Jumat, 02 Oktober 2020

Buku Kisah Ahlak Lil-Baniin Syekh Umar Bin Ahmad Baraja bagian 2


Mengingat Allah


Dikisahkan dalam suatu majlis ilmu terdapat satu orang murid yang sangat dicintai oleh beberapa gurunya. Oleh karena itu maka para murid yang lain menjadi penasaran dan saling bertanya tentang hal tersebut.

Untuk menjelaskan hal tersebut maka salah seorang gurunya memberikan pengertian  kepada mereka, guru tersebut memberi pengertiannya dengan cara yang unik, yaitu guru tersebut memberikan tugas kepada setiap muridnya untuk menyembelih seekor ayam ditempat yang tidak bisa dilihat oleh siapapun.

Kemudian para murid pun berpencar mencari tempat bersembunyi untuk melaksanakan tugas dari gurunya tersebut. setelah itu mereka kembali dengan membawa ayamnya masing-masing dalam keadaan sudah disembelih. Namun diantara mereka terdapat satu orang murid yang membawa ayamnya dalam keadaan belum disembelih. Murid tersebut adalah murid yang sangat dicintai oleh gurunya.

Oleh karena itu maka gurunya bertanya kepada murid tersebut "Wahai muridku, kenapa kamu tidak melaksanakan tugasmu?" Dia menjawab "Wahai guruku, aku tidak melaksanakan tugas darimu karena aku tidak bisa menemukan tempat sembunyi yang tidak bisa dilihat oleh siapapun, dimanapun aku bersembunyi, Allah SWT tetap melihat kepadaku". Setelah itu kemudian gurunya berkata kepada para murid "Lihatlah murid ini, betapa takutnya dia kepada Allah SWT, dan betapa tidak lupanya dia kepada Allah SWT disetiap tempat. Oleh karena itu cintaku kepada murid ini lebih besar daripada cintaku kepada kalian. Tidak diragukan lagi apabila dia telah besar dia akan menjadi salah satu orang yang soleh dan taat kepada tuhannya dalam setiap keadaan.

 

Akhlak Nabi Muhammad SAW

 

Dikisahkan pada suatu hari Rasulallah SAW membeli sesuatu. Dia membawa barang yang dibelinya tersebut kerumahnya dengan tangannya sendiri. Kemudian sahabatnya berkata “Berikanlah barang tersebut kepadaku, aku akan membawakannya untukmu.

Karena tidak ingin merepotkan sahabatnya, Rasulallah SAW menjawab “Pemilik barang lebih berhak untuk membawanya.”

Dikisahkan pada suatu hari ketika Rasullah SAW sedang solat, datanglah cucunya yang masih kecil yaitu Sayyidina Hasan RA. Ketika beliau sedang sujud, cucunya tersebut malah menaiki punggungnya. Karena  Rasullah SAW menyayangi cucunya, maka beliau melamakan sujudnya sampai cucunya tersebut turun dari punggungnya.

***

Dikisahkan bahwa Annas bin Malik mempunyai saudari laki-laki masih kecil yang biasa dipanggil dengan sebutan Abu Umair. Dia mempunyai teman bermain seekor burung nughair, yaitu seekor burung yang paruhnya berwarna merah.

Pada suatu hari burung tersebut mati dan membuatnya bersedih, dan pada saat itu datanglah nabi SAW. kerena beliau  meliha Abu Umair sedang bersedih maka beliau bertanya “Apa yang terjadi pada Abu Umair?” kemudian dikatakanlah kepada beliau bahwa burung nugha       irnya telah mati. Setelah mengetahui alasannya maka beliau pun menghibur Abu Umar dengan menanyakan keadaan burung nughairnya tersebut, beliau bertanya “Wahai Abu Umair, ada apa dengan si nughair?”

 

Adab Kepada Orang Tua


Dikisahkan bahwa ketika Rasulallah SAW sedang duduk, datanglah Sayyidah Halimatussa’diyyah RA. Yaitu ibu susunya (perempuan yang pernah menyusuinya ketika kecil). Kemudian Rasulallah SAW mengagungkannya dengan menggelarkan sorbannya dan meladeni kebutuhannya. Selain itu, beliau juga mengagungkan pamannya yang bernama Abbas. Beliau mengagungkan mereka berdua sebagai mana beliau mengagungkan ayah dan ibunya.

Pada suatu hari datanglah seorang laki-laki bertanya kepada Rasulallah SAW “ Wahai Rasulallah SAW, siapakah orang yang paling berhak untuk aku berbakti kepadanya?” Rasulallah SAW  menjawab “Ibumu” Dia bertanya lagi “Kemudian siapa?”

Rasulallah SAW menjawab “Ibumu”

Dia bertanya lagi “Kemudian siapa?”

Rasulallah SAW menjawab “Ibumu”

Dia bertanya lagi “Kemudian siapa?”

Rasulallah SAW menjawab “Ayahmu”

***

Pada suatu hari seorang laki-laki bertanya kepada Rasulallah SAW “Wahai Rasulallah SAW, apakah aku bisa berbuat baik kepada orang tuaku yang sudah meninggal?”

Rasulallah SAW menjawab “Bisa, yaitu dengan mensolatkannya, meminta ampunan untuknya, membayarkan janjinya, memuliakan teman-temannya, dan melaksanakan silaturrahmi kepada orang-orang yang tidak bisa bersilaturrahmi kepadanya.”

