampai waktu pagi sehingga dia tidak melaksanakan solat, Rasulallah SAW berkata “Perhatikanlah, setan telah berada pada kupingnya. Barang siapa yang belaku seperti itu maka tidak akan menyerap kepadanya kebaikan dan tidak membekas kepadanya nasehat.”


Jumat, 02 Oktober 2020

Buku Kisah Ahlak Lil-Baniin Syekh Umar Bin Ahmad Baraja bagian 2


Mengingat Allah


Dikisahkan dalam suatu majlis ilmu terdapat satu orang murid yang sangat dicintai oleh beberapa gurunya. Oleh karena itu maka para murid yang lain menjadi penasaran dan saling bertanya tentang hal tersebut.

Untuk menjelaskan hal tersebut maka salah seorang gurunya memberikan pengertian  kepada mereka, guru tersebut memberi pengertiannya dengan cara yang unik, yaitu guru tersebut memberikan tugas kepada setiap muridnya untuk menyembelih seekor ayam ditempat yang tidak bisa dilihat oleh siapapun.

Kemudian para murid pun berpencar mencari tempat bersembunyi untuk melaksanakan tugas dari gurunya tersebut. setelah itu mereka kembali dengan membawa ayamnya masing-masing dalam keadaan sudah disembelih. Namun diantara mereka terdapat satu orang murid yang membawa ayamnya dalam keadaan belum disembelih. Murid tersebut adalah murid yang sangat dicintai oleh gurunya.

Oleh karena itu maka gurunya bertanya kepada murid tersebut "Wahai muridku, kenapa kamu tidak melaksanakan tugasmu?" Dia menjawab "Wahai guruku, aku tidak melaksanakan tugas darimu karena aku tidak bisa menemukan tempat sembunyi yang tidak bisa dilihat oleh siapapun, dimanapun aku bersembunyi, Allah SWT tetap melihat kepadaku". Setelah itu kemudian gurunya berkata kepada para murid "Lihatlah murid ini, betapa takutnya dia kepada Allah SWT, dan betapa tidak lupanya dia kepada Allah SWT disetiap tempat. Oleh karena itu cintaku kepada murid ini lebih besar daripada cintaku kepada kalian. Tidak diragukan lagi apabila dia telah besar dia akan menjadi salah satu orang yang soleh dan taat kepada tuhannya dalam setiap keadaan.

 

Akhlak Nabi Muhammad SAW

 

Dikisahkan pada suatu hari Rasulallah SAW membeli sesuatu. Dia membawa barang yang dibelinya tersebut kerumahnya dengan tangannya sendiri. Kemudian sahabatnya berkata “Berikanlah barang tersebut kepadaku, aku akan membawakannya untukmu.

Karena tidak ingin merepotkan sahabatnya, Rasulallah SAW menjawab “Pemilik barang lebih berhak untuk membawanya.”

Dikisahkan pada suatu hari ketika Rasullah SAW sedang solat, datanglah cucunya yang masih kecil yaitu Sayyidina Hasan RA. Ketika beliau sedang sujud, cucunya tersebut malah menaiki punggungnya. Karena  Rasullah SAW menyayangi cucunya, maka beliau melamakan sujudnya sampai cucunya tersebut turun dari punggungnya.

***

Dikisahkan bahwa Annas bin Malik mempunyai saudari laki-laki masih kecil yang biasa dipanggil dengan sebutan Abu Umair. Dia mempunyai teman bermain seekor burung nughair, yaitu seekor burung yang paruhnya berwarna merah.

Pada suatu hari burung tersebut mati dan membuatnya bersedih, dan pada saat itu datanglah nabi SAW. kerena beliau  meliha Abu Umair sedang bersedih maka beliau bertanya “Apa yang terjadi pada Abu Umair?” kemudian dikatakanlah kepada beliau bahwa burung nugha       irnya telah mati. Setelah mengetahui alasannya maka beliau pun menghibur Abu Umar dengan menanyakan keadaan burung nughairnya tersebut, beliau bertanya “Wahai Abu Umair, ada apa dengan si nughair?”

