Senin, 18 Januari 2021

Buku Kisah Ahlak Lil-Baniin Syekh Umar Bin Ahmad Baraja bagian 4

Dalam hadis dikisahkan bahwa Rasulallah SAW pernah berkata "Malulah kalian kepada Allah SWT dengan malu yang sebenarnya!"

Kemudian ditanyakanlah kepadanya "Wahai Rasulallah, bagaimana cara kami malu kepada Allah dengan malu yang sebenarnya?"

Rasulallah SAW menjawab "Orang yang malu kepada Allah dengan malu yang sebenarnya yaitu orang yang menjaga kepalanya beserta apa yang diwadahinya (akal), menjaga perut beserta apa yang diwadahinya(makanan), meninggalkan perhiasan kehidupan dunia dan mengingat mati beserta kehancuran tubuh didalam kubur.  Maka sungguh yang demikian itulah orang yang malu kepada Allah dengan malu yang sebenarnya.”

Rasulalallah SAW adalah orang yang sangat pemalu. Beliau tidak menatapkan pandangan pada wajah seseorang dan tidak berbicara kepada seseorang dengan perkataan yang tidak disukainya.

Dikisahkan seorang laki-laki yang memakai warna kuning pada rambutnya datang kepada  Rasulalallah SAW, dan beliau tidak menyukainya. Namun beliau tidak mengatakan apa-apa sampai laki-laki itu keluar.

Setelah itu beliau berkata “Sekiranya kamu katakan kepada orang tersebut agar menanggalkan warna kuning ini.”

Hal itu disebabkan terdapat semacam keserupaan dengan wanita. Apabila tidak bertujuan menyerupai wanita, maka hukumnya makruh. Apabila bertujuan menyerupai wanita, maka hukumnya haram.

***

Dikisahkan pula bahwa pada suatu saat Rasulallah SAW pernah melewat kepada seorang laki-laki yang sedang mandi. Kemudian Rasulallah SAW berkata "Wahai manusia, sesungguhnya Allah itu maha pemalu, maha penyantun, maha penutup, menyukai sifat malu, dan suka menutupi kejelekan. Untuk itu jika salah satu dari kalian sedang mandi, maka hendaklah kamu bersenbunyi dari penglihatan manusia.”

***

Sayyidah Aisyah RA adalah orang yang sangat bersifat malu dan sederhana. Sehingga dia pernah berkata "Aku pernah masuk kedalam rumah yang didalamnya dikuburkan Rasulallah SAW dan ayahku Abu bakar RA. dan aku pada saat itu meletakan bajuku. hal itu aku lakukan karena Rasulallah SAW adalah suamiku dan Abu bakar RA adalah ayahku! Namun setelah Umar RA juga dikuburkan didalam rumah tersebut, demi Allah aku tidak masuk kedalam rumah tersebut kecuali dengan memakai pakaianku, karena aku merasa malu kepada Umar RA.”

***

Diriwayatkan seseorang yang bernama Khuzaifah bin Yaman RA pernah pergi ke suatu jum'at. kemudian dia menemukan orang-orang yang sudah bubar. Lalu dia menjauhi jalan dan berkata "Tidak ada kebaikan pada orang yang tidak malu kepada manusia"

***

Dikisahkan bahwa suatu kaum pernah mengajak temannya untuk pergi ke salah satu tempat hiburan miliknya sendiri. Namun temannya tersebut tidak menjawabnya. Dia menulis tulisan kepada kaum tersebut "Pada hari kemarin sesungguhnya aku telah memasuki umur empat puluh tahun, dan aku merasa malu dengan umurku ini".

­***

Dikisahkan seorang  yang bijaksana pernah datang kepada seorang laki-laki. Kemudian disana dia melihat sebuah rumah yang tinggi dan beberepa permadani yang dipajangkan. Namun pemilik rumah tersebut ternyata adalah seorang yang tidak mempunyai kebaikan (tidak mempunyai pekerti).

Lalu orang bijaksana tersebut meludah ke wajah pemiliknya tersebut. Maka orang yang diludahi tersebut bertanya “Kebodohan apa ini wahai orang bijaksana?” orang bijaksana menjawab “Ini adalah sebuah hikmah, sesungguhnya ludah itu tidak akan dilemparkan kecuali ke tempat yang paling rendah dalam suatu ruangan, dan aku tidak melihat tempat yang paling rendah dari rumahmu ini kecuali dirimu.”


‘Iffah (Menahan diri dari perkara haram) dan Qona’ah (berusaha merasa cukup)

 

Dikisahkan bahwa Rasulallah SAW pernah melewat setumpuk makananan milik seorang penjual, kemudian Rasulallah SAW memasukan tangannya kedalam  makanan tersebut, dan ternyata jari-jari beliau menjadi basah. Lalu  beliau bertanya. “Apakah ini wahai pemilik  makanan?”

Dia menjawab “Itu terkena hujan wahai Rasulallah!” Kemudian beliau berkata “Mengapa yang terkena air ini tidak kamu simpan dibagian atas agar orang-orang bisa melihatnya? Barang siapa yang menipu kami maka dia bukan termasuk golongan kami (kaum muslim).”

***

Dalam suatu hadis dikisahkan bahwa pada suatu hari ada seorang laki-laki mengintai kedalam rumah Rasulallah SAW. Pada saat itu Rasulallah SAW sedang menyisir rambutnya dengan sisir. Kemudian ketika Rasulallah SAW melihat laki-laki tersebut beliau berkata "Jika aku tahu bahwa sesungguhnya kamu telah mengintaiku, tentu aku akan menusukan sisir ini ke matamu. Sesungguhnya dijadikannya izin itu karena penglihatan.”

Dari kisah tersebut Rasulallah SAW menjelaskan bahwa mengintai tanpa izin adalah sesuatu yang haram.

***

Dikisahkan bahwa seorang laki-laki datang kepada Rasulallah SAW. Kemudian dia berkata "Berilah aku wasiat".

Maka Rasulallah SAW menjawab "Janganlah kamu mengharapkan milik orang lain, dan takutlah kamu dari sifat tamak. karena sesungguhnya sifat tamak itu adalah kefakiran yang nyata.

 

Bukti Nyata Bagi Yang Memberi Nasihat

 

Dikisahkan seorang laki-laki kafir bertamu kepada Rasulallah SAW. Kemudian beliau  memerintahkan untuk memerah susu dari satu kambing untuk laki-laki tersebut, dan dia pun meminumnya. Lalu diperahkan lagi untuknya dari kambing yang lain, dan dia pun meminumnya lagi sehingga dia minum dari tujuh ekor kambing.

Pada waktu pagi harinya laki-laki tersebut masuk islam. Kemudian Rasulallah SAW memerintahkan lagi untuk memerah susu dari satu kambing untuk laki-laki tersebut, dan dia pun meminumnya. Lalu diperahkan lagi untuknya, dan dia tidak sanggup untuk menghabiskannya. Setelah itu Rasulallah SAW berkata “Seorang mukmin minum dalam satu usus sedangkan orang kafir minum dalam tujuh usus.”

***

Dihikayatkan pada suatu hari, ketika bertepatan dengan hari raya, Sayidina Umar bin Abdul Aziz melihat anaknya memakai baju yang sudah usang. Melihat keadaan tersebut maka Sayidina Umar bin Abdul Aziz menjadi sedih dan menangis. Kemudian anaknya berkata  "Apa yang membuat ayah menangis?"

Sayidina Umar bin Abdul Aziz menjawab "Wahai anakku, aku khawatir pada hari raya ini hatimu akan sedih apabila anak-anak yang lain melihatmu memakai pakaian yang usang ini."

Anaknya berkata "Sesungguhnya orang yang hatinya akan sedih adalah orang yang kehilangan ridho Allah SWT, dan orang yang telah menyakiti Ibu beserta ayahnya. Sesungguhnya yang aku harapkan adalah ridho Allah SWT dan ridhomu". Setelah itu maka Sayidina Umar bin Abdul Aziz menangis lagi dan memeluknya sambil mendo’akannya.

 

Jujur

 

Abdullah bin Dinar bercerita, bahwa dirinya pernah pergi ke Mekah bersama Umar bin Khotob RA. Kemudian disuatu jalan mereka berhenti dan bertemu dengan seorang pengembala yang turun dari suatu gunung. Lalu Umar bin Khotob RA berkata kepada pengembala tersebut “Wahai pengembala, juallah satu domba kepadaku!” 

Pengembala menjawab “Sesungguhnya aku adalah seorang abid! Umar bin Khottob RA berkata lagi “katakan saja kepada tuanmu bahwa domba tersebut telah dimakan oleh serigala!”

Pengembala menjawab “Maka dimanakah  Allah?”

Mendengar kalimat tersebut Umar bin Khottob RA langsung menangis, kemudian dia pergi kepada pemilik abid tersebut, lalu dia membelinya dan memerdekakannya. Setelah itu Umar bin Khottob RA berkata kepada abid tersebut “Karena perkataanmu, aku merdekakanmu didunia ini. Aku harap itu juga memerdekakanmu nanti di akhirat.”

***

Dalam suatu hadis diceritakan bahwa seorang laki-laki telah membeli sebidang kebun kepada seseorang. Kemudian didalam kebun tersebut si pembeli menemukan guci yang didalammya terdapat emas. Maka si pembeli berkata kepada si penjual "Ambillah emasmu dariku, karena sesungguhnya aku hanya membeli tanah beserta bangunannya, dan aku tidak membeli emas darimu”.

Si penjual menjawab “Sesungguhnya aku menjual tanah beserta apa yang ada didalamnya”

Karena mereka saling tidak menerima emas tersebut, maka mereka pergi kepada seorang hakim untuk menghukuminya. Kemudian hakim bertanya kepada mereka “Apakah kalian mempunya anak?” Salah satu dari mereka menjawab “Saya memiliki anak laki-laki”

Yang satunya lagi menjawab “Saya mempunyai budak perempuan” Setelah itu maka hakim berkata “Nikahkanlah anak laki-lakimu dengan budak permpuanmu!  Dan infakanlah emas tersebut sebagai sedekah kepada mereka”

***

Dihikayatkan bahwa seorang pemburu pernah mendapatkan seekor burung yang bisa berbicara. Lalu burung tersebut berkata ”Apa yang kamu inginkan? dan apa yang akan kamu lakukan kepadaku?”.

Pemburu tersebut menjawab “Aku akan menyembelihmu dan akan memakanmu”

Lalu burung berkata “Demi Allah, aku tidak akan bisa mengobatimu dari kecacatan, dan aku tidak akan bisa mengenyangkanmu dari kelaparan. Akan tetapi aku akan memberitahukanmu tiga hal yang lebih baik bagimu daripada kamu memakanku!  hal yang pertama akan aku beritahukan kepadamu apabila aku telah berada ditanganmu!  Hal yang kedua akan aku beritahukan kepadamu apabila aku telah berada diatas pohon! Dan hal yang ketiga akan aku beritahukan kepadamu apabila aku telah berada diatas gunung!”

Pemburu berkata “Katakanlah hal yang pertama!”

Burung berkata “Janganlah kamu menyesal dengan apa yang luput darimu!”

Maka pemburu tersebut pun melepaskannya, dan burung tersebut hinggap daatas pohon. 

pemburu berkata lagi “Katakanlah hal yang kedua!”

Burung berkata “Janganlah kamu percaya dengan sesuatu yang tidak terjadi!”

Lalu burung tersebut terbang keatas gunung dan berkata “Wahai orang yang menyesal, jika kamu menyembelihku, pasti akan keluar dari dalam ususku dua mutiara yang mana setiap mutiara tersebut berharga dua puluh miskol”

Maka pemburu tersebut pun merasa  menyesal sambil menggigit bibirnya. Kemudian pemburu berkata lagi “Katakanlah hal yang ketiga!”

Burung berkata “Sungguh kamu telah lupa dua perkara yang tadi, bagaimana aku memberitahukanmu perkara yang ketiga?  Bukankan aku telah berkata, janganlah kamu menyesal dengan apa yang luput darimu, dan janganlah kamu percaya dengan sesuatu yang tidak ada bukti! Sesungguhnya dagingku, darahku dan buluku ini tidak seharga dua puluh miskol. Maka bagaimana bisa dalam ususku terdapat dua mutiara yang setiap mutiaranya seharga dua puluh miskol?”