***

Pada suatu hari datanglah seorang laki-laki kepada Rasulallah SAW untuk meminta bai’at kepadanya supaya dia bisa pergi ikut berhijrah. Kemudian dia berkata “Aku telah mendatangimu, akan tetapi aku telah mebuat orang tuaku menangis.”

Rasulallah SAW menjawab “Kembalilah kamu kepadanya dan buatlah mereka bahagia sebagai mana kamu telah membutnya menangis”

***

Nabi Ismail AS adalah putra dari nabi Ibrahim AS. ketika nabi Ismail AS berumur tiga belas tahun, nabi Ibrahim  AS mendapat perintah dari Allah SWT untuk menyembelih Nabi Ismail AS. Oleh karena itu maka nabi Ibrahim AS berkata kepada nabi Ismail AS "Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi akan menyembelihmu, untuk itu bagaimana pendapatmu?"  

Mengetahui bahwa itu adalah perintah dari Allah SWT maka nabi Ismail AS menjawab "Wahai ayahku, laksanakanlah perintah tersebut, insya Allah aku akan menjadi orang yang sabar.”

Setelah itu nabi Ibrahim AS pun bermaksud untuk  melaksanakan perintah tuhannya. Pada saat- saat  yang menakutkan sebelum proses penyembelihan terjadi, nabi Ismail AS teringat kepada ibunya, dia berkata kepada ayahnya ”Wahai ayah, Kencangkanlah ikatanku supaya aku tidak  bisa berontak, dan bukalah bajuku supaya tidak ada darah yang mengenai bajuku, karena jika ibuku melihatnya maka dia akan sangat bersedih. Kemudian tolong sampaikanlah salamku ketika ayah kembali dan memberikan bajuku kepadanya, karena itu akan menghibur hatinya. 

Lalu ketika nabi Ibrahim AS membaringkan nabi ismail AS dan menyimpan pisau kebagian lehernya putranya, dengan izin Allah SWT pisau tersebut tidak memberikan bekas pada   lehernya putranya.  Pada saat tersebut Allah SWT menebusnya dengan domba dari surge. kemudian nabi Ibrohim AS menyembelih domba tersebut dan tidak jadi menyembelih putranya.

***

Sayyidina Ali zainal abidin RA adalah orang yang banyak berbuat baik kepada ibunya. Sampai-sampai pada suatu saat  sebagian para sahabatnya pernah berkata kepadanya “Kamu adalah manusia yang paling berbuat baik kepada ibumu. Namun kenapa kami tidak pernah melihatmu makan bersamanya?”

Dia menjawab ”Betul, saya tidak pernah makan bersamanya karena saya merasa takut apabila ketika makan, tanganku akan mengambil makanan yang telah dilihat dan diinginkan oleh ibuku, sehingga  itu bisa menjadi perbuatan burukku kepadanya.”

***

Pada suatu hari  datanglah seorang laki-laki kepada Rasulallah SAW.  Dia berkata ”Wahai Rasulallah, disuatu tempat ada seorang pemuda yang sedang menghadapi sakaratul maut. Namun ketika dikatakan kepadanya untuk mengucapkan Lâilâha illallah dia tidak mampu untuk mengucapkannya.”

Kemudian Rasulallah SAW bertanya “Apakah dia tidak pernah mengucapkannya selama dia hidup?”

Orang-orang menjawab “Pernah wahai Rasulallah.”

Rasulallah SAW bertanya lagi ”Lantas,  apa yang mencegahnya untuk mati?”  

Setelah itu Rasulallah SAW dan para sahabat pergi untuk menemui pemuda itu. Sesampainya disana Rasulallah SAW berkata ”Wahai pemuda ucapkanlah olehmu Lâilâha illallah !”

Pemuda itu menjawab “Aku tidak mampu  wahai Rasulalloh”

Rasulallah SAW bertanya “kenapa?”  

Dia menjawab “Karena aku telah menyakiti ibuku”

Rasulallah SAW bertanya lagi “Apakah ibumu masih hidup?”  

Dia menjawab “Ya. Dia masih hidup”

Kemudian Rasulallah SAW berkata kepada yang hadir “Panggillah dia!”

Setelah ibunya hadir, Rasulallah SAW bertanya kepada ibunya “Bagaimana pendapatmu jika aku menyalakan sebuah api?  jika kamu tidak menolongnya, aku akan melemparnya kedalam api itu.  

Ibunya menjawab “Aku akan menolongnya”

Rasulallah SAW berkata “kalau begitu bersaksilah kepada Allah dan kepadaku bahwa kamu telah meridhainya”  

Kemudian ibunya berkata “Ya Allah, sesungguhnya aku bersaksi kepada-Mu dan kepada Rasul-Mu bahwa aku telah meridhai anakku”

Setelah itu Rasulallah SAW berkata kepada pemuda itu “Wahai pemuda. Ucapkanlah Lâilâha illallah !”

Pemuda itu berkata “Lâilâha illallah ”

Selanjutnya Rasulallah SAW berkata“ Segala puji hanya milik Allah yang telah menyelamatkan pemuda ini dari neraka dengan sebab dariku”.