 

Adab Kepada Orang Tua


Dikisahkan bahwa ketika Rasulallah SAW sedang duduk, datanglah Sayyidah Halimatussa’diyyah RA. Yaitu ibu susunya (perempuan yang pernah menyusuinya ketika kecil). Kemudian Rasulallah SAW mengagungkannya dengan menggelarkan sorbannya dan meladeni kebutuhannya. Selain itu, beliau juga mengagungkan pamannya yang bernama Abbas. Beliau mengagungkan mereka berdua sebagai mana beliau mengagungkan ayah dan ibunya.

Pada suatu hari datanglah seorang laki-laki bertanya kepada Rasulallah SAW “ Wahai Rasulallah SAW, siapakah orang yang paling berhak untuk aku berbakti kepadanya?” Rasulallah SAW  menjawab “Ibumu” Dia bertanya lagi “Kemudian siapa?”

Rasulallah SAW menjawab “Ibumu”

Dia bertanya lagi “Kemudian siapa?”

Rasulallah SAW menjawab “Ibumu”

Dia bertanya lagi “Kemudian siapa?”

Rasulallah SAW menjawab “Ayahmu”

***

Pada suatu hari seorang laki-laki bertanya kepada Rasulallah SAW “Wahai Rasulallah SAW, apakah aku bisa berbuat baik kepada orang tuaku yang sudah meninggal?”

Rasulallah SAW menjawab “Bisa, yaitu dengan mensolatkannya, meminta ampunan untuknya, membayarkan janjinya, memuliakan teman-temannya, dan melaksanakan silaturrahmi kepada orang-orang yang tidak bisa bersilaturrahmi kepadanya.”

***

Pada suatu hari datanglah seorang laki-laki kepada Rasulallah SAW untuk meminta bai’at kepadanya supaya dia bisa pergi ikut berhijrah. Kemudian dia berkata “Aku telah mendatangimu, akan tetapi aku telah mebuat orang tuaku menangis.”

Rasulallah SAW menjawab “Kembalilah kamu kepadanya dan buatlah mereka bahagia sebagai mana kamu telah membutnya menangis”

***

Nabi Ismail AS adalah putra dari nabi Ibrahim AS. ketika nabi Ismail AS berumur tiga belas tahun, nabi Ibrahim  AS mendapat perintah dari Allah SWT untuk menyembelih Nabi Ismail AS. Oleh karena itu maka nabi Ibrahim AS berkata kepada nabi Ismail AS "Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi akan menyembelihmu, untuk itu bagaimana pendapatmu?"  

Mengetahui bahwa itu adalah perintah dari Allah SWT maka nabi Ismail AS menjawab "Wahai ayahku, laksanakanlah perintah tersebut, insya Allah aku akan menjadi orang yang sabar.”

Setelah itu nabi Ibrahim AS pun bermaksud untuk  melaksanakan perintah tuhannya. Pada saat- saat  yang menakutkan sebelum proses penyembelihan terjadi, nabi Ismail AS teringat kepada ibunya, dia berkata kepada ayahnya ”Wahai ayah, Kencangkanlah ikatanku supaya aku tidak  bisa berontak, dan bukalah bajuku supaya tidak ada darah yang mengenai bajuku, karena jika ibuku melihatnya maka dia akan sangat bersedih. Kemudian tolong sampaikanlah salamku ketika ayah kembali dan memberikan bajuku kepadanya, karena itu akan menghibur hatinya. 

Lalu ketika nabi Ibrahim AS membaringkan nabi ismail AS dan menyimpan pisau kebagian lehernya putranya, dengan izin Allah SWT pisau tersebut tidak memberikan bekas pada   lehernya putranya.  Pada saat tersebut Allah SWT menebusnya dengan domba dari surge. kemudian nabi Ibrohim AS menyembelih domba tersebut dan tidak jadi menyembelih putranya.