Setelah itu burung tersebut terbang dan pergi meninggalkannya. Kisah tersebut mengajarkan kita supaya tidak tamak dan rakus

***

Rasulallah SAW pernah bercerita, bahwa dari golongan Bani Israil pernah ada seorang laki-laki yang meminjam uang sebanyak seribu dinar kepada temannya yang sama dari golongan Bani Israil. Kemudian si pemberi pinjaman berkata kepada si peminjam “Datangkanlah kepadaku beberapa saksi untuk aku persaksikan kepada mereka”

Si peminjam menjawab “Cukuplah Allah menjadi saksi” Si pemberi pinjaman berkata lagi “Datangkanlah kepadaku penjaminnya” Si peminjam menjawab “Cukuplah Allah menjadi penjamin” Si pemberi pinjaman berkata lagi “Aku percaya kepadamu”

Lalu  si pemberi pinjaman tersebut memberikan pimjamannya, dan menentukan waktu permbayarannya. Kemudian si peminjam tersebut pergi berlayar kelaut untuk menyelsaikan urusannya. Setelah itu ketika waktu yang ditentukan telah tiba, si peminjam pun mencari kendaraan untuk pergi  kepada si pemberi pinjaman. Akan tetapi si peminjam tidak menemukan kendaraan untuk mengantarkannya.

Lalu si peminjam tersebut mengambil sepotong kayu. Dia melubanginya dan memasukan uang sebanyak seribu dinar beserta selembar kertas untuk diberikan kepada si pemberi pinjaman. Kemudian dia perbaiki lagi lubangnya dan dia bawa ke pinggir laut. Disana dia berkata ”Ya Allah. Sesungguhnya Engkau tahu bahwa aku telah meminjam uang sebanyak seribu dinar kepada temanku fulan. Lalu dia meminta penjamin, dan aku berkata kepadanya cukuplah Allah sebagai penjamin. Kemudian dia rido Engkau sebagai penjamin.

Selanjutnya dia meminta saksi, dan aku berkata kepadanya cukuplah Allah sebagai saksi, diapun rido Engkau sebagai saksi. Aku telah berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menemukan kendaraan yang bisa mengantarkanku kepadanya, akan tetapi  aku tidak kuasa. Untuk itu, aku titipkan uang ini kepada Engkau.”

Lalu  si peminjam itu melemparkan sepotong kayu tersebut hingga kelaut. Kemudian dia kembali sambil terus mencari kendaraan untuk pergi ke negaranya.

Ditempat si pemberi pinjaman, pada waktu itu sipemberi pinjaman keluar rumah untuk pergi ke tepi laut sambil mengharapkan kendaraan yang datang. Namun Ketika itu dia hanya menemukan sepotong kayu.

Kemudian dia  mengambilnya untuk dijadikan kayu bakar oleh keluarganya. Ketika dia membelah sepotong kayu tersebut, ternyata dia menemukan uang dengan selembar kertas yang telah dikirimkan oleh sipeminjam.

Setelah itu, datanglah sipeminjam kepada sipemberi pinjaman untuk membayar hutangnya.  Lalu sipeminjam berkata “Demi Allah, saya tidak henti-hentinya mencari kendaraan dengan sungguh-sunguh untuk memberikan uangmu kepadamu, akan tetapi saya tidak menemukan satu kendaraanpun sebelum saya datang saat ini”

Si pemberi pinjaman berkata “Apakah kamu pernah mengirim saya sesuatu?”

Si peminjam berkata “Saya terangkan kepadamu  bahwa saya tidak menemukan tumpangan sebelum saya datang saat ini”

Si pemberi pinjaman berkata “Sesungguhnya Allah telah menunaikan bayaranmu yang engkau kirimkan dalam sepotong kayu. Maka silahkan bawa kembali uang seribu dinar yang akan kamu bayarkan ini dengan selamat”

***

Dalam suatu hadis Rasulallah SAW pernah berkata “Maukah aku beritahukan kepada kalian sesuatu yang termasuk dari dosa besar?” Pada saat itu Beliau mengulanginya sampai tiga kali.

Kemudian  para sahabat menjawab “Tentu wahai Rasulullah.”  Rasulallah SAW berkata “Yaitu menyekutukan Allah, mendurhakai kedua orang tua, dan membunuh jiwa.” Ketika itu beliau tengah bersandar.

Kemudian beliau duduk dan berkata ”Ketahuilah, perkataan dusta dan kesaksian palsu.” Hal tersebut beliau ulagi secara terus menerus. Sehingga para sahabat berkata “Semoga beliau berhenti” beliau berkata lagi “Sesungguhnya termasuk dusta terbesar adalah apabila seseorang mengaku anak dari selain bapaknya, mengatakan melihat sesuatu yang tidak dilihatnya, atau mengatakan sesuatu sebagai perkataanku, padahal aku tidak mengatakannya.”

***

Dalam suatu hadis Rasulallah SAW pernah berkata “Janganlah kamu berburuk sangka, karena berprasangka adalah pembicaraan paling dusta. Barang siapa yang mengambil harta saudaranya dengan sumpahnya, maka Allah mewajibkannya untuk masuk neraka dan mengharamkan masuk surga”

Lalu seseorang bertanya "Wahai Rasulullah, walaupun hanya sedikit?" Beliau menjawab "Walaupun hanya sebatang kayu araak (kayu untuk siwak)."

***

Dikisahkan bahwa Ka’ab bin Malik Al-Anshorî RA telah bermaksud untuk pergi mengikuti perang tabuk. Akan tetapi dia malah tertinggal karena dia menunda-nunda dan menangguhkan tekadnya, sehingga dia kehilangan kesempatan untuk mengikuti perang.

Ketika datang berita bahwa Rasulallah SAW telah kembali, dia sangat merasa sedih sekali. Kemudian ketika dia bermaksud untuk mengemukakan alasan dusta atas keterlambatannya, dia berhasil untuk memerangi nafsunya.

Lalu dia membulatkan  tekad untuk berkata benar dan bercerita secara terus terang, bahwa dia tidak mempunyai alasan sedikitpun atas tertinggalnya dalam mengikuti perang. Lalu  Rasulallah SAW pun memaafkannya. Karena kejujurannya tersebut, maka dari situ turunlah ayat Al-Quran yang menerangkan tentang taubatnya.

***

Dikisahkan bahwa Tsa’labah pernah berkata kepada Rasulallah SAW “Wahai Rasulallah SAW, doakanlah aku agar Allah SWT merizkikan aku harta”

Rasulallah SAW menjawab “Wahai Tsa’labah, sedikitnya harta yang kamu syukuri, akan lebih baik daripada banyaknya harta tapi kamu tidak mapu untuk mensyukurinya.”

Kemudian setelah beberapa saat, Tsa’labah kembali lagi kepada Rasulallah SAW, dia berkata “Demi Dzat yang telah mengutus-Mu dengan hak. Apabila Allah SWT merizkikan aku harta, aku pasti akan memberikan hak kepada setiap orang yang berhak untuk menerimanya.” Lalu Rasulallah SAW mendo’akannya, dan dia mendapatkan satu ekor domba.

Kemudian domba tersebut bertambah banyak seperti bertambah banyaknya ulat, sehingga kota Madinah pun menjadi terasa sempit. Oleh karena itu maka dia turun kesuatu lembah untuk memindahkannya. Namun dia menjadi tidak bisa menyempatkan diri untuk melaksanakan solat berjamaah dan solat jum’at. 

Lalu ketika Rasulallah SAW menanyakan keadaannya, seseorang menjawab “Hartanya telah menjadi banyak, sehingga lembah pun sudah tidak bisa menampungnya!”

Rasulallah SAW berkata “Aduh celaka Tsa’labah.” Setelah itu Rasulallah SAW mengutus dua orang untuk mengambil sedekah dari orang-orang. Maka menghadaplah orang-orang dengan sedekahnya. Namun ketika dua orang utusan  Rasulallah SAW tersebut melewat kepada Tsa’labah untuk meminta sedekahnya, dan membacakan tulisan Rasulallah SAW yang didalamnya terdapat beberapa kewajiban, Tsa’labah malah berkata “Ini adalah pajak, ini adalah semacam pajak. Kembalilah kalian sehingga aku menunjukan pendapatku.”

Kemudian  dua utusan Rasulallah SAW kembali kepada Rasulallah SAW. Sebelum mereka berbicara, Rasulallah SAW berkata kepada “Aduh celaka Tsa’labah, Aduh celaka Tsa’labah.”

Setelah kejadian tersebut maka turunlah ayat sebagai berikut:

وَمِنْهُمْ مَّنْ عٰهَدَ اللّٰهَ لَىِٕنْ اٰتٰىنَا مِنْ فَضْلِهٖ لَنَصَّدَّقَنَّ وَلَنَكُوْنَنَّ مِنَ الصّٰلِحِيْنَ. فَلَمَّآ اٰتٰىهُمْ مِّنْ فَضْلِهٖ بَخِلُوْا بِهٖ وَتَوَلَّوْا وَّهُمْ مُّعْرِضُوْنَ. فَاَعْقَبَهُمْ نِفَاقًا فِيْ قُلُوْبِهِمْ اِلٰى يَوْمِ يَلْقَوْنَهٗ بِمَآ اَخْلَفُوا اللّٰهَ مَا وَعَدُوْهُ وَبِمَا كَانُوْا يَكْذِبُوْنَ.

Artinya: Dan diantara mereka ada orang yang berikrar kepada Allah, sesungguhnya jika Allah memberikan sebagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang yang saleh. Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu, dan berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran). Maka Allah menimbulkan kemunafikan pada hati mereka sampai kepada mereka menemui Allah, karena mereka telah memungkiri terhadap Allah apa yang telah mereka ikrarkan kepada-Nya dan (juga) karena mereka selalu berdusta.

Setelah itu Tsa’labah datang kepada Rasulallah SAW  dengan membawa zakatnya. Namun Rasulallah SAW berkata “Sesungguhnya Allah SWT telah melarangku untuk menerimanya darimu.”

Tsa’labah menyesal dengan menaburkan debu ke atas kepalanya. Rasulallah SAW berkata “Ini adalah amalmu, aku telah memerintahkanmu, akan tetapi kamu tidak menurutiku.”

Setelah Rasulallah SAW wafat, Tsa’labah datang kepada Abu bakar RA dengan membawa zakatnya, namun Abu bakar RA juga tidak menerimanya. Pada zaman khalifahan Umar RA dia juga datang kepada Umar RA dengan membawa zakatnya, namun Umar RA juga tidak menerimanya. Lalu dia meninggal pada zaman Usman RA.

***

Diriwayatkan dari Annas bin Malik RA, dia berkata bahwa pamanya yaitu Annas bin Nadhar RA tidak hadir dalam perang badar bersama Rasulallah SAW. Oleh karena itu Annas bin Nadhar RA merasa sedih, dia berkata “Aku tidak hadir pada perang pertama yang dihadiri oleh Rasulallah SAW. Demi Allah. Jika Allah mempertemukan aku dengan perang lain bersama Rasulallah SAW, sungguh pasti, Allah Akan melihat apa yang aku lakukan”

Maka ditahun berikutnya bertemulah Annas bin Nadhar RA dengan perang uhud. Kemudian ketika Sa’ad bin Muad menyambutnya, dia bertanya “Wahai Abu Amr, hendak kemana kamu?”

Annas bin Nadhar RA menjawab “Ini adalah wangi surga, sesungguhnya aku merasakan wangi surga didekat gunung uhud”.

Lalu Annas bin Nadhar RA berperang sampai dia meninggal. ketika selsai perang, maka ditemukanlah pada jasad Annas bin Nadhar RA sebanyak delapan puluh luka karena lemparan panah, sabetan pedang dan tusukan tombak. 

Saudara perempuannya berkata “Aku tidak mengenali saudaraku, kecuali karena aku mengetahui ujung jarinya.” Setelah itu maka turunlah ayat yang berbunyi:

رِجَالٌ صَدَقُوا۟ مَا عَٰهَدُوا۟ ٱللَّهَ عَلَيْهِ

Artinya: orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah.

***

Tsauban RA adalah bekas sahaya  Rasulallah SAW yang dicintai oleh Rasulallah SAW. Sebaliknya juga dia sangat cinta kepada Rasulallah SAW. Saking cintanya, dia suka tidak tahan apabila jauh dari Rasulallah SAW.  

Dikisahkan pada suatu hari Tsauban RA pernah terlihat sangat sedih sehingga wajahnya menjadi berubah. Maka Rasulallah SAW bertanya “Apa yang membuatmu berubah?”

Tsauban RA menjawab “Wahai Rasulallah SAW. Aku tidak sakit, dan aku tidak menderita. Aku berubah karena aku tidak melihatmu. Aku merasa sangat sedih sampai aku bisa bertemu denganmu. Disamping itu aku teringat kepada akhirat, aku takut kelak tidak bisa melihatmu. Karena derajatmu akan bersama para nabi, Bila aku masuk surga aku akan berada ditempat yang derajatnya lebih rendah. kemudian jika aku tidak masuk surga, aku tidak akan bisa melihatmu selamanya.”