***

Dikisahkan ada seorang  pemuda yang beragama yahudi suka membantu kepada Nabi SAW. Pada suatu saat dia terserang suatu penyakit  yamg cukup parah. Oleh karena itu Nabi SAW pun menjenguknya.  Ketika menemuinya, Nabi SAW duduk disebelah kepalanya dan berkata kepadanya “Masuklah agama Islam!” 

Kemudian dia langsung memandang kepada ayahnya yang sedang berada didekatnya. Menanggapi pandangan anaknya tersebut, maka ayahnya yang juga beragama yahudi berkata ”Menurutlah kamu kepada Abu qasim (nabi SAW)” 

Setelah itu diapun masuk islam dan langsung meninggal dunia. Kemudian Nabi SAW keluar dan berkata “Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkannya dari api neraka”

Dari kisah tersebut  bisa diambil pelajaran bahwa dengan berbuat baik kepada orang tua maka Allah akan memberikan Taupik-Nya sehingga bisa mati dalam keadaan khusnul khotimah dan menjadi ahli surga.

***

Haiwah bin Syuaraih merupakan anak baik dan tidak pernah membantah terhadap perkataan ibunnya. Setelah dia besar dia menjadi seorang ulama besar yang mempunyai banyak murid. Dikisahkan pada suatu saat ketika dia sedang mengajar para muridnya, ibunya datang dan berkata kepadanya ”Wahai Haiwah, berdirilah! Ambilkanlah aku pakan untuk ayam!”

Medengar perkataan ibunya, dia tidak keberatan dan tidak menunda-nunda. Dia langsung meninggalkan pelajarannya dan memenuhi perintah ibunya. 

***

Dar bin Umar Al-Hamdani adalah orang yang memiliki ahlak baik terhadap ayahnya. Terbukti apabila dia berjalan dengan ayahnya pada waktu malam, dia selalu berada didepannya. Hal ini dia lakukan supaya dia bisa menemukan bahaya lebih awal, sehingga ayahnya bisa selamat dari bahaya tersebut. Akan tetapi apabila mereka menaiki suatu tangga, dia tidak pernah memposisikan ayahnya untuk berada dibawahnya.

***

Dikisahkan seorang ayah memiliki beberapa orang anak. Ketika ayahnya tersebut akan meninggal dia memanggil seluruh anaknya untuk berkumpul. Setelah anak-anaknya berkumpul dia memberikan seikat kumpulan tongkat kepada anak-anaknya dan menyuruh mereka untuk mematahkannya. Kemudian anak-anaknyapun mencoba untuk mematahkannya dengan sekuat tenaga. Namun mereka tidak mampu mematahkannya. Karena susah untuk mematahkannya maka mereka membuka ikatannya dan membagikan tongkatnya kepada setiap anak, dengan begitu mereka bisa mudah untuk mematahkannya.

Setelah kejadian tersebut ayahnya berkata “kalian bagaikan tongkat tersebut. Apabila kalian bersatu maka musuh kalian tidak akan mampu untuk mengalahkan kalian. Namun apabila kalian berpecah belah  maka musuh kalian akan mudah untuk mengalahkan kalian”

 

Adab Kepada Keluarga

 

Pada suatu hari seorang laki-laki datang dan bertanya kepada Nabi SAW “Aku telah berbuat dosa yang besar! Apakah aku bisa bertaubat?”

Nabi SAW bertanya “Apakah dosamu kepada ibu?”

laki-laki tesebut menjawab “Bukan”

Nabi SAW bertanya lagi “Apakah dosamu kepada bibi?”

laki-laki tesebut menjawab “Benar”

Nabi SAW berkata “Maka berbuat baiklah kepadanya”

***

Dalam suatu hadis dikisahkan bahwa seorang laki-laki pernah berkata kepada Rasulallah SAW “Wahai Rasulallah, sesungguhnya aku mempunyai beberapa kerabat, aku bersilaturrahmi kepadanya akan tetapi mereka memutuskan silaturrahmi kepadaku, aku berbuat baik kepadanya akan tetapi mereka berbuat buruk kepadaku, aku berlaku bijak kepadanya akan tetapi mereka berbuat bodoh kepadaku.”

Rasulallah SAW menjawab “Jika keadaannya seperti yang kamu katakan, maka mereka bagaikan meminum abu yang panas, dan selama kamu dalam keadaan demikian maka Allah SWT akan memberika pertolongan kepadamu.”

***

Abu Tolhah Al-Anshari RA adalah seorang sahabat anshar yang palimg banyak mempunyai harta dalam bentuk kurma di Madinah. Harta yang paling dicintainya yaitu kebun kurma yang menghadap ke masjid. Rasulallah SAW pun pernah memasuki kebun tersebut dan meminum minuman yang baik dari dalam  kebun tersebut. Ketika turun ayat yang berbunyi

 لَنْ تَنَالُوا الۡبِرَّ حَتّٰى تُنۡفِقُوۡا مِمَّا تُحِبُّوۡنَ ؕ وَمَا تُنۡفِقُوۡا مِنۡ شَىۡءٍ فَاِنَّ اللّٰهَ بِهٖ عَلِيۡمٌ

Artinya: Kamu tidak akan memperoleh kebajikan sebelum kamu menginfakan sebagian harta yang kamu cintai.