***

Sayyidina Ali zainal abidin RA adalah orang yang banyak berbuat baik kepada ibunya. Sampai-sampai pada suatu saat  sebagian para sahabatnya pernah berkata kepadanya “Kamu adalah manusia yang paling berbuat baik kepada ibumu. Namun kenapa kami tidak pernah melihatmu makan bersamanya?”

Dia menjawab ”Betul, saya tidak pernah makan bersamanya karena saya merasa takut apabila ketika makan, tanganku akan mengambil makanan yang telah dilihat dan diinginkan oleh ibuku, sehingga  itu bisa menjadi perbuatan burukku kepadanya.”

***

Pada suatu hari  datanglah seorang laki-laki kepada Rasulallah SAW.  Dia berkata ”Wahai Rasulallah, disuatu tempat ada seorang pemuda yang sedang menghadapi sakaratul maut. Namun ketika dikatakan kepadanya untuk mengucapkan Lâilâha illallah dia tidak mampu untuk mengucapkannya.”

Kemudian Rasulallah SAW bertanya “Apakah dia tidak pernah mengucapkannya selama dia hidup?”

Orang-orang menjawab “Pernah wahai Rasulallah.”

Rasulallah SAW bertanya lagi ”Lantas,  apa yang mencegahnya untuk mati?”  

Setelah itu Rasulallah SAW dan para sahabat pergi untuk menemui pemuda itu. Sesampainya disana Rasulallah SAW berkata ”Wahai pemuda ucapkanlah olehmu Lâilâha illallah !”

Pemuda itu menjawab “Aku tidak mampu  wahai Rasulalloh”

Rasulallah SAW bertanya “kenapa?”  

Dia menjawab “Karena aku telah menyakiti ibuku”

Rasulallah SAW bertanya lagi “Apakah ibumu masih hidup?”  

Dia menjawab “Ya. Dia masih hidup”

Kemudian Rasulallah SAW berkata kepada yang hadir “Panggillah dia!”

Setelah ibunya hadir, Rasulallah SAW bertanya kepada ibunya “Bagaimana pendapatmu jika aku menyalakan sebuah api?  jika kamu tidak menolongnya, aku akan melemparnya kedalam api itu.  

Ibunya menjawab “Aku akan menolongnya”

Rasulallah SAW berkata “kalau begitu bersaksilah kepada Allah dan kepadaku bahwa kamu telah meridhainya”  

Kemudian ibunya berkata “Ya Allah, sesungguhnya aku bersaksi kepada-Mu dan kepada Rasul-Mu bahwa aku telah meridhai anakku”

Setelah itu Rasulallah SAW berkata kepada pemuda itu “Wahai pemuda. Ucapkanlah Lâilâha illallah !”

Pemuda itu berkata “Lâilâha illallah ”

Selanjutnya Rasulallah SAW berkata“ Segala puji hanya milik Allah yang telah menyelamatkan pemuda ini dari neraka dengan sebab dariku”.

***

Dikisahkan ada seorang  pemuda yang beragama yahudi suka membantu kepada Nabi SAW. Pada suatu saat dia terserang suatu penyakit  yamg cukup parah. Oleh karena itu Nabi SAW pun menjenguknya.  Ketika menemuinya, Nabi SAW duduk disebelah kepalanya dan berkata kepadanya “Masuklah agama Islam!” 

Kemudian dia langsung memandang kepada ayahnya yang sedang berada didekatnya. Menanggapi pandangan anaknya tersebut, maka ayahnya yang juga beragama yahudi berkata ”Menurutlah kamu kepada Abu qasim (nabi SAW)” 

Setelah itu diapun masuk islam dan langsung meninggal dunia. Kemudian Nabi SAW keluar dan berkata “Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkannya dari api neraka”

Dari kisah tersebut  bisa diambil pelajaran bahwa dengan berbuat baik kepada orang tua maka Allah akan memberikan Taupik-Nya sehingga bisa mati dalam keadaan khusnul khotimah dan menjadi ahli surga.