Setelah kejadian tersebut maka turunlah ayat yang berbunyi

وَمَن يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَٰئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِم مِّنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ ۚ وَحَسُنَ أُولَٰئِكَ رَفِيقًا 

Artinya: Dan barang siapa yang mentaati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu nabi-nabi, para shiddiqîn, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.

***

Dihikayatkan ketika Hajaj berhutbah dengan memanjangkan hutbahnya seorang laki-laki berdiri dan berkata kepadanya “Ingatlah solat, sesungguhnya waktu tidak menunggumu, dan tuhan tidak memberimu alasan.”

Kemudian Hajaj menyuruh orang untuk menahannya. Setelah itu kaum dari laki-laki tersebut mendatangi Hajaj dan menganggap bahwa laki-laki tersebut adalah orang gila. Kaum tersebut meminta Hajaj untuk membebaskannya.

Hajaj berkata “Jika dia mengaku gila maka kamu boleh membebaskannya.” Laki-laki yang dianggap gila tersebut berkata “Aku berlindung kepada Allah, aku tidak yakin bahwa Allah telah menimpakan cobaan kepadaku, sedangkan Dia telah mengaruniai aku kesehatan.” Kemudian sampailah perkataan tersebut kepada Hajaj. Lalu Hajaj mengampuninya karena dia telah berkata benar.

***

Dihikayatkan seorang laki-laki mempunyai sapi betina. Dia biasa memeras susunya dan mencampurkan air kedalam susu tersebut untuk dijual. Pada suatu hari ketika dia berada pada suatu padang rumput, dia tertimpa banjir yang menenggelamkan sapinya. Oleh Karena itu, maka dia menjadi sangat sedih.

Kemudian anak-anaknya berkata ”Wahai ayah, janganlah bersedih! Sesungguhnya air yang kita campurkan dengan susu sapi itu telah bercampur, dan tenggelam!” Setelah kejadian tersebut maka laki-laki tersebut sadar, kecurangannya tersebut telah mengakibatkannya menjadi hancur dan rugi.

 

Sabar

Rasulallah SAW pernah berkata “Maukah kalian aku tunjukan sesuatu yang dengannya Allah SWT akan menghapus kesalahan-kesalahan, dan akan mengankat derajat?”

Para sahabat menjawab “Tentu wahai Rasulallah” Rasulallah SAW berkata “yaitu menyempurnakan wudlu pada saat tidak menyenangkan (musim dingin),  banyak berjalan ke mesjid, dan menunggu solat demi solat. Itulah perjuangan, itulah perjuangan.” Hadis tersebut menjelaskan sabar dalam taat.

***

Dikisahkan bahwa Rasulallah SAW pernah ditanya oleh seorang laki-laki “Siapakah orang yang paling berat cobaannya?”

Rasulallah SAW menjawab “Yaitu para nabi, kemudian oran-orang yang terbaik (sahabat-sahabat nabi), lalu orang-orang pilihan (para ulama). Manusia diuji sesuai dengan kadar agamanya, barang siapa yang kadar agamanya kuat maka semakin berat pula cobaannya. barang siapa yang kadar agamanya lemah maka ringan pula cobaannya. Sesungguhnya cobaan akan selalu menimpa seseorang sehingga dia berjalan diatas bumi tanpa memiliki dosa.”

***

Diceritakan dalam suatu hadis bahwa lampu nabi Muhammad SAW telah padam. Kemudian beliau mengucapkan istirja yaitu ucapan "Inna lillahi wa Inna ilaihi roojiûn"

Lalu Sayidah Aisyah RA berkata "sesungguhnya ini adalah lampu" Nabi Muhammad SAW menjawab "setiap keburukan yang menimpah orang mu'min adalah musibah".

Dalam hadis lain disebutkan "barang siapa membaca istirja ketika ditimpa musibah maka Allah akan memberikan ganjaran atas musibahnya dan Allah akan menggantinya dengan kebaikan.

***

Dihikayatkan ketika ayahnya Ibnu Abbas wafat,  seorang  Arab badawi (orang Arab yang hidupnya di padang pasir) menghiburnya dengan suatu syi’ir yang berbunyi:

صَبْرُ الرَّعِيَّةُ بَعْدَ صَبْرُ الرَّأْسِ # اِصْبِرْ نَكُنْ بِكَ صَابِرِيْنَ فَاِنَّمَا

 وَاللهُ خَيْرٌ مِنْكَ لِلْعَبَّاِس  # خَيْرٌ مِنَ الْعَبَّاسِ أَجْرُكَ بَعْدَهُ

Artinya: Bersabarlah kamu, kami akan bersabar denganmu. sesungguhnya sabarnya rakyat itu setelah sabarnya pemimpin.

Lebih baik dari Abbas adalah pahalamu sesudahnya. Dan Allah lebih baik darimu, bagi Abbas. Setelah mendengar itu, kemudian Ibnu Abbas menjawab "Tidak ada seorang pun yang menghiburku lebih baik daripada hiburan ini."

***

Dalam golongan nabi Ulul Azmi, Nabi Muhammad adalah SAW adalah nabi  yang paling sabar. dari awal diutusnya sampai dengan wafatnya beliau telah menerima banyak penderitaan. Walaupun begitu, beliau sangat sabar menghadapinya. Ini sebagai ketaatan beliau terhadap firman Allah SWT yang berbunyi:

فَاصْبِرْ كَمَا صَبَرَ أُو۟لُوا۟ ٱلْعَزْمِ مِنَ ٱلرُّسُلِ

Artinya: Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar.

Pada saat kaum musyrikin sangat menyakiti Rasulallah SAW beliau pernah berkata kepada pamannya yaitu Abu Tolib "Demi Allah wahai paman, jika saja orang-orang musyrik meletakan matahari ditangan kananku dan bulan ditangan kiriku supaya aku meninggalkan sedikit saja dari agama yang aku bawa dari tuhanku, tentu aku tidak akan menyetujuinya sampai Allah menampakan kebenaran-Nya atau aku binasa dalam membelanya.”

Diantara perbuatan orang-orang musyrik kepada Rasulallah SAW yaitu, ketika Rasulallah SAW bersujud didepan Ka'bah, orang-orang musyrik melemparinya dengan kotoran dari dalam perut unta, mereka juga mencekiknya, berniat membunuhnya, mengusir dari tanah airnya, memecahkan giginya, membuat berdarah wajahnya, menjatuhkannya kedapalam lubang di guha Uhud, mencaci makinya, menyihirnya, meracuninya, dan memberikan keburukan-keburukan lain yang sangat menyakitinya.

Selain itu orang-orang musyrik juga menyakiti para keluarganya dan para sahabatnya. Semua itu Rasulallah SAW terima dengan sabar.  Sampai Allah memenangkan agama dan menyenangkannya dengan keberhasilan tugasnya hingga beliau wafat.

***

Sayyidina Nuh AS bersabar dalam menghadapi gangguan kaumnya dan tinggal diantara mereka selama 950. Mereka memuluknya sampai pingsan. Sayyidina ibrahim AS bersabar dalam menghadapi raja Namrud dan ketika disuruh menyembelih putranya yaitu Sayyidina Ismail AS. Sayyidina Yaqub AS bersabar atas kehilangan anaknya  yaitu Yusuf AS, sehingga kedua matanya memutih karena sedih.

Sayyidina Yusuf AS bersabar ketika dimasukan kesumur dan penjara serta mengalami berbagi ujian lainnya. Sayyidina Musa AS bersabar dalam menghadapi Bani israel, Fir’aun dan Qarin. Sayyidina Isa AS bersabar dalam memghadapi gangguan Yahudi.

***

Nabi Ayub AS adalah seorang nabi yang diberi keburuntungan dunia yang melimpah oleh Allah SWT. diantara keberuntungannya yaitu kemewahan, satwa-satwa dan kebun-kebun. beliau juga diberi beberapa anak laki-laki dan perempuan. Meskipun begitu, semua keberuntungan itu tidak menyibukkan beliau untuk meninggalkan ibadah kepada Tuhannya dan mendirikan kewajibannya. Beliau suka menyayangi orang-orang miskin, memuliakan tamu-tamu, menanggung anak-anak yatim dan janda-janda.

Selain memberikan  keberuntungan, Allah SWT juga memberinya ujian yang sangat pedih pada dirinya, keluarganya dan juga hartanya. Ujian ini Allah SWT berikan supaya menjadi pelajaran bagi dirinya, dan bagi yang lainnya. Bahwa kehidupan dunia merupakan ladang amal untuk kehidupan akhirat. Untuk itu, wajib bagi setiap manusia untuk bersabar atas segala sesuatu yang buruk maupun yang baik.

Diantara ujian yang Allah berikan kepada nabi Ayub AS yaitu memberinya penyakit selama delapan belas tahun, merobohkan rumahnya sehingga semua anak-anaknya meninggal, dan menghancurkan harta-hartanya. Pada saat itu setan memberikan bisikan kepadanya, namun Allah SWT melindunginya sehingga belia selamat dari keburukan dan fitnah setan tersebut. Semua ujian tersebut beliau terima dengan sabar dan pasrah sebagai mana beliau menerima nikmat Allah dengan memuji-Nya dan mensyukurinya. Oleh karena itu didalam Al-Quran Allah SWT memujinya dengan firman-Nya yang berbunyi:

إِنَّا وَجَدْنَٰهُ صَابِرًا ۚ نِّعْمَ ٱلْعَبْدُ ۖ إِنَّهُۥٓ أَوَّابٌ

Artinya: Sesungguhnya Kami dapati dia seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat kepada Allah.

Selain itu nabi Ayub AS juga adalah orang yang suka memohon dengan rendah hati dan berlindung kepada Allah SWT dalam menghadapi cobaannya. Sebagai mana firman Allah yang berbunyi:

وَأَيُّوبَ إِذْ نَادَى رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ . فَاسْتَجَبْنَا لَهُ فَكَشَفْنَا مَا بِهِ مِنْ ضُرٍّ وَآتَيْنَاهُ أَهْلَهُ وَمِثْلَهُمْ مَعَهُمْ رَحْمَةً مِنْ عِنْدِنَا وَذِكْرَى لِلْعَابِدِينَ .

Artinya: (Ingatlah kisah) Ayyub, ketika dia berdoa kepada Rabbnya, “(Wahai Rabbku), sungguh aku telah ditimpa penyakit parah, padahal Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang. Maka Kami kabulkan (doa)nya, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya padanya, dan (Kami lipat gandakan jumlah mereka), sebagai suatu rahmat dari Kami dan untuk menjadi pelajaran bagi orang-orang yang taat.

Setelah itu, Allah SWT memberikan karunia kepadanya dengan mengembalikam masa mudanya dan kesehatannya. Selain itu Allah SWT juga melipat gandakan anak-anaknya dan harta-hartanya, sehingga beliau menjadi lebih baik daripada sebelumnya.

***

Dalam suatu hadis yang di riwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim, disebutkan bahwa pada jaman dahulu ada tiga orang laki-laki diuji oleh Allah SWT. Yang pertama diuji dengan rasa cinta kepada anak-anaknya, dia bersabar untuk tetap mengutamakan orang tuanya sehingga dia bisa selamat dari berbuat buruk atau menyakiti orang tuanya.

Kedua diuji dengan rasa cinta kepada putri pamannya, dia bersabar sehingga dia selamat dari menjinahinya. Ketiga diuji dengan rasa cinta kepada harta, dia bersabar sehingga dia tetap memberikan hartanya kepada orang yang berhak, dan dia bisa menjalankan amanah sehingga dia selamat dari berbuat hianat.

Bunyi kisah dari hadis tersebut adalah sebagai berikut: Dulu sebelum ada kalian, terdapat tiga orang yang berjalan hingga akhirnya mereka mendapatkan sebuah gua yang dapat mereka manfaatkan untuk menginap. Kemudian mereka mamasuki gua tersebut. Namun tiba-tiba ada sebuah batu besar yang menggelinding dari atas bukit dan menutupi pintu gua sehingga mereka terjebak. Lalu mereka berkata “Sesungguhnya tidak ada yang dapat menyelamatkan dari batu besar ini kecuali kalian berdoa kepada Allah SWT dengan berbagai amal shaleh kalian.”