Abu Tolhah Al-Anshari RA datang kepada kepada Rasulallahu SAW, dia berkata ”Wahai Rasulallah, sesungguhnya Allah SWT telah menurunkan ayat kepadamu

 لَنْ تَنَالُوا الۡبِرَّ حَتّٰى تُنۡفِقُوۡا مِمَّا تُحِبُّوۡنَ ؕ وَمَا تُنۡفِقُوۡا مِنۡ شَىۡءٍ فَاِنَّ اللّٰهَ بِهٖ عَلِيۡم

Artinya: Kamu tidak akan memperoleh kebajikan sebelum kamu menginfakan sebagian harta yang kamu cintai.

Sesungguhnya harta yang paling aku cintai adalah kebun kurma yang menghadap ke masjid. Oleh karena itu aku sedekahkan kebun tersebut karena Allah SWT. Aku berharap ini menjadi kebaikan dan menjadi  simpanan disisi Allah SWT.  Wahai Rasulallah, tolong salurkanlah sedekah ini sehingga Allah SWT memberi tahumu!”

Rasulallah SAW berkata ”Hebat sekali! Itu adalah harta yang akan menguntungkan. Aku telah mendengar apa yang kamu katakan. Aku beritahukan kepadamu, sedekahkankanlah harta tersebut kepada kerabat-kerabatmu!” 

Kemudian Abu Tolhah Al-Anshari RA menjawab ”Akan aku laksanakan wahai Rasulallah” Setelah  itu  Abu Tolhah al-Anshari RA pun membagikan harta tersebut kepada kerabat-kerabatnya dan kepada anak-anak pamannya.

***

Pada suatu hari, ketika Nabi SAW sedang duduk bersama dengan para sababatnya, tiba-tiba beliau berkata “Janganlah ada orang yang memutuskan silaturrahim duduk bersamaku”

Kemudian seorang pemuda dari kaum Halqoh langsung berdiri dan pergi untuk mendatangi bibinya, dia pergi untuk menyelsaikan suatu permasalahan. Ternyata dia dengan bibinya tersebut  sedang mempunyai masalah tentang suatu perebutan. Setelah bertemu, maka  bibinya pun memaafkannya. Lalu dia kembali lagi ketetempat  Nabi SAW dan para sahabantnya duduk.

Kemudian  Nabi SAW berkata ”Sesungguhnya rahmat Allah SWT tidak akan datang kepada pada suatu kaum yang didalamnya terdapat orang yang memutuskan silaturrahmi.”

 

Adab Kepada Pembantu

 

Seorang laki-laki pernah bertanya kepada Rasulallah SAW “Berapa kali saya harus memberi maaf kepada seorang pembantu wahai Rasulallah?”

Rasulallah SAW menjawab “Kamu harus memberi maaf kepada seorang pembantu sebanyak tujuh puluh kali dalam setiap hari”

***

Dikisahkan dari Annas RA bahwa dia pernah melayani Nabi SAW selama sepuluh tahun. Dia berkata: Aku telah melayani Nabi SAW selama sepuluh tahun, beliau tidak pernah berkata “huss!” kepadaku, beliau juga tidak pernah bertanya “kenapa kamu melakukan sesuatu?” terhadap sesuatu yang telah aku lakukan, beliau juga tidak pernah bertanya “kenapa kamu tidak meninggalkan sesuatu” terhadap sesuatu yang aku tinggalkan, dan istri-istrinya pun tidak pernah memarahiku. Beliau hanya berkata “tinggalkan olehmu sesuatu, karena sesungguhnya kejadian itu tetap dengan ketentuan dan qodar”

Diriwayatkan pada suatu waktu, ketita Imam Ali karomallohu wajhah memanggil abidnya, abidnya tersebut tidak menjawabnya. Diapun memangginya lagi hingga tiga kali panggilan, namun abidnya tersebut tetap tidak menjawabnya.

Kemudian Imam Ali karomallohu wajhah berdiri untuk menghampirinya, ternyata abidnya tersebut sedang tiduran. Lalu Imam Ali karomallohu wajhah bertanya ”Apakah kamu tidak mendengar?”

Abidnya menjawab “Tentu”.

Imam Ali karomallohu wajhah bertanya lagi ”Kenapa kamu tidak menjawabku saat aku memanggilmu?”

Abidnya menjawab ”Karena sesungguhnya aku merasa aman dari siksaan anda. oleh karena itu aku bermalas-malasan” Setelah itu Imam Ali karomallohu wajhah berkata ”Pergilah kamu! kamu telah merdeka karena dzat Allah SWT”

***

Diriwayatkan pada suatu hari Qais bin ‘Ashim duduk dirumahnya. Tiba-tiba abid perempuannya datang membawa sebuah panggangan  yang berisi sate. Namun panggangan tersebut jatuh dan menimpa kepada putranya. Lalu abid perempuan tersebut  pun merasa kaget. Kemudian Qais bin ‘Ashim berkata ”Janganlah kamu merasa kaget” Lalu dia memaafkannya dan memerdekakannya karena Allah SWT.