***

Haiwah bin Syuaraih merupakan anak baik dan tidak pernah membantah terhadap perkataan ibunnya. Setelah dia besar dia menjadi seorang ulama besar yang mempunyai banyak murid. Dikisahkan pada suatu saat ketika dia sedang mengajar para muridnya, ibunya datang dan berkata kepadanya ”Wahai Haiwah, berdirilah! Ambilkanlah aku pakan untuk ayam!”

Medengar perkataan ibunya, dia tidak keberatan dan tidak menunda-nunda. Dia langsung meninggalkan pelajarannya dan memenuhi perintah ibunya. 

***

Dar bin Umar Al-Hamdani adalah orang yang memiliki ahlak baik terhadap ayahnya. Terbukti apabila dia berjalan dengan ayahnya pada waktu malam, dia selalu berada didepannya. Hal ini dia lakukan supaya dia bisa menemukan bahaya lebih awal, sehingga ayahnya bisa selamat dari bahaya tersebut. Akan tetapi apabila mereka menaiki suatu tangga, dia tidak pernah memposisikan ayahnya untuk berada dibawahnya.

***

Dikisahkan seorang ayah memiliki beberapa orang anak. Ketika ayahnya tersebut akan meninggal dia memanggil seluruh anaknya untuk berkumpul. Setelah anak-anaknya berkumpul dia memberikan seikat kumpulan tongkat kepada anak-anaknya dan menyuruh mereka untuk mematahkannya. Kemudian anak-anaknyapun mencoba untuk mematahkannya dengan sekuat tenaga. Namun mereka tidak mampu mematahkannya. Karena susah untuk mematahkannya maka mereka membuka ikatannya dan membagikan tongkatnya kepada setiap anak, dengan begitu mereka bisa mudah untuk mematahkannya.

Setelah kejadian tersebut ayahnya berkata “kalian bagaikan tongkat tersebut. Apabila kalian bersatu maka musuh kalian tidak akan mampu untuk mengalahkan kalian. Namun apabila kalian berpecah belah  maka musuh kalian akan mudah untuk mengalahkan kalian”

 

Adab Kepada Keluarga

 

Pada suatu hari seorang laki-laki datang dan bertanya kepada Nabi SAW “Aku telah berbuat dosa yang besar! Apakah aku bisa bertaubat?”

Nabi SAW bertanya “Apakah dosamu kepada ibu?”

laki-laki tesebut menjawab “Bukan”

Nabi SAW bertanya lagi “Apakah dosamu kepada bibi?”

laki-laki tesebut menjawab “Benar”

Nabi SAW berkata “Maka berbuat baiklah kepadanya”

***

Dalam suatu hadis dikisahkan bahwa seorang laki-laki pernah berkata kepada Rasulallah SAW “Wahai Rasulallah, sesungguhnya aku mempunyai beberapa kerabat, aku bersilaturrahmi kepadanya akan tetapi mereka memutuskan silaturrahmi kepadaku, aku berbuat baik kepadanya akan tetapi mereka berbuat buruk kepadaku, aku berlaku bijak kepadanya akan tetapi mereka berbuat bodoh kepadaku.”

Rasulallah SAW menjawab “Jika keadaannya seperti yang kamu katakan, maka mereka bagaikan meminum abu yang panas, dan selama kamu dalam keadaan demikian maka Allah SWT akan memberika pertolongan kepadamu.”