Lalu salah seorang di antara mereka berdoa “Ya Allah, sesungguhnya aku mempunyai orang tua yang sudah lanjut usia. Aku terbiasa untuk tidak memberi minum susu kepada keluarga dan sahayaku sebelum aku menyuguhkanyan kepada beliau berdua. Pada suatu hari, aku terlambat pulang dari mencari kayu, dan ketika aku kembali menemuinya, beliau berdua telah tidur. Lalu aku memerah susu untuk beliau berdua, dan aku mendapatkan beliau berdua masih terlelap tidur. Aku enggan membangunkan beliau berdua, dan aku enggan memberikannya kepada keluarga atau sahayaku sebelum aku memberikannya kepada beliau berdua. Dengan mangkuk yang masih berada di tanganku, aku masih terus menunggu beliau berdua terbangun hingga terbit fajar. Adapun anak-anak dan hamba sahayaku, mereka merengek di kedua kakiku. Setelah beliau berdua bangun, aku meminumkan susu kepada beliau berdua. Ya Allah, jika aku melakukan hal tersebut karena mengharap ridha-Mu, maka berikanlah jalan keluar kepada kami dari batu besar yang menutupi ini.”

Maka batu itu pun bergeser sedikit. Namun mereka belum bisa keluar dari gua. Kemudian yang lain berdoa “Ya Allah, sesungguhnya pamanku mempunyai seorang anak perempuan yang sangat hamba cintai (Dalam sebuah riwayat disebutkan, ‘aku mencintainya seperti lazimnya laki-laki mencintai wanita.’). Aku bermaksud mencampurinya, tapi dia selalu menolaknya. Setelah beberapa tahun berlalu, dia mendapat kesulitan sehingga memaksanya datang kepadaku. Aku memberinya seratus dua puluh dinar, dan setelah itu dia akan membiarkan diriku untuk berbuat apa saja terhadapnya. Maka aku pun melakukan apa yang menjadi kehendakku, ketika aku hendak mencampurinya (dalam riwayat lain disebutkan, ‘Ketika aku duduk di antara kedua kakinya’), dia berkata, ‘Bertakwalah kepada Allah, janganlah engkau memecah cincin kecuali dengan haq.’ Maka aku pun berpaling darinya, padahal dia adalah orang yang paling aku cintai. Aku pun meninggalkan emas yang telah aku berikan kepadanya. Ya Allah, jika aku melakukan hal itu karena mengharap ridha-Mu, maka berikanlah jalan keluar bagi kami dari keadaan yang kami alami ini.” Maka batu besar itu pun bergeser namun mereka tetap belum dapat keluar dari tempat itu.

Kemudian orang ketiga berdoa “Ya Allah, aku pernah mempekerjakan beberapa orang, dan aku telah memberikan upah masing-masing kecuali satu orang saja yang tersisa. Dia meninggalkan bagiannya, kemudian pergi. Lalu aku mengembangkan upahnya hingga dari upah itu berkembang menjadi harta benda yang banyak. Setelah beberapa waktu, dia mendatangiku seraya berkata, ‘Hai hamba Allah, berikanlah upahku.’ Aku berkata ‘Semua yang engkau saksikan ini adalah upahmu, baik berupa unta, sapi, kambing maupun budak-budak.’ Lalu dia berkata, ‘Hai hamba Allah, janganlah engkau memperolok-olokku.’ Aku berkata ‘Aku sama sekali tidak memperolok-olokmu,’ Kemudian dia mengambil dan membawa semuanya tanpa menyisakan sedikit pun. Ya Allah, jika aku melakukan hal tersebut karena mengharap ridha-Mu, maka berikanlah jalan keluar kepada kami dari tempat ini.” Maka batu besar itu pun akhirnya bergeser. Sehingga mereka semua dapat keluar dengan berjalan kaki.

 

Syukur dan baik kepada orang tua

 

Dari Sayidah Aisyah RA dia pernah berkata "Rasulallah SAW melaksanakan solat malam sehingga telapak  kakinya pecah-pecah. kemudian aku berkata kepadanya "mengapa engkau melaksanakan ini wahai Rasulallah, sedangkan Allah sungguh telah mengampunimu atas dosa yang telah lalu dan yang akan datang?"

Rasulallah SAW menjawab "adakah aku tidak senang untuk menjadi hamba yang bersyukur".

***

Al-Fakih Abu Ishak Muhammad bin Qosim bin Sya'ban Rahimahullah adalah orang yang berkebangsaan Qurtubi. Dia tidak keluar dari rumahnya kecuali dia memegang kaki ibunya, dan meletakan kaki ibunya tersebut diatas pipinya. Kemudian dia berkata "Wahai Allah sesungguhnya dalam kitab-Mu engkau telah berkata:


وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ

Artinya: Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua (orang tua) dengan penuh kesayangan.
Dan sesungguhnya aku telah merendahkan diriku terhadap mereka berdua (orang tua). maka ampunilah aku wahai tuhan yang maha pengasih lebih dari segala yang mengasihi. 

Dihikayatkan seorang laki-laki telah berumur tua sehingga dia menjadi seperti anak kecil kembali. Oleh karena itu maka anaknyalah yang menanggungnya, mengurusinya dan memberinya makan. Namun pada suatu hari, anaknya berkata kepada ayahnya "Wahai ayahku, sungguh aku telah membalasmu. Aku telah mengurusmu sebagaimana engkau telah mengurusku. Maka sungguh aku telah setara membalasmu."

Ayahnya menjawab "Tidak !" Anaknya berkata "Mengapa demikian?" Ayahnya berkata "Sesungguhnya aku telah mengurusmu sambil mengharapkan kehidupanmu dan menunggu masa mudamu. Sedangkan hari ini kamu mengharapkan kematianku.”

***

Dalam kitab sejarah Ibnu Khalkan, diriwayatkan bahwa pada jaman dahulu ada seorang laki-laki  mewah sedang memakan hidangan yang didepannya terdapat seekor ayam bakar. Kemudian datanglah seorang pengemis yang meminta-minta kepadanya, dan dia menolak pengemis tersebut sehingga membuatnya merasa kecewa. Lau pada suatu saat, laki-laki tersebut bercerai dengan istrinya, dan dia juga kehilangan hartanya.

Setelah itu istrinya tersebut menikah lagi dengan seorang pengemis yang dulu meminta-minta kepada suami pertamanya. Kemudian pada saat suami keduanya sedang memakan hidangan yang didepannya terdapat ayam bakar, datanglah seorang pengemis yang meminta-minta kepadanya. Lalu suami keduanya tersebut berkata kepada istrinya “Ambillah ayam bakar ini untuknya”

Maka istrinya membawa ayam bakar tersebut untuk diberikan kepada pengemis. Ketika istrinya melihat kepada si pengemis, ternyata pengemis tersebut adalah suami pertamanya. Kemudian istrinya melapor kepada suami keduanya.

Setelah itu suami keduanya berkata “Demi Allah. Aku dahulu adalah orang miskin yang telah dikecewakan oleh seorang laki-laki yang mewah. Sekarang Allah memindahkan kenikmtannya dan keluarganya karena dia kurang bersyukur.”

***

Dikisahkan seorang laki-laki menampakan kesedihan yang sangat dan mengeluh mengenai kemiskinannya kepada seorang yang arif bijaksana. Kemudian orang bijaksana tersebut bertanya “Apakah kamu senang apabila dirimu buta dengan imbalan 10.000 dirham?”

Laki-laki tersebut menjawab “Tidak”

orang bijaksana bertanya  lagi “Apakah kamu senang apabila dirimu bisu dengan imbalan 10.000 dirham?”

Laki-laki tersebut menjawab “Tidak”

orang bijaksana bertanya  lagi “Apakah kamu senang apabila kedua tanganmu dan kedua kakimu buntung dengan imbalan 10.000 dirham?”

Laki-laki tersebut menjawab “Tidak”

orang bijaksana bertanya  lagi “Apakah kamu senang apabila dirimu gila dengan imbalan 10.000 dirham?”

Laki-laki tersebut menjawab “Tidak”

Kemudian orang bijaksana berkata “Tidakkah kamu merasa malu apabila kamu mengeluh pada tuhanmu, sedangkan Dia mempunyai harta padamu sebanyak 50.000 dirham?”

***

Pada suatu saat, Ibnu Samâk menemui seorang khalifah, saat itu dia memegang sebuah cangkir besar yang berisi air untuk diminumnya. Kemudian khalifah berkata kepada Ibnu samâk “Berilah aku nasihat!”

Ibnu Samâk berkata “Apabila kamu dalam keadaan sangat haus, kemudian tidak ada yang memberikanmu minuman ini, kecuali kamu harus menggantinya dengan memberikan semua hartamu, apakah kamu akan memberikan semua hartamu?”

Khalifah menjawab “Tentu”

Ibnu Samâk berkata lagi “Apabila yang harus diberikakannya adalah semua kerajaanmu, apakah kamu akan memberikannya?”.

Khalifah menjawab “Tentu”

Kemudian Ibnu Samâk memberikan nasihat kepada Khalifah dengan berkata “Janganlah kamu merasa senang dengan kerajaanmu yang tidak sebanding dengan air minum!” Dari kisah tersebut kita belajar bahwa nikmat yang dianggap sedikit harus tetap disyukuri.

 

Hilim (Menahan Diri Ketika Marah)

 

Rasulallah SAW pernah berkata “Raihlah oleh kalian kemuliaan disisi Allah” Para shabat bertanya “Apa itu wahai Rasulallah?”

Rasulallah SAW menjawab “Bersilaturrahmilah kamu kepada orang yang memutuskan silaturrahmi kepadamu, memberilah kamu kepada orang yang tidak meu memberimu, dan menahan dirilah kamu  kepada orang yang mengganggumu.”

***

Dalam suatu hadis dikisahkan bahwa seorang suku Badui Arab pernah kencing di dalam masjid. Kemudian orang-orang menghamprinya untuk memukulnya. Lalu Rasulullah SAW berkata kepada mereka “Biarkanlah dia, dan siramkanlah di atas air kencingnya satu ember air atau satu timba air. Sesungguhnya kalian diutus untuk menjadi orang yang mempermudah, dan tidak diutus untuk menjadi orang yang mempersulit.”

***

Rasul SAW adalah oarng yang suka menahan marah. Diantara kejadian yang menunjukan bahwa Beliau suka menahan marah yaitu Beliau telah memaafkan Du’tsur yang ingin membunuhnya, dan memaafkan orang badui yang menarik serbannya sehingga membuat pundaknya membekas dan sakit.

Kemudian Ketika para sahabat bermaksud untuk memukul seseorang yang datang menagih hutang dengan suara keras, beliau malah memaafkannya dan berkata ”Biarkanlah dia, karena sesungguhnya pemilik hak boleh berbicara.”

Lalu Beliau juga telah memafkan penduduk mekah yang sangat mengganggunya selama 13 tahun, sehingga mereka mengeluarkan dari negrinya Makkah

***

Dihikayatkan bahwa seorang laki-laki pernah berkata kepada Dirâr bin Qo’qâ’ “Demi Allah, jika kamu berkata kepadaku satu kali saja maka kamu akan mendengar sepuluh kali”

Dirâr bin Qo’qâ’ menjawab “Demi Allah, jika kamu berkata kepadaku sepuluh kali maka kamu tidak akan mendengar satu kali pun”

***

Diriwayatkan dari Sayyidina Husen bin Ali RA bahwa seorang laki-laki memakinya. Maka dia melemparkan baju yang dipakainya dan memberi dia uang sebanyak  1000 dirham.

***

Dikisahkan seorang laki-laki pernah bertanya kepada Rasulallah SAW “Hal apa yang paling berat?”

Rasulallah SAW menjawab “Kemarahan Allah SWT.”

Laki-laki tersebut bertanya lagi “Apa  yang dapat menjauhkanku dari kemarahan Allah SWT.”

Rasulallah SAW menjawab “Janganlah kamu marah.”

***

Diriwayatkan dari Nabi SAW bahwa beliau pernah berkata: Pada hari kiamat seorang malaikat akan menyeru “Barang siapa yang mempunyai pahala yang menjadi tanggungan Allah Azza Wajalla, maka berdirilah!”

Kemudian pada saat itu berdirilah orang-orang  yang telah memaafkan orang lain. Lalu dia membacakan ayat yang berbunyi:

فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللهِ

Artinya: Barang siapa memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat jahat) maka pahalanya dari Allah.

***

Diriwayatkan bahwa Nabi SAW pernah mengutus seorang pelayan dalam suatu keperluan. Ternyata pelayan tersebut lambat. Kemudian ketika dia  datang, beliau berkata “Kalau bukan karena takut Qishash (yaitu pembalasan hukuman diakhirat), tentu aku telah menyakitimu.”