 

Adab Kepada Tetangga

 

Imam Mujahid bercerita, bahwa pada suatu waktu dia sedang bersama dengan Ibnu Umar. Kemudian pada saat abidnya Ibnu Umar sedang menyisit domba, Ibnu Umar berkata kepada abidnya ”Jika  kamu sudah menyisitnya maka dahulukanlah untuk memberi kepada tetangga kita yang beragama yahudi.” Ibnu Umar mengatakakannya secara berkali-kali. Karena itu Imam Mujahid bertanya ”Berapa kali kamu mengatakan itu?”

Ibnu Umar menjawab ”Sesungguhnya  Rasulallah SAW tidak henti-hentinya mewasiatkan kepadaku untuk bertetangga. Sehingga aku merasa takut bahwa Rasulallah SAW akan menjadikannya ahli waris.”

***

Pada suatu waktu dikisahkan ada beberapa orang berkata bahwa dirumahnya terdapat banyak tikus. Kemudian dikatakanlah kepada mereka ”Kenapa kalian tidak memelihara kucing?”  

Mereka menjawab ”Aku takut tikus-tikus itu akan ketakutan mendengar suara kucing sehingga tikus-tikus itu kabur kerumah para tetangga. Sedangkan aku lebih mencintai para tetangga dari pada diriku sendiri.”

***

Dikisahkan Imam Abu Hanifah pernah mempunyai tetangga yang hasud. Tetangganya  tersebut suka menyakiti dan pelit kepada Imam Abu Hanifah. Apabila Imam Abu Hanifah melewat dan memberi salam kepadanya, dia selalu tidak menjawabnya. Walaupun begitu Imam Abu Hanifah selalu bersabar.  Sehingga sebagian orang malah menyalahkan  Imam Abu Hanifah kerena dia selalu menahan diri dan selalu bersabar. Oleh karena itu maka Imam Abu Hanifah berkata ”Sesungguhnya bagi tetangga itu ada hak”

***

 

Adab Kepada Guru

 

Imam Syafi'i adalah orang yang sangat beradab ketika berada didepan gurunya yaitu Imam Maliki. Sehingga Imam Syafi'i pernah berkata "Aku pernah menyodorkan lembaran kertas didepan Imam Maliki.  Karena aku menghormatinya, aku sodorkan kertas tersebut dengan lembut supaya beliau tidak mendengar tibanya kertas tersebut."

***

Rubai' bin Sulaiman adalah orang yang sangat mengagungkan sekali kepada gurunya yaitu Imam Syafi'i. Dia pernah berkata "Demi Allah. Aku tidak pernah minum saat Imam Syafi'i sedang melihatku. Hal ini aku lakukan karena aku merasa malu dan hormat kepadanya"

Karena keta’dimannya tersebut Imam Syafi'i pun sangat mencintai sekali kepada Rubai' bin Sulaiman. Sehingga Imam Syafi'i pernah berkata "Wahai Rubai', jika aku mampuh untuk memberikan kamu ilmu, tentu aku akan memberikannya kepadamu"

***

Dikisahkan bahwa Khalifah Harun Ar-Rasyid mempunyai anak yang bernama Amin dan Ma'mun. Dia menitipkan kedua anaknya tersebut kepada seorang guru yang sangat alim, yaitu Imam Al-Kisâ`î. pada suatu hari ketika Imam Al-Kisâ`î sedang bersama dengan Amin dan Ma'mun, Imam Al-Kisâ`î berdiri dan hendak keluar dari suatu tempat. Oleh karena itu Amin dan Ma'mun pun bergegas dan saling berlomba untuk menyodorkan sandal Imam Al-Kisâ`î untuk dipakainya. karena sandal tersebut terdiri dari bagian kanan dan bagian kiri maka merekapun bersepakat supaya setiap orang dari mereka menyodorkan satu bagian sandal untuk dipakai oleh gurunya.  

Ketika Khalifah Harun Ar-Rasyid mendengar kejadian tersebut, dia mengundang Imam Al-Kisâ`î, dia berkata kepadanya "Siapakah orang yang paling mulia?"

Imam Al-Kisâ`î menjawab "Amirul mu'minin (pemimpinnya orang mu'min)"

Khalifah Harun Ar-Rasyid berkata "Bukan, orang yang paling mulia adalah orang yang mana kedua anak Amirul mu'minin berlomba-lomba untuk menyodorkan sandal kepadanya." Mendengar perkataan tersebut, Imam Al-Kisâ`î menyangka bahwa dirinya telah berbuat salah, maka  dia bermaksud untuk mencegah Amin dan Ma'mun supaya tidak melakukan perbuatannya lagi.

Setelah itu Khalifah Harun Ar-Rasyid berkata "Jika kamu melarang mereka, maka aku akan menegurmu dengan teguran yang keras. Karena sesungguhnya mereka tidak melakukan sesuatu yang menurunkan derajat atau gengsinya.  Akan tetapi itu membuat mereka bertambah mulia. Oleh karena itu aku beri penghargaan kepada mereka sebanyak dua puluh ribu dirham, dan untukmu sebanyak sepuluh ribu dirham karena kamu telah memberikan didikan yang baik kepada mereka.”

***

Dihikayatkan bahwa Khalifah Harun Ar-Rasyid mempunyai salah satu anak yang diutus untuk mempelajari ilmu dan adab kepada Imam Asma'î. kemudian pada suatu hari Khalifah Harun Ar-Rasyid melihat Imam Asma'î sedang berwudhu dan mencuci bagian kakinya. ketika itu anaknya Khalifah Harun Ar-Rasyid sedang mengucurkan air ke kakinya Imam Asma'î.