***

Abu Tolhah Al-Anshari RA adalah seorang sahabat anshar yang palimg banyak mempunyai harta dalam bentuk kurma di Madinah. Harta yang paling dicintainya yaitu kebun kurma yang menghadap ke masjid. Rasulallah SAW pun pernah memasuki kebun tersebut dan meminum minuman yang baik dari dalam  kebun tersebut. Ketika turun ayat yang berbunyi

 لَنْ تَنَالُوا الۡبِرَّ حَتّٰى تُنۡفِقُوۡا مِمَّا تُحِبُّوۡنَ ؕ وَمَا تُنۡفِقُوۡا مِنۡ شَىۡءٍ فَاِنَّ اللّٰهَ بِهٖ عَلِيۡمٌ

Artinya: Kamu tidak akan memperoleh kebajikan sebelum kamu menginfakan sebagian harta yang kamu cintai.

Abu Tolhah Al-Anshari RA datang kepada kepada Rasulallahu SAW, dia berkata ”Wahai Rasulallah, sesungguhnya Allah SWT telah menurunkan ayat kepadamu

 لَنْ تَنَالُوا الۡبِرَّ حَتّٰى تُنۡفِقُوۡا مِمَّا تُحِبُّوۡنَ ؕ وَمَا تُنۡفِقُوۡا مِنۡ شَىۡءٍ فَاِنَّ اللّٰهَ بِهٖ عَلِيۡم

Artinya: Kamu tidak akan memperoleh kebajikan sebelum kamu menginfakan sebagian harta yang kamu cintai.

Sesungguhnya harta yang paling aku cintai adalah kebun kurma yang menghadap ke masjid. Oleh karena itu aku sedekahkan kebun tersebut karena Allah SWT. Aku berharap ini menjadi kebaikan dan menjadi  simpanan disisi Allah SWT.  Wahai Rasulallah, tolong salurkanlah sedekah ini sehingga Allah SWT memberi tahumu!”

Rasulallah SAW berkata ”Hebat sekali! Itu adalah harta yang akan menguntungkan. Aku telah mendengar apa yang kamu katakan. Aku beritahukan kepadamu, sedekahkankanlah harta tersebut kepada kerabat-kerabatmu!” 

Kemudian Abu Tolhah Al-Anshari RA menjawab ”Akan aku laksanakan wahai Rasulallah” Setelah  itu  Abu Tolhah al-Anshari RA pun membagikan harta tersebut kepada kerabat-kerabatnya dan kepada anak-anak pamannya.

***

Pada suatu hari, ketika Nabi SAW sedang duduk bersama dengan para sababatnya, tiba-tiba beliau berkata “Janganlah ada orang yang memutuskan silaturrahim duduk bersamaku”

Kemudian seorang pemuda dari kaum Halqoh langsung berdiri dan pergi untuk mendatangi bibinya, dia pergi untuk menyelsaikan suatu permasalahan. Ternyata dia dengan bibinya tersebut  sedang mempunyai masalah tentang suatu perebutan. Setelah bertemu, maka  bibinya pun memaafkannya. Lalu dia kembali lagi ketetempat  Nabi SAW dan para sahabantnya duduk.

Kemudian  Nabi SAW berkata ”Sesungguhnya rahmat Allah SWT tidak akan datang kepada pada suatu kaum yang didalamnya terdapat orang yang memutuskan silaturrahmi.”

 

Adab Kepada Pembantu

 

Seorang laki-laki pernah bertanya kepada Rasulallah SAW “Berapa kali saya harus memberi maaf kepada seorang pembantu wahai Rasulallah?”

Rasulallah SAW menjawab “Kamu harus memberi maaf kepada seorang pembantu sebanyak tujuh puluh kali dalam setiap hari”

***

Dikisahkan dari Annas RA bahwa dia pernah melayani Nabi SAW selama sepuluh tahun. Dia berkata: Aku telah melayani Nabi SAW selama sepuluh tahun, beliau tidak pernah berkata “huss!” kepadaku, beliau juga tidak pernah bertanya “kenapa kamu melakukan sesuatu?” terhadap sesuatu yang telah aku lakukan, beliau juga tidak pernah bertanya “kenapa kamu tidak meninggalkan sesuatu” terhadap sesuatu yang aku tinggalkan, dan istri-istrinya pun tidak pernah memarahiku. Beliau hanya berkata “tinggalkan olehmu sesuatu, karena sesungguhnya kejadian itu tetap dengan ketentuan dan qodar”

Diriwayatkan pada suatu waktu, ketita Imam Ali karomallohu wajhah memanggil abidnya, abidnya tersebut tidak menjawabnya. Diapun memangginya lagi hingga tiga kali panggilan, namun abidnya tersebut tetap tidak menjawabnya.