 

Diriwayatkan pada suatu hari Rasulallah SAW sedang bersama dengan seorang laki-laki yang memakai selendang. Kemudian ketika ada angin, selendangnya terlepas dari laki-laki tersebut. Lalu laki-laki tersebut melaknat angin yang telah melepaskan selendangnya. Kemudian Rasulallah SAW berkata “Janganlah kamu melaknat angin! Karena dia diperintahkan dan tunduk. Sesungguhnya orang yang melaknat sesuatu yang tidak patut dilaknat, maka kembalilah laknat itu menimpa dirinya.”

***

Dalam suatu hadis dikisahkan bahwa Rasulallah SAW pernah ditanya “Jihad apakah yang paling utama?”

Beliau menjawab “Perkataan yang hak dihadapan raja yang zalim.”

Kisah tersebut merupakan bagian dari penjelasan marah yang dibolehkan dengan alasan karena Allah SWT, seperti marah kepada pemimpin yang zalim

***

Dikisahkan bahwa Hathith Az-Zayyat dibawa menghadap kepada Al-Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqafi. Ketika dia menghadap kepada Hajjaj, Hajjaj berkata “Kamu yang bernama Hathith?”

Hathith menjawab “Ya, tanyakanlah apa yang kamu suka. Karena ketika aku berdiri di hadapan Maqam Ibrahim aku berjanji tiga perkara kepada Allah SWT. Pertama, jika aku ditanya, aku akan menjawab dengan benar. Kedua, jika aku mengalami cobaan, aku akan bersabar. Ketiga jika diberi keselamatan, aku akan bersyukur.”

Hajjaj berkata “Apa pendapatmu mengenai diriku?” Hathith menjawab “Aku katakan, sesungguhnya kamu termasuk musuh Allah dimuka bumi. Kamu melanggar larangan Allah dan membunuh dengan sangkaan.”

Hajjaj berkata “Apa pendapatmu tentang Amirul mukminin Abdul Malik bin Marwan?”

Hathith menjawab “Dia lebih besar dosanya daripada kamu. Sesungguhnya kamu adalah salah satu dosa-dosanya.”

Hajjaj berkata “Siksalah dia”

Maka dia disiksa dengan dibelahkan kayu, kemudian ditusukanlah ketubuhnya, lalu dia diikat dengan tali dan dibentangkan diaatas kayu-kayu hingga dagingnya bercerai berai. Pada saat disiksa mereka tidak mendengar dia mengucapkan sesuatu.

Ketika hajjaj diberitatakan bahwa Hathith dalam keadaan menjelang ajal (sekarat). Maka hajjaj berkata ”Keluarkanlah dia dan lemparkanlah ke pasar.”

Ja’far berkata “Ketika aku bersama temanku mendatangi Hathith. Kami berkata kepada “Hathith, apakah kamu punya keperluan?”

Hathith menjawab “Seteguk air”

Kemudian mereka membawa segelas air, lalu Hathith pun meninggal dunia. Waktu itu Hathith berusia 18 tahun, semoga Allah merahmatinya.

***

Dikisahkan bahwa seorang ulama yang bijaksana telah didatangi oleh seorang temannya. Kemudian ulama tersebut mengasongkan makanan kepada temannya. Namun pada saat itu istri ulama tersebut keluar dan mengangkatkan hidangan sambil memaki-maki suaminya. Ternyata istrinya tersebut mempunyai ahlak yang buruk.

Setelah itu, temannya keluar dengan keadaan marah. Kemudian ulama tersebut mengikutinya temannya dan berkata “Apakah kamu ingat, pada suatu hari ketika kita makan dirumahmu, ternyata terdapat seekor ayam yang jatuh keatas hidangan dan menghancurkan hidangan tersebut. Maka salah satu dari kita tidak ada yang marah?”

Temannya menjawab “Tentu”

Orang yang bijaksana berkata lagi “Anggaplah ini seperti kejadian yang terjadi oleh ayam itu”

Setelah itu maka kemarahan dari temannya tersebut menjadi hilang.

Kemudian temannya berkata “Telah benar orang yang bijaksana. Sifat hilim (menahan marah) adalah obat dari segala rasa sakit”

***

Dikisahkan seorang yang bijaksana telah dipukul oleh seorang laki-laki sehingga kakinya menjadi sakit. Akan tetapi orang yang bijaksana tersebut tidak marah. Kemudian orang-orang bertanya tentang kejadian tersebut. Maka orang bijaksana tersebut berkata “Aku menganggapnya seperti batu yang membuat aku tersandung, maka aku sembelih kemarahanku.”

***

Dikisahkan seorang laki-laki memaki kepada Ibnu Abbas RA. Kemudian setelah laki-laki tersebut selsai, Ibnu Abbas RA berkata “Wahai Ikrimah, apakah laki-laki tersebut mempunyai keperluan, agar kita penuhi?”

Lalu laki-laki yang tersebut menundukan kepalanya dan merasa malu.

***

Dihikiyatkan seorang ahli ibadah mempunyai seekor domba. Ketika dia melihat kaki domba tersebut ternyata kakinya tinggal tiga (salah satu kakinya telah patah). Kemudian dia berkata “Siapa yang membuatnya begini?”

Lalu seorang abid milik ahli ibadah tersebut berkata “Saya”

Ahli ibadah berkata lagi “Kenapa kamu melakukannya?”

Abidnya berkata “Supaya aku bisa membuatmu sedih!”

Ahli ibadah berkata “Tidak. Akan tetapi sungguh aku telah membuat sangat sedih orang yang memerintahkanmu. Oleh karena itu pergilah kamu! Karena kamu telah merdeka.”

 

Dermawan

Dalam suatu hadis Rasulallah SAW berkata “Pada malam isra mi’raj, Aku melihat pintu surga yang diatasnya tertulis bahwa pahala sedekah adalah sepuluh kali lipat, dan pahala meminjamkan adalah delapan puluh kali lipat. Kemudian aku bertanya kepada malaikat Jibril “Wahai Jibril, apa alasannya meminjamkan lebih utama daripada sedekah?”

Malaikat Jibril menjawab “Karena, sesungguhnya orang yang meminta terkadang meminta pada saat dia masih berkecukupan, sedangkan orang yang meminta pinjaman tidak meminta pinjaman kecuali karena dia butuh.”

***

Rasulallah SAW adalah orang yang sangat mulia dan sangat dermawan. Beliau suka mengadakan segala sesuatu yang diminta untuk diadakan, dan beliau suka memberikan sesuatu, yang mana golongan raja seperti raja persia dan kaisar pun tidak mampu untuk melakunnya. Ketika diminta sesuatu, beliau tidak suka berkata “Tidak.”

Dikisahkan pada suatu hari seorang perempuan datang kepada Rasulallah SAW. Dia  memberikan sebuah selimut hasil tenunannya untuk dipakai oleh Rasulallah SAW. Kemudian beliau menerimanya dan memakainya, karena beliau pun sedang membutuhkannya.

Lalu seorang laki-laki dari golongan sahabat berkata kepada Rasulallah SAW “Betapa bagusnya selimut tersebut, bolehkah Kamu memakaikannya untukku?”

Rasulallah SAW menjawab “Baiklah”

Setelah beliau duduk dalam suatu majlis, beliau pulang dan melipat kembali selimut tersebut. kemudian beliau mengirimkan selimut tersebut kepada laki-laki yang telah memintanya.

Kemudian suatu kaum berkata kepada laki-laki tersebut “Bagus sekali kamu, selimut yang kamu minta telah dipakai oleh Rasulallah SAW, dan beliau juga membutuhknnya. Namun kamu malah memintanya, dan kamu tahu bahwa Rasulallah SAW tidak akan menolak orang yang meminta kepadanya.”

Laki-laki tersebut menjawab “Demi Allah. Aku tidak memintanya untuk aku pakai, sungguh aku memintanya untuk aku jadikan sebagai kain kafan untukku.” Maka selimut itu pun menjadi kain kafannya.

***

Dikisahkan bahwa Nabi SAW pernah dibawakan uang sebanyak 90.000 dirham. Kemudian beliau meletakannya diatas sehelai tikar. Lalu beliau berdiri dan membagikannya. sehingga, tidaklah beliau menolak seorang  yang memintanya sampai beliau selsai membagikannya.

***

Dikisahkan seorang laki-laki datang meminta sesuatu kepada Nabi SAW. Kemudian beliau berkata “Aku tidak punya apa-apa, tetapi belilah atas namaku. Jika aku punya uang, aku yang akan membayarnya.”

***

Dikisahkan pula beberapa kedermawanan Nabi SAW dan para pengikutnya yaitu: Beliau pernah mengembalikan tawanannya dari bani Hawazin yang berjumlah 6.000 orang.

Beliau juga lebih mengutamakan orang lain daripada diri dan anak-anaknya. Terkadang selama sebulan atau dua bulan didalam rumahnya tidak dinyalakan api. Beliau dan keluarganya cukup makan kurma dan air. Sering kali juga beliau tidur dalam keadaan lapar dan bangun pagi dalam keadaan puasa. Beliau juga pernah mengikatkan batu di perutnya karena beliau merasa lapar.

Ketika beliau diberikan harta, beliau tidak menyimpan sedikitpun untuk dirinya, bahkan ketika beliau wafat, baju besinya pun masih tergadai kepada orang Yahudi dengan imbalan 30 sha’ biji gandum. Padahal beliau adalah orang yang telah menguasai jazirah Arab.

Sayyidina Abu Bakar RA menafkahkan seluruh hartanya dalam perang tabuk. Sayyidina Umar RA membelanjakan setengah hartanya, Sayyidina Utsman dan Sayyidina Abdurrahman bin Auf juga menafkahkan harta yang banyak. 

***

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA bahwa ketika Hasan dan Husen RA (cucu Rasulallah SAW) sakit, Rasulallah SAW menjenguknya bersama beberapa orang. Lalu beliau berkata “Wahai Aba al-Hasan (Sayyidina Ali bin Abi Thalib), bagaimana kalau kamu bernazar untuk anakmu?”

Setelah itu maka Sayyidina Ali, Sayyidatuna Fatimah, dan seorang sahaya perempuan bernama Fidhdhah bernazar,  jika Hasan dan Huses RA sembuh, maka mereka akan berpuasa tiga hari.

Lalu ketika Hasan dan Huses RA sembuh. mereka tidak memiliki apa-apa, maka Sayyidina Ali berhutang sebanyak tiga sha’gandum kepada seorang yahudi yang bernama Syam’un Al-Khaibari. Kemudian Sayyidatuna Fatimah RA menggiling satu sha’ untuk dibuat roti sebanyak lima potong sesuai jumlah mereka. Ketika  mereka meletakannya untuk berbuka puasa, datanglah seorang pengemis sambil berkata “Assalamu’alaikum wahai keluarga Muhammad, aku seorang muslim yang miskin, berilah aku makanan, semoga Allah memberi kalian makanan dari hidangan surga.”

Maka mereka pun memberikan makanannya. Lalu mereka hanya minum air dan tidur tanpa makan sesuatu. Pada pagi harinya mereka berpuasa lagi, dan pada waktu sore harinya, ketika mereka menyiapkan makanan, datanglah anak yatim. Maka mereka pun memberikan lagi makanannya. Pada hari ketiga datanglah seorang tawanan, maka mereka memberikan lagi makanannya.

Kemudian pada pagi harinya Sayyidina Ali RA datang kepada Rasulallah SAW sambil memegang tangan Hasan dan Husen RA. Ketika Rasulallah SAW melihat mereka yang gemetar seperti anak burung, beliau berkata “Sebagaimana yang aku lihat, betapa menyedihkan keadaanmu.”

Lalu beliau berdiri dan pergi bersama mereka. Rasulallah SAW juga melihat Sayyidina Fatimah sedang berada di mihrabnya, tubuhnya tampak kurus  dan kedua matanya tampak cekung. Oleh karena itu maka beliau merasa sedih melihat hal tersebut.

Setelah itu turunlah Jibril kepada Rasulallah SAW, dia berkata “Ambillah dia wahai Muhammad, Allah telah memberimu selamat atas keluargamu.”