Melihat kejadian tersebut Khalifah Harun Ar-Rasyid menegur Imam Asma'î dengan berkata "Sesungguhnya aku mengutus anakku kepadamu supaya kamu bisa mendidiknya, lantas kenapa kamu tidak menyuruh anakku untuk mengucurkan air dengan salah satu bagian tangannya, dan mencuci kakimu dengan bagian tangan yang satunya lagi?”


Selasa, 31 Maret 2020

Buku Kisah Ahlak Lil-Baniin Syekh Umar Bin Ahmad Baraja bagian 1



Akhlak Anak-Anak


Ahmad adalah seorang anak yang baik dan juga dicintai ayahnya. Selain itu, dia juga merupakan seorang anak yang suka bertanya tentang banyak hal yang belum dia pahami. Dikisahkan pada suatu hari ketika dia berjalan-jalan di kebun bersama ayahnya, dia melihat pohon bunga mawar yang indah, dan pohon bunga mawar tersebut ternyata tangkainya terlihat bengkok. Oleh karena itu, Ahmad bertanya  kepada ayahnya, "Betapa indahnya pohon bunga mawar ini! Akan tetapi kenapa pohon bunga mawar ini bisa bengkok?"

Ayahnya menjawab "Ini terjadi karena tukang kebun tidak bersungguh-sungguh meluruskannya sejak masih kecil, sehingga bunga mawar ini menjadi bengkok.”

Ahmad berkata "Alangkah baiknya apabila kita luruskan pohon bunga mawar ini sekarang juga". Mendengar perkataan itu ayahnya malah tertawa, lalu dia berkata “Wahai anakku, tidaklah mudah untuk meluruskannya, karena pohon bunga mawar ini sudah besar, bahkan tangkainya sudah menjadi keras”.

Oleh karena itu, hikmah kisah ini yaitu apabila anak yang tidak berakhlak baik sejak kecil maka akan sulit diperbaiki ketika besarnya. Kecuali dengan izin Allah SWT.

***

 

Muhammad adalah seorang anak yang jujur dan takut kepada Allah SWT. Dia selalu mengerjakan perintah-Nya dengan baik. Dikisahkan pada suatu hari, ketita dia bersama saudara perempuannya yang bernama Su’ad, mereka ditinggalkan oleh ayahnya di dalam rumah. Kemudian saudara perempuannya berkata kepada Muhammad “Wahai saudaraku. Ayah kita sekarang sedang keluar dari rumah, dan sekarang dia tidak melihat kita, untuk itu marilah kita makan makanan lezat yang ada pada lemari makanan.”

Muhammad menjawab “Wahai saudariku, pada hakikatnya ayah kita tidak melihat kita, akan tetapi apakah kamu tidak sadar bahwa sesungguhnya Allah SWT tetap melihat kita? Takutlah kamu melakukan perbuatan buruk itu! jika kamu mengambil sesuatu tanpa izin ayah, maka Allah SWT akan membencimu dan menyiksamu kelak.”

Kemudian saudara perempuannya menjadi takut dan merasa malu dengan niat buruknya. Dia berkata “Wahai saudaraku, perkataanmu benar! dan aku sangat berterimakasih atas nasihat yang baik ini.”

***

Hasan anak yang taat. Setiap hari shalat fardu pada waktunya, datang ke sekolah, membaca Al-Qur`an, dan melihat-lihat pelajaran dirumah. Karena kebiasaannya itu dia dicintai oleh ayahnya dan ibunya, juga oleh guru-gurunya. Apabila dia akan tidur dia selalu mengingat Allah SWT dan bersyukur kepada-Nya karena sepanjang harinya telah dijaga dari musibah dan bahaya. Do'a yang dia baca sebelum tidur yaitu:

بِاسْمِكَ اَللّهُمَّ أَحْيَا وَأَمُوْتُ

Dengan menyebut nama Allah, aku hidup dan mati.

 

Kemudian ketika bangun dari tidur dia membaca do'a:

اَلْحَمْدُ لِله الَّذِيْ أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَاِلَيْهِ النُّشُوْرُ

Segala puji milik Allah yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami dan kepada-Nyalah kembali.

 

Kebiasaan lainnya, ketika dia akan makan dia selalu membaca basmallah, setelah makan dia selalu bersyukur kepada Allah SWT atas nikmat makanan, dia tahu dan sadar bahwa Allah SWT yang telah menjadikan makanan untuk dirinya. Do’a setelah makan yang dia baca yaitu:

الْحَمْدُ لِلهِ  الَّذِىْ أَطْعَمَنِيْ هذَا الطَّعَامَ مِنْ غَيْرِ حَوْلٍ مِنِّيْ وَلَا قُوَّةٍ

Segala puji milik Allah yang telah memberiku makanan ini dengan tanpa adanya daya upaya dan kekuatan dariku.

 

Betapa bahagianya Hasan, karena kebiasaan baiknya itu Allah SWT meridhoinya dan akan memasukannya ke dalam surga.