Kemudian Imam Ali karomallohu wajhah berdiri untuk menghampirinya, ternyata abidnya tersebut sedang tiduran. Lalu Imam Ali karomallohu wajhah bertanya ”Apakah kamu tidak mendengar?”

Abidnya menjawab “Tentu”.

Imam Ali karomallohu wajhah bertanya lagi ”Kenapa kamu tidak menjawabku saat aku memanggilmu?”

Abidnya menjawab ”Karena sesungguhnya aku merasa aman dari siksaan anda. oleh karena itu aku bermalas-malasan” Setelah itu Imam Ali karomallohu wajhah berkata ”Pergilah kamu! kamu telah merdeka karena dzat Allah SWT”

***

Diriwayatkan pada suatu hari Qais bin ‘Ashim duduk dirumahnya. Tiba-tiba abid perempuannya datang membawa sebuah panggangan  yang berisi sate. Namun panggangan tersebut jatuh dan menimpa kepada putranya. Lalu abid perempuan tersebut  pun merasa kaget. Kemudian Qais bin ‘Ashim berkata ”Janganlah kamu merasa kaget” Lalu dia memaafkannya dan memerdekakannya karena Allah SWT.

 

Adab Kepada Tetangga

 

Imam Mujahid bercerita, bahwa pada suatu waktu dia sedang bersama dengan Ibnu Umar. Kemudian pada saat abidnya Ibnu Umar sedang menyisit domba, Ibnu Umar berkata kepada abidnya ”Jika  kamu sudah menyisitnya maka dahulukanlah untuk memberi kepada tetangga kita yang beragama yahudi.” Ibnu Umar mengatakakannya secara berkali-kali. Karena itu Imam Mujahid bertanya ”Berapa kali kamu mengatakan itu?”

Ibnu Umar menjawab ”Sesungguhnya  Rasulallah SAW tidak henti-hentinya mewasiatkan kepadaku untuk bertetangga. Sehingga aku merasa takut bahwa Rasulallah SAW akan menjadikannya ahli waris.”

***

Pada suatu waktu dikisahkan ada beberapa orang berkata bahwa dirumahnya terdapat banyak tikus. Kemudian dikatakanlah kepada mereka ”Kenapa kalian tidak memelihara kucing?”  

Mereka menjawab ”Aku takut tikus-tikus itu akan ketakutan mendengar suara kucing sehingga tikus-tikus itu kabur kerumah para tetangga. Sedangkan aku lebih mencintai para tetangga dari pada diriku sendiri.”

***

Dikisahkan Imam Abu Hanifah pernah mempunyai tetangga yang hasud. Tetangganya  tersebut suka menyakiti dan pelit kepada Imam Abu Hanifah. Apabila Imam Abu Hanifah melewat dan memberi salam kepadanya, dia selalu tidak menjawabnya. Walaupun begitu Imam Abu Hanifah selalu bersabar.  Sehingga sebagian orang malah menyalahkan  Imam Abu Hanifah kerena dia selalu menahan diri dan selalu bersabar. Oleh karena itu maka Imam Abu Hanifah berkata ”Sesungguhnya bagi tetangga itu ada hak”

***

 

Adab Kepada Guru

 

Imam Syafi'i adalah orang yang sangat beradab ketika berada didepan gurunya yaitu Imam Maliki. Sehingga Imam Syafi'i pernah berkata "Aku pernah menyodorkan lembaran kertas didepan Imam Maliki.  Karena aku menghormatinya, aku sodorkan kertas tersebut dengan lembut supaya beliau tidak mendengar tibanya kertas tersebut."