Lalu Jibril membacakan surat Al-Insan sampai ayat yang terakhir. Diantara bunyi ayatnya yaitu:


إنَّ الْأَبْرَارَ يَشْرَبُونَ مِنْ كَأْسٍ كَانَ مِزَاجُهَا كَافُورًا. عَيْنًا يَشْرَبُ بِهَا عِبَادُ الَّهِ يُفَجِّرُونَهَا تَفْجِيرً. يُوفُونَ بِالنَّذْرِ وَيَخَافُونَ يَوْمًا كَانَ شَرُّهُ مُسْتَطِيرًا. وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَىٰ حُبِّهِ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا. إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ الَّهِ لَا نُرِيدُ مِنْكُمْ جَزَاءً وَلَا شُكُورًا. إِنَّا نَخَافُ مِنْ رَبِّنَا يَوْمًا عَبُوسًا قَمْطَرِيرًا

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang berbuat kebajikan minum dari gelas (berisi minuman) yang campurannya adalah air kafur. (yaitu) mata air (dalam surga) yang daripadanya hamba-hamba Allah minum, yang mereka dapat mengalirkannya dengan sebaik-baiknya. Mereka menunaikan nazar dan takut akan suatu hari yang azabnya merata di mana-mana. Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya Kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih. Sesungguhnya Kami takut akan (azab) Tuhan kami pada suatu hari yang (di hari itu) orang-orang bermuka masam penuh kesulitan.

***

Diriwayatkan bahwa Sayyidah Fatimah RA pernah memberi hadiah kepada Rasulallah SAW berupa dua potong roti manis dan beberapa potong daging. Kemudian Rasulallah SAW mengambilnya dan mengirimkan kembali makananan tersebut kepada Sayyidah Fatimah RA dengan memakai penutup.

Lalu Rasulallah berkata "Kemarilah wahai putriku"

Kemudian Sayyidah Fatimah RA membukanya dan ternyata isinya penuh dengan roti dan daging. Rasulallah SAW berkata lagi "Dari mana kamu mendapat ini?"

Sayyidah Fatimah RA menjawab "Ini dari sisi Allah SWT, sesungguhnya Allah SWT memberikan rizki kepada orang yang Dia kehendaki tanpa perhitungan.”

Rasulallah SAW berkata "Segala puji milik Allah yang telah menjadikanmu seperti pemimpin para perempuan bani Israel (Siti Maryam binti Imran).”

Setelah itu Rasulallah SAW mengajak Ali, Hasan, Husen dan keluargannya untuk berkumpul dan memakan makanan tersebut sampai mereka kenyang. Kerena makanannya masih tersisa kemudian Sayyidah Fatimah RA membagikannya kepada para tetangganya.

 

Rendah Hati

 

Rasulallah SAW pernah berkata “Sesungguhnya orang yang paling aku cintai dan paling dekat diantara kalian terhadapku diakhirat adalah orang-orang yang terbaik ahlaknya. Dan sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh diantara kalian terhadapku adalah orang-orang yang banyak bicara tanpa guna dan suka membual serta Al-Mutafaiqihûn.

Kemudian para sahabat berkata “Wahai Rasulallah, kami telah tahu orang-orang yang banyak bicara tanpa guna dan suka membual, lalu apa itu Al-Mutafaiqihûn?”

Rasulallah SAW menjawab “Orang-orang yang sombong.” Kemudian beliau berkata lagi “Orang-orang yang sombong akan dibangkitkan pada hari kiamat dalam bentuk seperti semut-semut kecil yang diinjak oleh orang-orang. Kemudian di neraka jahanam mereka digiring ke penjara bernama ‘Bûlas’ yang dipenuhi api, dan mereka diberi minum ‘Thinatul khabâl’, yaitu keringat penghuni neraka,”

***

Dikisahkan ada seorang laki-laki makan dengan menggunakan tangan kiri disamping Rasulallah SAW. kemudian Rasulallah SAW berkata "Makanlah dengan tangan kananmu!"

Laki-laki tersebut menjawab "Aku tidak bisa"

Rasulallah SAW berkata lagi "Semoga kamu tidak bisa, tidak ada yang mencegahnya makan dengan tangan kanan kecuali karena dia sombong.”

Setelah itu tangan kanannya menjadi tidak bisa diangkat kemulutnya, lalu dia pun makan dengan tangan kirinya.

***

Dikisahkan pada suatu hari Sayyidina Ali RA pernah memberikan beberapa uang dirham kepada abidnya untuk membeli dua buah baju yang tidak sama harganya. Kemudian ketika abidnya tersebut memberikan dua buah baju yang telah dibelinya, Sayyidina Ali RA langsung memberikan baju yang lebih lembut dan lebih mahal harganya kepada abidnya tersebut, sedangkan Sayyidina Ali RA sendiri malah mengambil baju yang lebih jelek dan lebih murah. 

Setelah itu Sayyidina Ali RA berkata kepada abidnya "Kamu lebih berhak untuk mendapatkan baju yang lebih baik, karena kamu adalah seorang pemuda yang cenderung masih suka untuk bergaya. Sedangkan aku itu sudah tua, dan cukup bagiku baju ini."

***

Dikisahkan Sayyidina Umar bin Khatab RA pernah dimintai  pergi ke negara Syam  untuk melaksanakan penanda tanganan perdamaian disalah satu wilayah, sebagai mana yang diisyaratkan oleh penduduknya. Lalu ketika diperjalanan dia dan abidnya bergantian untuk menaiki kendaraan. 

Pada saat mereka telah dekat dari kota, abidnya tersebut kebagian menaiki kendaraan, sedangkan Sayidina Umar bin Khatab RA kebagian berjalan kaki. Ketika mereka tiba dipangkalan pasukannya, maka Sayidina Umar bin Khatab RA pun berjalan kaki, dan abidnya menaiki kendaraan.

***

Dikisahkan bahwa Sayyidina Husen bin Ali RA pernah melewat kepada orang-orang miskin yang sedang memakan potongan roti diaatas selembar kain. Kemudian mereka berkata “Wahai Abu Abdillah, marilah makan siang.”

Lalu Sayyidina Husen bin Ali RA mendatanginya, dan dia mengucapkan ayat yang berbunyi:

إِنَّهُۥ لَا يُحِبُّ ٱلْمُسْتَكْبِرِينَ

Artinya: Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong.

Kemudian dia pun ikut makan bersama mereka. Setelah itu Sayyidina Husen bin Ali RA berkata kepada mereka “Sungguh akau telah memenuhi undangan kalian, maka penuhilah undangan dariku!”

Kemudian mereka pun pergi mengikuti Sayyidina Husen bin Ali RA. ketika mereka sampai dirumah, Sayyidina Husen bin Ali RA berkata kepada pembantu perempuannya “Keluarkanlah olehmu makanan yang kamu simpan,”

***

Diriwayatkan bahwa seorang tamu pernah datang kepada Sayyidina Umar bin Abdul Aziz. Pada saat itu lampu rumahnya seperti akan  padam dan dia sedang keadaan menulis. Kemudian tamu tersebut berkata “Aku akan memperbaiki lampunya”

Lalu Sayyidina Umar bin Abdul Aziz bekata ”Tidaklah termasuk orang yang mulia, apabila dia memperkerjaan tamunya.”

Tamu tersebut berkata lagi “Apakah aku perlu untuk mengingatkan pembantu?”

Sayyidina Umar bin Abdul Aziz menjawab “Dia telah tidur lebih awal”

Setelah itu Sayyidina Umar bin Abdul Aziz bangun dan mengambil minyak zaitun untuk memenuhi lampunya. Kemudian tamunya berkata ”Kamu telah melakukannya sendri wahai Amirul mukminin (pemimpin orang-orang mukmin)!”

Sayyidina Umar bin Abdul Aziz berkata “Saya pergi sebagi Umar, dan saya kembali sebagai Umar. Tidak ada yang berkurang dariku, sebaik-baiknya manusia dihadapan Allah SWT adalah orang bertawadhu.”

***

Dihikayatkan bahwa Muthorrif Bin Abdillah Bin Syikhîr rahimahullah pernah melihat kepada Al-Muhallab Bin Abu Shufroh menggunakan pakaiaan yang menyeret dan berjalan dengan sombong.  Oleh karena itu maka Muthorrif Bin Abdillah Bin Syikhîr rahimahullah berkata kepadanya “Wahai Abu Abdillah. Mengapa kamu berjalan dengan cara yang dibenci oleh Allah SWT dan rasul-Nya?”

Al-Muhallab Bin Abu Shufroh berkata “Apakah kamu tidak mengetahuiku?”

Muthorrif Bin Abdillah Bin Syikhîr rahimahullah berkata “Tentu, aku mengetahuimu. Permulaanmu adalah air mani yang menjijikan, dan keberakhiranmu adalalah bangkai yang kotor. Kemudian diantara permulaanmu dan keberakhiranmu tersebut, yaitu isi dari tubuhmu adalah air kencing dan kotoran.”

Setelah itu maka Al-Muhallab Bin Abu Shufroh meninggalkan cara berjalan tersebut.

Diriwayatkan dari Umar bin Syabbah bahwa dia pernah berkata: Ketika aku berada di Mekkah, yaitu diantara Shofa dan Marwah, aku melihat seorang laki-laki yang mengendarai seekor bagal betina (peranakan dari kuda dan keledai), dan diantanya terdapat dua orang budak. Pada saat itu mereka bersikap keras kepada orang-orang.

Setelah itu ketika aku kembali, dan pada saat aku memasuki suatu jembatan, aku bertemu dengan seorang laki-laki yang bertelanjang kaki dan kepalanya terbuka dengan rambut panjang sedang bersedih. Pada saat itu pula aku ingin memperhatikannya dan memikirkannya. Lalu dia berkata “Apa yang kamu perhatikan dariku?”

Aku berkata “Aku melihatmu seperti seorang laki-laki yang aku lihat di Mekah”

Kemudaian aku jelaskan kepadanya tentang sifat laki-laki yang aku lihat di Mekah tersebut.

Setelah itu dia berkata “Aku adalah laki-laki tersebut”

Aku berkata “Apa yang telah Allah SWT lakukan kepadamu?”

Dia berkata “Sesungguhnya aku telah meninggikan diriku ditempat orang-orang yang bertawadhu. Oleh karena itu  Allah SWT merendahkanku sehingga orang-orang menjadi lebih tinggi dariku”.

***

Hajaj Bin Yusuf adalah orang yang dzolim dan termasuk kedalam golongan orang yang paling takabur. Dia merupakan orang yang suka menumpahkan darah dan sering disebutkan dalam kitab-kitab sejarah sebagai orang yang jahat.

Dikisahkan pada suatu  hari dia melihat seekor kumbang merayap keatas tempat solatnya. Ketika dia mengusirnya, kumbang tersebut malah kembali lagi sehingga dia mengusirnya lagi, dan kumbang tersebut pun kembali lagi. Oleh karena itu dia mengambilnya untuk dibuang. Namun kumbang tersebut malah mencapitnya dengan capitan yang keras, sehingga tangannya menjadi bengkak dan membuatnya meninggal. Karena kesombongannya maka Allah SWT mematikan Hajaj Bin Yusuf dengan mahluk-Nya yang dianggap paling lemah.

***

Namrud Bin Kan’an adalah orang yang sangat sombong dan takabur. Sehingga dia berani mengaku sebagai tuhan kepada kaumnya. Dia juga berani menyakiti Nabi Ibrahim AS dengan membakarnya dengan api, namun Allah menyelamatkan Nabi Ibrahim AS. Sebagai mana firman Allah SWT yang berbunyi:

قُلْنَا يَٰنَارُ كُونِى بَرْدًا وَسَلَٰمًا عَلَىٰٓ إِبْرَٰهِيمَ

Artinya berbunyi: Kami (Allah) berfirman, “Wahai api! Jadilah kamu dingin dan penyelamat bagi Ibrahim.”

Karena kesombongannya, maka Allah membinasakan Namrud Bin Kan’an dengan sesuatu yang dianggap rendah, yaitu dengan seekor nyamuk yang masuk kedalam hidungnya.

***

Fir’aun adalah orang yang sangat sombong dan durhaka, sehingga dia pernah berkata kepada kaumnya “Aku adalah tuhan kalian yang maha tinggi”. Dia juga biasa membunuh dan memenjarakan orang banyak. Dan dia pernah menyakiti nabi Musa As. Oleh karena itu maka Allah SWT membinasakannya dengan menengelamkannya kedalam sungai Nil sehingga dia menjadi hina dan rendah. Selain itu Allah SWT  juga menyiksanya dengan siksaan yang dahsyat.