****

Abdullah, anak teladan karena berakhlak baik, serta berdisiplin ketika berada dirumahnya. Kebiasaan yang dicontohkan ketika dirumahnya yaitu, mandi pada pagi dan sore hari, menyimpan baju dan buku-bukunya secara rapih pada tempat khusus, tidak membuang kotoran dahak pada baju atau dinding, akan tetapi membuangnya pada sapu tangan, tidak meludah di dalam ruangan, tidak mengotori pintu, tidak mencoret-coret dinding, tidak memanjat pohon, dan tidak bermain dengan melempar batu karena dapat memecahkan kaca atau menyakiti orang lain.

Selain itu, pada pagi dan sore hari dia selalu bersalaman dengan orang tuanya dan saudaranya, tidak masuk rumah orang lain tanpa izin, tidak bergaul atau menggangu para pembantunya, dan tidak mengabarkan atau memamerkan apa yang ada dirumahnya. kebiasaan lainnya yaitu tidur cepat supaya bisa bangun  cepat, menjaga solat, melihat-lihat pelajaran, tidak bermain kecuali pada waktunya, dan mendengar nasehat dari ayah dan ibunya. Karena kebiasaannya tersebut, dia mendapat ridho dari orang tua dan keluarganya, sehingga dia dan keluarganya bisa hidup sejahtera dan bahagia.

 

Adab Kepada Orang Tua

 

Solih adalah anak yang suka berbuat baik kepada ibunya. Dikisahkan pada suatu hari ibunya sakit dan dia sangat merasa sedih. Kemudian dia meminta izin kepada gurunya untuk menemani dan melayani ibunya karena dirumahnya tidak ada pembantu. Sesekali dia pergi ke apotik untuk membeli obat ibunya, sesekali juga dia ke pasar untuk membeli makanan dan buah-buahan untuk ibunya. Selama ibunya sakit dia selalu melayani ibunya. Dia  mengasongkan makanan dan obat kepada ibunya, serta menyiapkan segala kebutuhannya. Sesekali juga dia menghibur ibunya dengan pembicaraan yang baik.

Setelah beberapa hari ibunya pun sembuh, dan Solih pun merasa sangat bahagia. Setelah itu dia selalu berdo’a kepada Allah SWT supaya ibunya selalu dilindungi dan selalu disehatkan.

****

 

Dikisahkan seorang laki-laki mempunyai seorang anak yang memiliki sifat keras kepala. Sudah beberapa kali dia melarang anaknya supaya tidak suka menyakiti hewan dan menaiki pepohonan, namun anak tersebut selalu tidak mendengar perkatan ayahnya.

Pada  suatu hari dia memukul seekor kucing sehingga membuat kucing tersebut marah dan menggigit kakinya. Karena ulahnya tersebut, maka dia menjadi terluka dan sangat kesakitan, sehingga dia tidak bisa tidur dan makan karena sangat merasakan kesakitannya.

Kemudian ayahnya memanggil dokter dan membelikannya obat, dia harus mengorbankan uang banyak untuk anaknya. Meskipun begitu ayahnya tidak memperdulikan pengorbanannya, karena dia mencintai anaknya dan ingin cepat menyembuhkannya.

Setelah itu anaknya sembuh dan dia bertaubat dari perbuatan buruknya. Dia berjanji kepada ayahnya akan selalu melaksanakan nasehat ayahnya dan tidak akan membantahnya sehingga dia bisa selamat dari keburukan dan bisa hidup dengan bahagia.

***

 

Ali dan Ahmad, dua orang bersaudara yang saling mencintai. Ketika pergi sekolah dan pulang sekolah mereka selalu bersama.  Selain itu mereka terbiasa saling membantu dalam melaksanakan kewajibannya. Mereka suka melihat-lihat pelajaran dirumah dan disekolahnya. Begitu pula pada waktu bermain, meraka selalu  bersama.

Dikisahkan pada suatu hari Ali membeli dua buah kitab Akhlak lil-banîn. Kemudian dia bertanya kepada ayahnya “Wahai ayah, maaf aku ingin bertanya, dimanakah saudaraku Ahmad? Aku ingin menghadiahkan satu buku dari dua buku ini kepadanya.”

Mendengar perkatan  itu, ayahnya merasa senang sekali, dia langsung memberitahukannya bahwa saudaranya sedang berada diruang beajar. Setelah itu  Ali pergi dengan cepat ke ruang belajar, dia menemukan Ahmad sedang mengulang pelajarannya. Kemudian Ali mengucapkan salam dan memberikan hadiahnya kepada Ahmad sambil tersenyum juga gembira. Ahmad langsung menerimanya dan berterima kasih kepada Ali.

Karena Ahmad juga ingin memberikan hadiah kepada Ali, maka  Ahmad memberikan wadah pensil yang kecil kepada Ali, dia berkata “Wahai saudaraku yang mulia, ini hadiahku untukmu.”

Ali merasa senang dengan hadiah dari Ahmad dan berterima kasih kepadanya. Ketika kisah tersebut terdengar oleh gurunya. gurunya itu merasa senang sekali dan memujinya didepan para murid. Kemudian dia berkata kepada para murid ”Wahai anak-anak, lihatlah perbuatan Ali dan Ahmad, betapa bahagianya mereka. Maka Jadilah kalian seperti mereka supaya kalian bisa hidup senang dan bahagia.”