***

Rubai' bin Sulaiman adalah orang yang sangat mengagungkan sekali kepada gurunya yaitu Imam Syafi'i. Dia pernah berkata "Demi Allah. Aku tidak pernah minum saat Imam Syafi'i sedang melihatku. Hal ini aku lakukan karena aku merasa malu dan hormat kepadanya"

Karena keta’dimannya tersebut Imam Syafi'i pun sangat mencintai sekali kepada Rubai' bin Sulaiman. Sehingga Imam Syafi'i pernah berkata "Wahai Rubai', jika aku mampuh untuk memberikan kamu ilmu, tentu aku akan memberikannya kepadamu"

***

Dikisahkan bahwa Khalifah Harun Ar-Rasyid mempunyai anak yang bernama Amin dan Ma'mun. Dia menitipkan kedua anaknya tersebut kepada seorang guru yang sangat alim, yaitu Imam Al-Kisâ`î. pada suatu hari ketika Imam Al-Kisâ`î sedang bersama dengan Amin dan Ma'mun, Imam Al-Kisâ`î berdiri dan hendak keluar dari suatu tempat. Oleh karena itu Amin dan Ma'mun pun bergegas dan saling berlomba untuk menyodorkan sandal Imam Al-Kisâ`î untuk dipakainya. karena sandal tersebut terdiri dari bagian kanan dan bagian kiri maka merekapun bersepakat supaya setiap orang dari mereka menyodorkan satu bagian sandal untuk dipakai oleh gurunya.  

Ketika Khalifah Harun Ar-Rasyid mendengar kejadian tersebut, dia mengundang Imam Al-Kisâ`î, dia berkata kepadanya "Siapakah orang yang paling mulia?"

Imam Al-Kisâ`î menjawab "Amirul mu'minin (pemimpinnya orang mu'min)"

Khalifah Harun Ar-Rasyid berkata "Bukan, orang yang paling mulia adalah orang yang mana kedua anak Amirul mu'minin berlomba-lomba untuk menyodorkan sandal kepadanya." Mendengar perkataan tersebut, Imam Al-Kisâ`î menyangka bahwa dirinya telah berbuat salah, maka  dia bermaksud untuk mencegah Amin dan Ma'mun supaya tidak melakukan perbuatannya lagi.

Setelah itu Khalifah Harun Ar-Rasyid berkata "Jika kamu melarang mereka, maka aku akan menegurmu dengan teguran yang keras. Karena sesungguhnya mereka tidak melakukan sesuatu yang menurunkan derajat atau gengsinya.  Akan tetapi itu membuat mereka bertambah mulia. Oleh karena itu aku beri penghargaan kepada mereka sebanyak dua puluh ribu dirham, dan untukmu sebanyak sepuluh ribu dirham karena kamu telah memberikan didikan yang baik kepada mereka.”

***

Dihikayatkan bahwa Khalifah Harun Ar-Rasyid mempunyai salah satu anak yang diutus untuk mempelajari ilmu dan adab kepada Imam Asma'î. kemudian pada suatu hari Khalifah Harun Ar-Rasyid melihat Imam Asma'î sedang berwudhu dan mencuci bagian kakinya. ketika itu anaknya Khalifah Harun Ar-Rasyid sedang mengucurkan air ke kakinya Imam Asma'î.

Melihat kejadian tersebut Khalifah Harun Ar-Rasyid menegur Imam Asma'î dengan berkata "Sesungguhnya aku mengutus anakku kepadamu supaya kamu bisa mendidiknya, lantas kenapa kamu tidak menyuruh anakku untuk mengucurkan air dengan salah satu bagian tangannya, dan mencuci kakimu dengan bagian tangan yang satunya lagi?”


Daftar Postingan

-