***

Qorun adalah orang yang memiliki sifat takabur. Oleh karena itu maka Allah SWT menenggelamkannya kedalam bumi sampai hari kiamat. Selain Qorun ada juga kaum Nuh, kaum ‘Ad, kaum Tsamud, kaum Luth dan kaum Syu’aib  yang di disiksa dengan bumi oleh Allah SWT karena sifat takaburnya. Sebagian kaum yang lainnya, disiksa dengan ditenggelamkan, diberi angin kencang, dihujani batu serta api dan diberikan gempa yang dahsyat. Ini semua sesuai dengan firman Allah SWT yang berbunyi:

فَكُلًّا أَخَذْنَا بِذَنۢبِهِۦ ۖ فَمِنْهُم مَّنْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِ حَاصِبًا وَمِنْهُم مَّنْ أَخَذَتْهُ ٱلصَّيْحَةُ وَمِنْهُم مَّنْ خَسَفْنَا بِهِ ٱلْأَرْضَ وَمِنْهُم مَّنْ أَغْرَقْنَا ۚ وَمَا كَانَ ٱللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَٰكِن كَانُوٓا۟ أَنفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ

Artinya: Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.

 

Ikhlas

 

Dikisahkan bahwa Rasulallah SAW pernah ditanya tentang orang yang berperang dengan berani, karena harga diri atau riya. “Apakah mereka berada dijalan Allah SWT?” Rasulallah SAW menjawab “Barang siapa yang berperang untuk kalimat Allah yang tinngi, maka dia berada dijalan Allah SWT.”

***

Dalam suatu hadis disebutkan bahwa ada tiga orang yang akan pertama kali ditanya oleh Allah SWT pada hari kiamat. Pertama yaitu orang yang diberi ilmu.  Allah SWT akan bertanya kepadanya “Apa yang telah kamu lakukan dengan ilmumu?”

Dia menjawab “Wahai tuhanku. Aku telah mengamalakannya sepanjang malam dan siang”

Allah SWT berkata “Bohong kamu”

Kemudian Malaikat berkata “Bohong kamu, kamu melakukannya karena kamu bermaksud supaya orang menyebutmu sebagai orang yang berilmu” Ingatlah ini.

Kedua yaitu orang yang diberi harta. Allah SWT akan bertanya kepadanya “Apa yang telah kamu lakukan?”

Dia menjawab “Wahai tuhanku. Aku telah bersedekah dengannya sepanjang malam dan siang”

Allah SWT berkata “Bohong kamu”

Kemudian Malaikat berkata “Bohong kamu, kamu melakukannya karena kamu bermaksud supaya orang menyebutmu sebagai orang yang baik.” Ingatlah ini.

Ketiga yaitu orang yang berperang dijalan Allah SWT. Allah SWT akan bertanya kepadanya “Apa yang telah kamu lakukan?”

Dia menjawab “Wahai tuhanku. Aku telah diperintahkan untuk berjihad, dan aku telah berperang sehingga aku mati”

Allah SWT berkata “Bohong kamu”

Kemudian Malaikat berkata “Bohong kamu, kamu melakukannya karena kamu bermaksud supaya orang menyebutmu sebagai orang yang pemberani” Ingatlah ini.

Mereka semua adalah orang yang akan pertama kali merasakan api neraka jahanam pada hari kiamat.

***

 

Rasulallah SAW pernah ditanya “Bagaimana pendapatmu tentang orang yang beramal baik, kemudian orang-orang memberikan pujian kepadanya?”

Rasulallah SAW menjawab “Itu adalah kabar gembira yang disegerakan bagi orang beriman”

Sesuai dengan firman Allah SWT yang berbunyi:

لَهُمُ الْبُشْرَى فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآَخِرَةِ

Artinya: Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan} di akhirat.

***

Dalam suatu hadis dikisahkan bahwa ketika Allah SWT mengumpulkan orang-orang yang terdahulu dan yang terakhir pada hari kiamat sebagai hari tiada karaguan didalamnya, pada saat itu malaikat akan menyeru “Barang siapa yang mempersekutukan Allah dengan seseorang dalam beramal, maka biarlah dia meminta pahalanya dari orang itu. Sesungguhnya Allah tidak membutuhkan sekutu.”

***

Diriwayatkan dari Rasulallah SAW bahwa seseorang pernah berkata kepadanya “Wahai rasulallah, aku telah berpuasa sepanjang tahun.”

Rasulallah SAW berkata “Kamu tidak berpuasa, dan kamu tidak berbuka”

Para ulama menjelaskan bahwa Rasulallah SAW berkata begitu, karena orang tersebut telah menampakan puasanya.

***

Diriwayatkan bahwa Sayyidina Umar bin Khatab pernah melihat seseorang membungkukan lehernya. Kemudian Sayyidina Umar bin Khotob berkata “Wahai orang yang memiliki leher, angkatlah lehermu. Karena rendah hati itu bukanlah berada pada leher. Sesungguhnya rendah hati itu berada didalam hati.”

                                             ***                 

Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud RA bahwa dia mendengar seorang laki-laki pernah berkata, “Tadi malam aku telah membaca surat Al-baqoroh”

Kemudian Ibnu Mas’ud RA berkata “Itulah bagian yang didapatkannya dari surat tersebut.”  (dia tidak mendapat pahala karena bersikap riya)

***

Pada suatu saat Abu Umamah Al-Bahillî pernah melihat kepada seorang laki-laki yang menangis sambil bersujud didalam masjid. Kemudian dia berkata kepadanya “Kamu berbuat benar, jika saja kamu melakukannya dirumahmu.”

***

Dihikiyatkan bahwa seorang laki-laki pernah menjamu kepada Sufyan Atsaury dan sahabat-sahabatnya. Pada saat itu laki-laki tersebut berkata kepada keluarganya “Ambilkanlah sebuah baki yang bukan aku bawa dari ibadah hajiku yang pertama, akan tetapi yang aku bawa dari ibadah hajiku yang kedua.”

Sufyan Atsaury berkatata “Kasihan dia, dengan ucapannya tersebut, dia telah merusak kedua ibadah hajinya.”

***

Dihikayatkan seorang laki-laki yang riya pernah melakukan solat dengat baik. Oleh karena itu orang orang berkata “Betapa baik solatmu!”

Laki-laki tersebut berkata “Beserta solat tersebut, sesungguhnya aku berpuasa”

***

Dihikayatkan bahwa sebagian orang yang berbuat riya pernah ditanya “Berapa lama kamu tinggal di Irak?”

Orang tersebut menjawab “Aku tinggal selama dua puluh tahun, dan aku berpuasa selama tiga puluh tahun.”

 

Tidak Dengki dan Menutupi Aib


Dihakayatkan ketika Al-Asma’i bertemu dengan orang  Arab pedalaman yang telah 120 tahun dia berkata “betapa panjang umurmu!”

orang  Arab tersebut berkata “Aku tinggalkan rasa dengki, maka aku pun berumur panjang.”

*** 

Nabi SAW pernah ditanya “Siapakah orang yang paling utama?”

Nabi SAW menjawab “Yaitu setiap orang yang memiliki sifat makhmûmulqalbî dan memiliki lisan yang jujur.”

Orang-orang berkata “Kami telah tahu tengtang orang yang memiliki lisan yang jujur, akan tetapi apa yang dimaksud dengan makhmûmulqalbî ?”

Nabi SAW menjawab “Yaitu orang yang bertakwa dan bersih hatinya, tidak ada dosa serta tidak ada sifat dzalim didalam dirinya, dia tidak memiliki sifat dendam dan dengki”.

***

Diriwayatkan dari Ibnu Umar RA dia pernah berkata “Rasulallah SAW pernah menaiki mimbar dan berkata dengan suara yang lantang ‘Wahai orang-orang yang telah islam dengan lisannya, namun belum menjadikan keimanan sebagai pemimpin bagi hatinya, janganlah kalian menyakiti orang orang-orang muslim, dan janganlah kalian menghinanya serta menguntit aibnya. Sungguh barang siapa yang menguntit aib saudaranya yang muslim, maka Allah SWT akan menguntit aibnya. Barang siapa yang Allah SWT kuntit aibnya, maka Allah SWT akan membukakan aibnya walaupun dia berada dirumahnya.”

***

Dikisahkan pada suatu hari, ketika Ibnu Umar  melihat Ka’bah dia pernah berkata “Betapa agungnya engkau ka’bah, dan betapa agungnya kehormatanmu ka’bah. Akan tetapi dihadapan Allah SWT orang yang beriman lebih agung kehormatannya daripadamu ka’bah. Diantara anugrah Allah SWT kepada hambanya yaitu Allah SWT suka menutup aib hambanya. Allah SWT menyebut dirinya dengan sebutan Assâttâr (yang maha menutupi kejelekan)

 

Menghindari Hasud (Benci akan nikmat orang lain)

 

Dikisahkan ketika Abdullah Ubay bin Salûl dimaksudkan untuk diangkat menjadi raja oleh kaumnya, yaitu kaum banûlkhajraj. Nabi SAW tengah berhijrah ke Madinah. Oleh karena itu maka pengangkatannya menjadi gagal, dan dia menjadi hasud kepada nabi SAW. Pada dohirnya dia mengaku islam, namun secara sembunyi-sembunyi dia memusuhi nabi SAW, dia menjadi bagian dari pemimpin dan pembesar orang-orang yang munafik. Dia sangat menyakiti nabi SAW, sehingga dia mati dalam keadaan kufur.

Karena perbuatannya tersebut Allah SWT melarang nabi SAW untuk mensolatkannya dengan firman-Nya yang berbunyi:

وَلَا تُصَلِّ عَلٰٓى اَحَدٍ مِّنۡهُمۡ مَّاتَ اَبَدًا وَّلَا تَقُمۡ عَلٰى قَبۡرِهٖ ؕ اِنَّهُمۡ كَفَرُوۡا بِاللّٰهِ وَرَسُوۡلِهٖ وَمَاتُوۡا وَهُمۡ فٰسِقُوۡنَ

Artinya: Dan janganlah engkau (Muhammad) melaksanakan shalat untuk seseorang yang mati di antara mereka (orang-orang munafik), selama-lamanya dan janganlah engkau berdiri (mendoakan) di atas kuburnya. Sesungguhnya mereka ingkar kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam keadaan fasik.

Jika saja dia tidak hasud kepada Nabi SAW tentu dia akan menjadi orang islam yang baik sebagaimana kaum Anshar yang telah menjadi penolong bagi agama.

***

Dikisahkan ketika iblis bersikap hasud dan tidak menyukai nabi Adam AS sebagai mahluk pilihan Allah SWT. Dia tidak mau bersujud kepada nabi Adam AS. Maka saat itu Allah melaknatnya dan mengusirnya dari golongan malaikat yang bertaqarrub kepada Allah SWT. Dia pun turun ke bumi untuk menjadi teladan bagi orang-orang yang kafir dan fasik.

***

Dikisahkan bahwa orang yang pertama kali membunuh di alam dunia adalah Qabîl putra nabi Adam AS. Dia membunuh saudaranya sendiri yaitu Habîl, dia berbuat dzolim karena dia memiliki sifat hasad. Dengan sebab itu pula dia menjadi orang yang menanggung dosa orang-orang yang membunuh setelahnya.

 

Menghindari ghibah (Membicarakan orang lain)

 

Dalam suatu hadis nabi SAW pernah berkata “Apakah kalian tahu apa itu gibah?”

Orang orang berkata “Allah SWT dan rasulnya lebih tahu” Nabi SAW berkata “Yaitu engkau menyebutkan sesuatu yang ada pada saudaramu, dan itu tidak disukai olehnya.”

Orang orang berkata “Bagaimana jika sesuatu yang ada pada saudaraku itu sesuai dengan perkataanku” Nabi SAW berkata “Jika yang kamu katakan itu benar, maka kamu telah berbuat ghibah.  Jika tidak benar,  maka kamu telah membuat-buat kedustaan pada dirinya.”

***

Dikisahkan pada saat Rasulallah SAW dimi’rajkan oleh Allah SWT, beliau pernah melewat kepada suatu kaum yang memiliki kuku dari tembaga, lalu mereka mencakar wajahnya dan dadanya sendiri. Kemudian beliau bertanya kepada malaikat Jibril “Siapakah mereka wahai Jibril?”

Malaikat Jibril menjawab “Mereka adalah orang-orang yang suka memakan daging manusia (bergibah) dan mencaci maki kehormatan mereka.”

***

Diriwayatkan dari Aisyah RA, dia pernah berkata kepada nabi SAW “Cukuplah Shafiyah (salah seorang istri nabi) mempunyai sifat begini dan begitu.” Sebagian perawi mengatakan bahwa yang dimaksud Aisyah RA adalah soal tinggi badan Shafiyah yang rendah.

Rasul menjawab “Sungguh kamu telah melontarkan sebuah kalimat  yang bila dicampurkan dengan air laut, maka kalimat tersebut akan menodainya, air laut tersebut akan berubah menjadi bau busuk.”

***

Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah RA dia pernah berkata “Ketika kami bersama dengan nabi SAW, terciumlah bau yang busuk”

Kemudian nabi SAW berkata “Apakah kalian tahu bau apa ini? Ini adalah bau dari orang sedang menggibah orang yang beriman.”