***

 

Mustofa adalah anak orang kaya dan rendah hati. Dia selalu sopan dan tidak sombong kepada orang lain. Dia juga suka membantu orang lain, terutama kepada kerabatnya. Pada  suatu hari dia melihat kerabatnya yaitu Yahya yang merupakan anak dari pamannya memakai pakaian yang sobek. Oleh karena itu hatinya menjadi tersentuh, dia langsung pergi kerumahnya untuk membawa baju yang baru. Seteleh itu dia menyerahkan bajunya tersebut kepada kerabatnya, dia berkata “Wahai kerabatku, ambillah hadiah ini untukmu.”

Kemudian kerabatnya menerimanya sambil mengeluarkan air mata karena merasa senang dan gerbira. Dia juga sangat berterima kasih sekali kepada Mustofa atas kebaikannya.

Ketika ayah Mustofa mengetahui kejadian tersebut, dia sangat merasa senang karena Mustofa telah membantu kerabatnya, kemudian ayahnya memuji ahlaknya.

 

Adab Kepada Pembantu dan Tetangga

 

Dikisahkan seorang anak dari golongan orang kaya mempunyai akhlak yang buruk. Yaitu sombong dan suka menyakiti orang lain, terutama kepada pembantunya. Beberapa kali dia dinasehati oleh  ayahnya, namun dia tetap tidak mendengarkannya.

Pada suatu hari ayahnya berkata “Wahai anakku dengarkanlah nasehatku, sebagaimana perasaanmu yang tidak suka disakiti orang lain, maka janganlah kamu suka menyakiti orang lain. Karena menyakiti orang lain itu adalah perbuatan yang buruk sekali, dan bisa menunjukan terhadap  buruknya pendidikan. Oleh karena itu, kamu harus takut sekali dengan perbuatan ini, yaitu ahlakmu yang suka menghina para pembantu dan sombong kepada mereka, mereka juga adalah manusia yang mempunyai perasaan seperti kita.”

Dengan nasehat tersebut, anak tersebut baru terpengaruh dan langsung bertaubat dari ahlaknya yang buruk. Diapun berubah menjadi anak yang berahlak baik dan menyayangi para pembantu, dia tidak menyakiti mereka lagi.

Hamid adalah anak yang mempunyai hati yang baik. Sifat-sifatnya yaitu tidak suka menyakiti anak-anak tetangganya, tidak suka bermusuhan dengannya, tidak suka saling memarahi, dan tidak memutuskan silaturrahmi kepadanya. Karena sifatnya itu dia dicintai oleh keluarganya dan para tetangganya.

Dia bersama anak-anak tetangganya belajar di satu sekolah yang sama. Setiap hari mereka pergi bersama dan pulang bersama dari sekolah. Begitu pula ketika bermain, mereka selalu bersama. Dia juga suka menolong anak-anak tetangganya  yang membutuhkan. Apabila dia tidak melihat salah satu dari mereka, dia suka menanyakannya.  Apabila  salah satu dari mereka sakit, dia juga suka menjenguk kerumahnya.

Begitulah kehidupan Hamid dan anak-anak tetangganya. Mereka merasakan ketenangan, kebahagiaan, dan kebersamaan, karena mereka memiliki adab yang baik dan hati yang baik.

***

Rabu, 08 Januari 2020

Kisah Tukang Kayu Bakar dan Raja Jin

    Dikisahkan seorang laki-laki sedang mencari kayu bakar dihutan yang cukup luas. Ketika ia melewati sebuah pohon ia menemukan beberapa sesajen bekas ritual musrik untuk meminta batuan kepada jin penghuni pohon besar itu. Karena dia adalah seorang yang beriman dan pemberani maka dia pun berniat untuk menghentikan kemusrikan tersebut dengan cara menebang pohon itu. Namun sebelum menebang pohon itu si tukang kayu bakar ini harus berhadapan dulu dengan para jin penghuni pohon itu. Dengan pertolongan Allah dia pun mampu berkelahi mengalahkan para anak buah jin penghuni pohon itu sehingga ia bisa bertemu dengan si raja jin.

    Ketika ia akan mengalahkannya, siraja jin memohon untuk tidak menebang pohon tempat tinggalnya dan mengajaknya untuk melaksanakan perjanjian. Perjanjian tersebut berisi bahwa dia akan memberinya uang setiap hari  di bawah sejadah tempat ibadahnya sehingga dia tidak perlu lagi mencari kayu bakar untuk mendapat uang, Karena rayuannya itu si tukang kayu pun menyetujuinya sehingga pohon itu tidak jadi ditebangnya.

    Setelah kejadian itu maka setiap hari situkang kayu itu mendapatkan uang dari bawah sajadah tempatnya ia beribadah. Sampai pada suatu hari ia tidak menemukan uang dari tempat biasanya. Karena kejadian itu maka ia pun marah dan pergi lagi ke hutan untuk menebang pohon besar tempat tinggal para jin. Namun karena niatnya bukan karena Allah lagi maka ketika bertemu dengan salah satu anak buah si raja jin dia langsung kalah sehingga tidak mampu menebang pohon tempat tinggal para jin tersebut.

    Para jin pun tertawa karena telah bisa merubah keikhlasan hati situkang kebun yang awalnya kuat dan bisa mengalahkan para jin itu menjadi tidak ikhlas. sehingga diapun menjadi lemah dan tidak kuat melawan para jin.

Daftar Postingan

-