***

Diriwayatkan bahwa Hindun bin ‘Utbah pernah berkata kepada Nabi SAW “Sesungguhnya Abu Sufyan (suami dari Hindun bin ‘Utbah) adalah orang yang pelit. Dia tidak memberikan kecukupan kepadaku dan kepada anakku, kecuali aku mengambilnya sendiri, dan dia tidak mengetahuinya.” Nabi SAW menjawab “Ambillah sesuai kecukupanmu dan kecukupan anakmu dengan cara yang baik.” Kisah tersebut merupakan contoh salah satu ghibah yang dibolehkan, karena tujuannya adalah untuk meminta fatwa.

***

Dikisahkan seorang laki-laki meminta izin masuk kepada nabi SAW. Kemudian beliau berkata “Izinkanlah dia masuk. Dia adalah seburuk-buruk orang diantara keluarganya.”

Ketika laki-laki itu masuk, maka nabi SAW berkata lembut kepadanya, lalu beliau berkata “Wahai Aisyah, sesungguhnya sejahat-jahat manusia ialah yang dimuliakan karena menghindari kejahatannya.”

Kisah tersebut merupakan salah satu contoh gibah yang dibolehkan, karena orang yang dibicarakan tersebut adalah orang yang telah menunjukan kefasikannya secara terang-terangan.

***

Dikisahkan dari Anas RA bahwa dia pernah berkata: pada suatu hari Rasulallah SAW memerintahkan orang-orang untuk berpuasa, beliau berkata “Janganlah seseorang berbuka hingga aku mengizinkannya.”

Maka orang-orang pun berpuasa.

Lalu Pada sore hari datanglah seseorang, dia berkata “Wahai Rasulallah, aku tetap berpuasa, maka izinkanlah aku berbuka.” Maka beliau mengizinkannya.

Kemudian datanglah seorang laki-laki, dia berkata “Wahai Rasulallah, dua anak perempuan dari keluargaku tetap berrpuasa, dan mereka merasa malu untuk datang kepadamu, maka izinkanlah mereka berbuka.” Lalu  beliau berpaling darinya.

Kemudian orang itu datang lagi dan berkata “Wahai Rasulallah, demi Allah, mereka telah hampir meninggal.”

Beliau berkata “Bawalah mereka kepadaku.”

Ketika mereka datang beliau meminta sebuah gelas dan berkata kepada salah perempuan tersebut  “Muntahkanlah.” Maka dia pun memuntahkan nanah, darah, dan campuaran dari nanah dan darah sehingga  gelasnya menjadi penuh.

Lalu beliau berkata juga kepada perempuan yang satunya lagi “Muntahkanlah.” Maka dia pun muntah sebagi mana perempuan yang sebelumnya.

Setelah itu beliau berkata “Sesungguhnya kedua perempuan ini berpuasa dari apa yang dihalalkan oleh Allah SWT kepada mereka, dan mereka berbuka dengan apa yang diharamkan oleh Allah SWT kepadanya. Salah satu dari mereka duduk menghadap yang lainnya. Dan mereka memakan daging orang-orang (menggibah)

***

Diriwayatkan dari Hasan Al-Bashri Rahimahullah, bahwa seorang laki-laki pernah berkata kepadanya “Sesungguhnya seseorang telah menggibahmu!”

Setelah itu Hasan Al-Bashri mengirimkan kurma satu piring basah kepada orang yang telah menggibahnya. Kemudian dia berkata kepadanya “Telah sampai kepadaku, bahwa kamu telah memnghadiahkan kebaikanmu kepadaku. Untuk itu, aku ingin membalasmu, namun maafkanlah aku karena aku tidak bisa membalasmu dengan sempurna.”

Dengan bergibah seseorang akan kehilangan ganjaran amal baiknya, dan ganjaran amal baik tersebut akan diberikan kepada orang yang gibahinya.

 

Menghindari Namimah (Mengadu domba)

 

Dikisahkan pada suatu saat nabi SAW melewati dua buah kuburan, lalu  dia berkata “Sesungguhnya kedua orang yang berada dalam kuburan tersebut sedang disiksa, mereka mengira siksaan tersebut bukan karena dosa besar. Yang satu disiksa karena suka mengadu domba, sementara yang satunya disiksa karena tidak bersuci setelah kencing.”

***

Dikisahkan pada suatu hari, seorang laki-laki datang kepada Sayyidina Ali bin Husen menyampaikan omongan orang lain. Kemudian Sayyidina Ali bin Husen berkata kepadanya “Mari kita pergi kepada orang tersebut” Lalu mereka pun pergi untuk mendatanginya.

Laki-laki tersebut mengira bahwa Sayyidina Ali bin Husen akan membela dirinya. Namun ketika mereka sampai, Sayyidina Ali bin Husen berkata “Wahai saudaraku, jika apa yang kamu katakan itu benar maka semoga Allah SWT mengampuniku, dan jika apa yang kamu katakan itu bohong, maka semoga Allah SWT mengampunimu.”

***

Dihikayatkan pada sauatu hari ada seorang laki-laki ditinggal meningal oleh saudara perempuannya. Ketika saudara perempuannya tersebut dikubur ternyata dompet yang berisi emas milik laki-laki tersebut terjatuh kedalam kuburannya. Oleh karena maka pada malam harinya laki-laki tersebut menggali kembali kuburan tersebut untuk mengambil dompetnya. Namun pada saat itu dia malah menemukan kuburan tersebut telah dipenuhi dengan api. Setalah itu dia menemui ibunya dan bertanya kepadanya “perbuatan munkar apakah yang telah dilakukan oleh saudara perempuanku?”

Ibunya menjawab “aku tidak tahu, kecuali satu yaitu dia pernah keluar pada malam hari untuk mendengar pembicaran para tetangga dari pintu rumahnya, kemudian dia mengadu domba mereka sehingga terjadilah fitnah diantara mereka

Kemudian laki-laki tersebut berkata “Itulah sebabnya.”

Lalu dia memberitahukan keadaan saudaranya kepada ibunya.

***

Dikisahkan dari Hammad bin Salamah RA, dia berkata: seorang laki-laki tengah menjual seorang abid kepada seorang pembeli. Sipenjul berkata “Dia tidak mempunyai aib, kecuali satu yaitu suka mengadu domba.”

Si pembeli berkata “Aku rido” Kemudian dia mebelinya.

Setelah abid tersebut tinggal beberapa hari bersama pemilik barunya, dia berkata kepada istri pemiliknya “Sesungguhnya pemilikku tidak mencintaimu. Dia bermaksud akan menikahi seorang hamba sahaya. Untuk itu ketika dia tidur ambillah rambut belakangnya dengan pisau cukur. Dengan begitu kamu bisa menyihirnya sehingga dia jadi mencintaimu.”

Di lain waktu, abid tersebut juga berkata kepada pemiliknya “Sesungguhnya istrimu mempunyai kekasih lain. Dia bermaksud akan membunuhmu. Untuk itu tidurlah kamu bersamanya, maka kamu akan mengetahuinya.”

Lalu pemilik abid tersebut tidur bersama istrinya. Ketika istrinya datang dengan membawa pisau cukur, suaminya menyangka bahwa istrinya tersebut akan membunuhnya. Kemudian suaminya bangun dan langsung membunuh istrinya. Setelah itu keluarga dari istrinya datang untuk membunuh suaminya, kemudian terjadilah peperangan antara dua kaum tersebut.

***

Dikisahkan pada suatu hari seorang laki-laki menuduh seseorang dan membicarakannya dihadapan Umar bin Abdul Aziz rahimahullah. Kemudian Umar bin Abdul Aziz rahimahullah berkata kepadanya “Wahai laki-laki, jika kamu bermaksud agar kami memperhatikan urusanmu,  maka ketahuilah,  jika kamu berbohong maka kamu termasuk orang yang dihukumi oleh ayat yang berbunyi:


يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوْا

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, apabila datang kepada kalian orang fasiq dengan membawa berita, maka periksalah dahulu dengan teliti.

Dan jika kamu benar maka kamu termasuk orang yang dihukumi oleh ayat yang berbunyi:

هَمَّازٍ مَشَّاءٍ بِنَمِيمٍ

Artinya: Yang banyak mencela, yang kian kemari menabur fitnah”

Setelah itu laki-laki tersebut diam dan tidak menunjukan jawaban.

***

Dikisahkan dari Bakr bin Abdullah bahwa dia berkata: Seorang laki-laki datang kepada seorang raja. Kemudian dia berdiri dihadapan raja dan berkata “Berbuat baiklah kepada orang yang berbuat baik karena kebaikannya, sebab orang yang berbuat buruk akan dicukupi keburukannya”

Lalu ada seorang laki-laki lain mendengkinya karena kedudukan dan perkataannya. Maka sipendengki mengadu kepada raja “Orang yang telah berdiri di depanmu  sambil mengucapkan perkataan tersebut, beranggapan bahwa mulutmu bau busuk.”

Raja berkata “Bagaimana hal itu bisa terbukti olehku?”

Sipendengki menjawab “Panggillah dia untuk menghadapmu, jika dia mendekat, dia pasti akan meletakan tangannya diatas hidungnya agar dia tidak mencium bau busuk.”

Raja berkata “Pergilah, hingga aku selidiki.”

Kemudian sipendengki keluar dari tempat raja, dan dia memanggil laki-laki tersebut kerumahnya. Dia memberikannya makanan yang mengandung bawang putih. Setelah itu dia keluar dari rumah sipendengki tersebut, lalu dia berdiri dihadapan raja sambil berkata seperti biasanya “Berbuat baiklah kepada orang yang berbuat baik karena kebaikannya, sebab orang yang berbuat buruk akan dicukupi keburukannya”

Kemudian raja berkata “Mendekatlah kepadaku.”

Maka dia mendekatinya sambil meletakan tangannya diatas mulutnya karena takut raja akan mencium bawang putih.

Dalam hati, raja berkata “Aku percaya bahwa si Fulan berkata benar.”

Kemudian telah menjadi kebiasaan, apabila raja menulis surat, maka dia selalu memberikan hadiah atau santunan, lalu pada saat itu raja menulis surat kepada seorang petugasnya, isi surat tersebut yaitu “Apabila datang kepadamu pembawa suratku ini, maka sembelihlah dia dan isilah kulitnya dengan tanah, lalu kirimkan dia kepadaku.”

Kemudian  laki-laki tersebut mengambil suratnya dan keluar. Ketika dia bertemu dengan sipendengki, maka sipendengki bekata “Surat apakah ini?”

Dia menjawab “tulisan raja bagiku untuk memberi santunan.”

Sipendengki bekata “Berikanlah kepadaku.”

Dia menjawab “Ini untukmu.”

Lalu sipendengki membawanya kepada petugas. Maka petugas berkata “Dalam surat itu, aku diperintahkan  untuk menyembelih dan mengulitimu. Surat raja tidak dapat diganggu gugat.”

Petugas pun menyembelihnya dan mengulitinya serta mengisi kulitnya dengan pasir, lalu mengirimkannya kepada raja.

Setelah itu laki-laki tersebut kembali kepada raja dan mengucapkan perkataannya seperti biasa. Maka raja merasa heran dan bertanya “Apa yang terjadi dengan surat itu?”

Dia menjawab “Si Fulan bertemu denganku, lalu meminta surat itu dariku. Maka aku pun memberikannya.”

Raja berkata “Dia menceritakan kepadaku, bahwa kamu menganggap mulutku bau busuk.”

Dia berkata “Aku tidak mengatakan begitu.”

Raja berkata “Mengapa kamu meletakan tangan pada mulutmu?”

Dia menjawab “Karena dia memberiku makanan yang mengandung bawang putih. Maka aku tidak suka kamu menciumnya.”

Raja berkata “pulanglah ketempatmu. Cukuplah pelaku kejahatan mendapat balasan atas kejahatannya.”

Kemudian raja memberinya santunan berupa harta yang banyak.

 

Mencintai (golongan) Arab

 

Dikisahkan bahwa Rasulallah SAW pernah berkata kepada Salman “Wahai Salman, janganlah kamu membenciku, sehingga kamu meninggalkan agamamu.”

Salman menjawab “Bagaimana  aku akan membencimu, sedangkan engkau adalah orang yang menunjukanku kepada Allah SWT.”

Rasulallah SAW  berkata “Janganlah kamu membenci orang Arab, karena hal itu sama dengan kamu membenci aku. Barang siapa menipu bangsa Arab, maka dia tidak mendapat syafa’atku dan tidak mendapat kecintaanku.”


Daftar Postingan

-